BMKG Beberkan Indikator yang Membuktikan Es di Puncak Jaya Wijaya Kemungkinan Hilang 2025

Jumat, 02 April 2021 – 07:00 WIB
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi es di Puncak Jaya, Papua, akan sepenuhnya hilang pada 2025. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi es di Puncak Jaya, Papua, akan sepenuhnya hilang pada 2025.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan peristiwa itu akibat dari pemanasan global.

BACA JUGA: BMKG Prediksi Jabodetabek Hari Ini Diselimuti Awan Gelap, Warga Harus Tetap Waspada

"Akan hilang, jika Puncak Jaya Wijaya sudah tidak ada esnya, artinya pemanasan global benar-benar telah terjadi serius," ujar Dwikorita dalam pidato kunci peluncuran Dokumen Kebijakan Pembangunan Berketahanan Iklim yang dilakukan Bappenas di Jakarta, Kamis (1/4).

1. Hasil penelitian BMKG pada Juni 2010

BACA JUGA: Prakiraan Cuaca BMKG: Ini Nama-nama Daerah Berpotensi Hujan Lebat Hari Ini

Dia juga membeberkan berbagai indikator yang menjadi acuan prediksi hilangnya es tersebut.

Menukil hasil penelitian BMKG, Dwikorita menjelaskan, pada Juni 2010 ketebalan es di Puncak Jaya Wijaya mencapai 31,49 meter.

BACA JUGA: Peringatan BMKG, Warga Jabodetabek Harap Waspada Siang Hingga Malam Nanti

Dwikorita menyebut, ketebalan es berkurang hingga 526 meter dari 2010 hingga 2015, dengan rata-rata 1,05 meter per tahun.

Namun penelitian selanjutnya menyebutkan ketebalan es menjadi berkurang 5,7 meter dari November 2015 hingga November 2016.

"Saat itu merupakan tahun dengan El Nino kuat," kata dia.

2. Februari 201 ketebalan susut

Lebih lanjut, dia menyebutkan, pada Februari 2021, es di Puncak Jaya telah susut mencapai 23,46 meter.

"BMKG memprediksi tutupan es di sana akan hilang di 2025," tutur Dwikorita.

3. Emisi GRK fluktuatif

Sebelumnya, eks Rektor UGM itu menjelaskan tren emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia berdasarkan data 1981 hingga 2020 terlihat fluktuatif meningkat.

Konsentrasi karbon dioksida (CO2) masih di bawah rerata global, namun beberapa grafik yang lebih tinggi dari rata-rata global.

"Sangat terkait dengan kejadian kebakaran hutan dan lahan yang dipicu oleh iklim ekstrem," ujar Dwikorita.

4. Ada kenaikan suhu signifikan

Menurut dia, BMKG juga menganalisis tren temperatur di Indonesia dan menemukan kenaikan suhu udara masih di bawah anomali suhu global. Namun keduanya mengalami kenaikan cukup signifikan mulai dari 1970-an.

"Dan tahun 2020 merupakan tahun terpanas kedua setelah tahun 2016," ujar Dwikorita.

5. Perubahan temperatur global pengaruhi Indonesia

Perempuan kelahiran Yogyakarta itu juga mengatakan, perubahan iklim global berdampak pada temperatur di Indonesia.

Ilustrasi di pulau-pulau utama menunjukkan temperatur yang terus naik hingga akhir abad 21.

Namun, dia menyebutkan, jika emisi GRK dapat diminimalkan maka kurva kenaikan temperatur akan melandai mendekati 2100.

"Kenaikan temperatur akan lebih tinggi bila emisi gas rumah kaca tidak dikendalikan, sehingga setiap wilayah di Indonesia akan mengalami kenaikan temperatur signifikan di akhir abad," beber dia. (mcr10/jpnn)

 

Jangan Lewatkan Video Terbaru:


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler