jpnn.com, JAKARTA - Perusahaan media asal Amerika Serikat (AS) Bloomberg belum lama ini menurunkan artikel tentang peran kalangan perempuan di Indonesia. Raksasa media yang berbasis di New York, AS itu menempatkan Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar dunia yang memberi kesempatan luas bagi kalangan perempuan untuk berkiprah.
Bloomberg mencatat, saat ini lebih dari seperempat anggota Kabinet Kerja pimpinan Presiden Widodo berasal dari kalangan perempuan. Persisnya, 9 menteri atau 26 persen dari anggota kabinet adalah perempuan.
BACA JUGA: Ssttt...Ini Kata Jokowi soal Khofifah Maju Pilgub Jatim
“Indonesia memiliki rasio menteri perempuan terbesar di antara sepuluh negara dengan jumlah populasi terbesar,” tulis Bloomberg mengutip data Inter-Parliamentary Union (IPU) yang berbasis di Jenewa.
BACA JUGA: Mbak Khofifah Rajin ke Jatim, Pasti Ada Maksudnya
Kalangan perempuan Indonesia berkiprah di politik hingga pengambil keputusan penting di bank sentral. Di jajaran kabinet ada perempuan yang beken seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa hingga Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Sedangkan di Bank Indonesia (BI) ada Rosmaya Hadi. Sarjana hukum asal Bandung itu merupakan Deputi Gubernur BI.
BACA JUGA: Mbak Khofifah Sering Sowan ke Gus Sholah
Tapi, yang jadi sorotan Bloomberg adalah Khofifah. Sebab, perempuan kelahiran 19 Mei 1965 yang berasal dari kalangan itu santri yang sudah dua kali menjadi menteri.
Pertama, Khofifah pernah dipercaya sebagai menteri pemberdayaan perempuan di era Presiden Abdurrahman Wahid. Kesempatan kedua ketika tokoh Muslimat NU itu dipercaya menjadi menteri sosial di era Presiden Jokowi.
Khofifah pun mengenang ketika ulama-ulama Pakistan pernah meminta doa kepada KH Abdurraman Wahid pada era 1980-an. Pasalnya, Pakistan kala memilih perdana menteri dari kalangan perempuan, yakni Benazir Bhutto.
Bagi ulama Pakistan, memilih Benazir sebagai pemimpin akan membawa mudarat. Sebab, mereka menganggap tak semestinya perempuan menjadi pemimpin.
Tapi, Bloomberg menyebut Khofifah adalah contoh keberhasilan Indonesia dalam memecahkan stereotip gender dan agama. Perempuan asal Surabaya itu memulai karier politiknya dari bawah.
Ketika Presiden Soeharto masih berkuasa, Khofifah pernah menjadi anggota parlemen termuda dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) periode 1992-1997. Di saat Soeharto sedang kuat-kuatnya, Khofifah sudah menyuarakan reformasi politik.
Pidato Khofifah di parlemen memicu kontroversi. Suaminya pun ikut was-was.
“Banyak orang kaget dengan pidato saya. Saya bisa melihat bahwa tidak semua orang menyukai pidato itu,” kenangnya.
Tapi, Khofifah meyakini bahwa kesempatan memang tak bisa ditunggu. “Peluang harus dikejar,” sebutnya.(bloomberg/ara/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bu Mensos Ajak Muslimat NU Aktif Tangkal Paham Radikal
Redaktur & Reporter : Antoni