JAKARTA – Badan Narkotika Nasional (BNN) hingga kini terus melakukan upaya terobosan, guna meminimalisir masuknya narkoba ke Sumatera Utara lewat jalur laut yang dibawa oleh nelayan. Salah satunya dengan berupaya merangkul para nelayan yang ada.
Langkah ini dilakukan mengingat luasnya garis pantai di Sumatera Utara dan banyaknya pelabuhan-pelabuhan tradisional yang ada. Sehingga jika hanya mengandalkan petugas yang ada, tentu upaya pengawasan dan penindakan sangat kurang maksimal.
“Jadi upaya merangkul nelayan ini kita lakukan bekerjasama dengan lembaga-lembaga terkait lain. Bayangkan, garis pantai Indonesia itu mencapai 81 ribu kilometer persegi. Makanya dengan upaya merangkul para nelayan, minimal mereka dapat menjadi pemberi informasi ketika melihat atau mencurigai adanya penyelundupan narkoba,” ujar Kepala Bagian Humas BNN, Sumirat Dwiyanto kepada koran ini di Jakarta, Minggu (2/6).
Langkah lain, para nelayan maupun nakhoda kapal menurutnya juga akan terus dibimbing guna menyadari bahaya narkoba. Mereka dinilai perlu memeroleh pemahaman yang cukup. Karena bukan tidak mungkin para nelayan dimanfaatkan untuk menyelundupkan narkoba tanpa sepengetahuan mereka.
“Seperti contohnya nakhoda kapal asal Indonesia yang tertangkap di Portugal. Itu di dalam kapalnya terdapat 1,8 ton narkoba jenis tertentu tanpa sepengetahuan yang bersangkutan maupun anak buah kapal yang ada. Jadi mereka hanya menerima orderan untuk mengantar barang, nah ternyata barang tersebut narkoba. Hal-hal seperti ini kan perlu diantisipasi, sebab mungkin saja juga terjadi sebaliknya, dari luar negeri mereka mambanya masuk ke dalam negeri. Makanya perlu kita rangkul,” ujarnya.
Selain itu BNN menurut Sumirat, kini juga menambah satuan interdiksi yang ada. Yang sebelumnya hanya 6 akan bertambah hingga mencapai 68 satgas untuk seluruh Indonesia. Untuk wilayah Medan, satgas ini diakui telah terbentuk beberapa tahun lalu. Baik yang melingkupi pengawasan di jalur laut, darat maupun udara.
Karena itu dalam hal ini, BNN menurutnya akan terus memaksimalkan fungsi satgas dimaksud. Salah satunya lewat cara menambah jumlah petugas, terutama di pintu-pintu masuk ke Indonesia seperti di Bandara Kuala Namu yang sebentar lagi akan beroperasi.
“Untuk Bandara Kuala Namu tentu jumlah petugasnya juga akan jauh lebih banyak dari yang sebelumnya ada di Bandara Polonia. Karena nantinya Kuala Namu kan akan menjadi bandara internasional. Jadi benar-benar butuh pengawasan yang ketat. Selain itu koordinasi antar lembaga juga akan terus diintensifkan. Sekarang ini kan selain petugas BNN, di bandara juga terdapat aparat dari kepolisian, Bea Cukai dan beberapa lembaga terkait lain,” ujar Sumirat.
Saat ditanya berapa kira-kira jumlah petugas BNN yang ditempatkan di Bandara Kuala Namu nantinya, Sumirat tidak menjelaskan secara rinci. Namun paling tidak untuk seluruh Indonesia jumlah petugas BNN yang tahun ini mencapai 300-400 orang, akan ditingkatkan hingga mencapai 700 orang.
“Petugas BNN di daerah itu sifatnya lebih banyak berperan mengumpulkan informasi atau data intelijen terkait peredaran narkoba. Nah ketika akan melakukan operasi penangkapan misalnya, mereka akan diback-up kepolisian setempat. Atau kita akan kirim petugas dari pusat yang jumlahnya dapat mencapai 30 orang untuk setiap operasi,” ujarnya.(gir)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Perawat Tidur, Pasien RSUD Meninggal
Redaktur : Tim Redaksi