jpnn.com - ISTANBUL –Pemerintah Turki akhirnya ikut berperang melawan militan Islamic State (IS) atau yang lebih dikenal dengan ISIS. Jumat (24/7) jet tempur Turki menggempur markas ISIS di Syria.
Ada tiga pesawat F-16 yang diterjunkan untuk mengebom beberapa titik pangkalan militan ISIS. Tiga pesawat perang tersebut diberangkatkan dari Kota Diyarbakir sejak pagi buta dan menjatuhkan empat guided bomb unit (GBU).
BACA JUGA: Heboh! Anggota Parlemen Seksi Menyusui saat Sidang Paripurna
Penggempuran itu terjadi setelah pasukan perbatasan Turki bentrok dengan pasukan ISIS Kamis (23/7) di wilayah Kilis. Masing-masing satu orang tentara Turki dan militan ISIS tewas. Itu adalah kali pertama pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan konflik secara terbuka dengan ISIS.
Baca juga: Mantap... Turki Berhasil Menangkap Ratusan Tersangka Pendukung ISIS
BACA JUGA: Ledakan di Pabrik Petasan Italia Tewaskan Tujuh Orang
Sebelumnya, pada Senin (20/7), sebuah ledakan di perbatasan merenggut nyawa 32 aktivis. Pelakunya diduga juga anggota ISIS. Kamis petang rapat darurat digelar dan dipimpin secara langsung oleh Perdana Menteri (PM) Ahmet Davotoglu di Ankara sebelum akhirnya diputuskan untuk menyerang esoknya.
’’Operasi dilakukan dengan target area Daesh (ISIS, Red) di dalam perbatasan Syria. Pemerintah Republik Turki akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi keamanan nasional,’’ ujar pihak pemerintah Turki.
BACA JUGA: Pemadam Kebakaran Kroasia Berjuang di Tengah Puncak Kunjungan Wisata
Bom dijatuhkan tepat pukul 04.00 waktu setempat dan seluruh pesawat kembali ke pangkalan dengan selamat. Seluruh serangan dilakukan dari wilayah udara Turki di Kilis. Sejauh ini, pemerintah Turki belum merencanakan serangan lanjutan.
Sebelumnya, Istanbul memilih diam dan hanya memberikan dukungan pasif ketika ISIS membesar di Iraq dan Syria sejak kali pertama muncul pada 2013. Beberapa area yang dikuasai ISIS bahkan berbatasan secara langsung dengan Turki. Erdogan kerap dikritik karena terkesan tutup mata terhadap ISIS.
Setelah dirasa keberadaan militan sadis itu mengancam negaranya, pemerintah Turki baru bergerak. Mereka juga mengizinkan pasukan koalisi yang dipimpin AS untuk menggunakan pangkalan udara di wilayah selatan Turki untuk menggempur ISIS. Sebelumnya, negosiasi penggunaan pangkalan tersebut berlangsung alot selama berbulan-bulan.
Di sisi lain, kemarin pemerintah Turki juga melakukan operasi penangkapan besar-besaran terhadap tersangka anggota ISIS dan beberapa anggota Partai Pekerja Kurdi (PKK). Organisasi sayap PKK Gerakan Pemuda Patriotik Revolusioner (YDG-H) dan Partai Front Rakyat Liberal Revolusioner Marxist (DHKP-C) ikut menjadi sasaran.
PKK dan organisasi sayapnya turut ditangkap karena sebelumnya mereka juga ikut melakukan serangan di dalam negeri. Rabu lalu (22/7) dua tentara perbatasan Turki ditembak mati. PKK mengklaim sebagai pelakunya. Pada Kamis, seorang polisi dibunuh di Kota Diyarbakir yang mayoritas penduduknya adalah warga Kurdi.
Dalam serangan penyergapan di Istanbul kemarin, salah seorang anggota perempuan DHKP-C terbunuh saat baku tembak. Penyergapan itu dilakukan di 13 provinsi dengan total 251 tersangka yang ditahan. Sekitar 5 ribu personel kepolisian terlibat. Pemerintah juga menerjunkan belasan helikopter serta pasukan khusus untuk operasi tersebut. Di Istanbul, ada 100 lokasi yang diserbu polisi antiteror.
’’Serangan udara pagi ini dan operasi melawan kelompok teroris di dalam negeri adalah langkah yang diambil untuk mencegah kemungkinan serangan terhadap pemerintah Turki dari dalam dan luar,’’ ujar salah seorang pejabat senior kepada kantor berita Reuters. (AFP/BBC/sha/c19/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kabar Berlusconi Bakal Jadi Menteri di Rusia Ternyata Hanya Candaan
Redaktur : Tim Redaksi