SYDNEY - Seorang bocah 8 tahun meninggal dunia terserang lyssavirus akibat gigitan kelelawar. Kejadian ini membuat para ahli medis khawatir bahwa kontak dengan kelelawar dapat menyebabkan penyebaran penyakit mematikan ini.
Bocah tersebut meninggal setelah digigit kelelawar saat berlibur di timur laut negara bagian Queensland. Kelelawar tersebut diduga membawa lyssavirus, virus mirip dengan rabies.
Jika tidak ditangani secara intensif setelah digigit, virus lyssavirus Australia (ABLV) biasanya berakibat fatal. Karena penyakit yang ditemukan pada 1996 ini sebelumnya telah mengakibatkan dua orang lainnya meninggal dunia di Selandia Baru.
"ABLV telah terbukti fatal dalam semua kasus yang dilaporkan sampai saat ini. Ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko yang terkait dengan kontak kelelawar," kata Dr Joshua Francis Rumah Sakit Mater Brisbane seperti dilansir livescience (21/3).
Di sisi lain, para konservasionis takut atas reaksi berlebihan masyarakat terhadap banyaknya pemberitaan tentang kelelawar ABLV dimana dapat mengakibatkan pembantaian massal atas hewan yang melakukan peran ekologis penting itu.
"Singkatnya, orang harus tinggal jauh dari kelelawar," tambah Francis.
Dia juga memperingatkan penyakit ini suatu hari nanti bisa menyebar dari orang ke orang. "Manusia ke manusia dengan transmisi lyssaviruses belum didokumentasikan dengan baik, tapi secara teori itu bisa terjadi," lanjutnya.
Banyak hewan menjadi perantara virus zoonosis yaitu media perantara virus untuk melompat dari hewan ke manusia. Kelelawar tampaknya berada dalam kelas mereka sendiri. Menurut studi terbaru, mamalia ini bahkan dapat membawa lebih dari 60 virus yang juga menginfeksi manusia. Sumber virus lebih besar dibandingkan tikus.
Campbell Newman, Perdana Menteri Queensland, menyatakan pemerintah sangat serius menyikapi kejadian ini. "Kami siap untuk menempatkan tim kesehatan dan keselamatan di Queensland ," kata Newman. (esy/jpnn)
Bocah tersebut meninggal setelah digigit kelelawar saat berlibur di timur laut negara bagian Queensland. Kelelawar tersebut diduga membawa lyssavirus, virus mirip dengan rabies.
Jika tidak ditangani secara intensif setelah digigit, virus lyssavirus Australia (ABLV) biasanya berakibat fatal. Karena penyakit yang ditemukan pada 1996 ini sebelumnya telah mengakibatkan dua orang lainnya meninggal dunia di Selandia Baru.
"ABLV telah terbukti fatal dalam semua kasus yang dilaporkan sampai saat ini. Ada kebutuhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang risiko yang terkait dengan kontak kelelawar," kata Dr Joshua Francis Rumah Sakit Mater Brisbane seperti dilansir livescience (21/3).
Di sisi lain, para konservasionis takut atas reaksi berlebihan masyarakat terhadap banyaknya pemberitaan tentang kelelawar ABLV dimana dapat mengakibatkan pembantaian massal atas hewan yang melakukan peran ekologis penting itu.
"Singkatnya, orang harus tinggal jauh dari kelelawar," tambah Francis.
Dia juga memperingatkan penyakit ini suatu hari nanti bisa menyebar dari orang ke orang. "Manusia ke manusia dengan transmisi lyssaviruses belum didokumentasikan dengan baik, tapi secara teori itu bisa terjadi," lanjutnya.
Banyak hewan menjadi perantara virus zoonosis yaitu media perantara virus untuk melompat dari hewan ke manusia. Kelelawar tampaknya berada dalam kelas mereka sendiri. Menurut studi terbaru, mamalia ini bahkan dapat membawa lebih dari 60 virus yang juga menginfeksi manusia. Sumber virus lebih besar dibandingkan tikus.
Campbell Newman, Perdana Menteri Queensland, menyatakan pemerintah sangat serius menyikapi kejadian ini. "Kami siap untuk menempatkan tim kesehatan dan keselamatan di Queensland ," kata Newman. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Obama Berusaha Pertemukan Israel-Palestina
Redaktur : Tim Redaksi