jpnn.com - JPNN.com – Sudah tentu, dukungan suporter sangat berarti bagi para pemain Timnas Indonesia.
Karena itu, dalam final Piala AFF lalu, pemerintah menerbangkan seluruh keluarga pemain ke Bangkok untuk menonton langsung di Stadion Rajamangala.
BACA JUGA: PSSI Pesimistis Hadapi Uji Coba Timnas
Keputusan memberangkatkan itu baru diambil sehari sebelum pertandingan.
’’Keluarga seluruh pemain diboyong ke Bangkok oleh pemerintah sebagai kejutan dan pemicu semangat,’’ ujar Menkominfo Rudiantara.
BACA JUGA: Blanco Tolak Melatih Timnas U-19
Disebut kejutan karena sebelumnya pemain memang tidak diberi tahu bahwa keluarganya akan menyaksikan pertandingan secara langsung.
Sebanyak 63 anggota keluarga pemain diterbangkan dengan menggunakan pesawat militer.
Berdasar informasi yang dihimpun Jawa Pos, setelah rapat terbatas mengenai penanganan bencana gempa di Aceh, ada pertemuan kecil yang dihadiri beberapa menteri.
Termasuk Menkominfo Rudiantara dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo. Dalam pertemuan itu, pemerintah memutuskan menjemput seluruh keluarga pemain, hanya 27 jam sebelum kickoff dimulai.
Pada saat bersamaan, Ditjen Imigrasi diminta untuk menyiapkan dokumen administrasi karena tidak semua keluarga pemain memiliki paspor.
Alhasil, dokumen itu langsung dikerjakan dengan sistem kebut semalam. Dokumen dibuat bermodal data yang dimiliki masing-masing keluarga.
Dokumen tersebut dikerjakan paralel dengan penjemputan keluarga. Pesawat Boeing dan Hercules dikerahkan sejak sore ke berbagai daerah.
Pihak militer menjemput keluarga pemain dari bandara terdekat dengan kediaman. Mulai keluarga Andik Vermansah di Surabaya, Rizky Pora di Maluku, hingga Boaz Solossa di Papua.
Yang paling jauh tentu keluarga Boaz. Pesawat menjemput mereka di dua tempat. Pertama, menjemput istri dan empat anak Boaz di Jayapura.
Kemudian, pesawat bergeser ke Sorong, Papua Barat, untuk menjemput ibunda pemain 30 tahun itu.
Karena paling jauh pula, keberangkatan ke Thailand Sabtu siang ditentukan oleh ketibaan keluarga Boaz di Bandara Halim Perdanakusuma.
Begitu keluarga Boaz mendarat, mereka langsung naik pesawat Boeing milik TNI-AU dan berangkat menuju Bandara Militer Don Mueang di Bangkok.
Begitu tiba dan pemeriksaan dokumen selesai, mereka dibawa ke Stadion Rajamangala. Para anggota keluarga mendapatkan tribun VIP sehingga bisa lebih dekat menyaksikan para pemain bertanding.
Sementara keluarga pemain menonton, panglima TNI meminta anak buahnya mencarikan mereka hotel di Bangkok untuk tempat menginap.
Malam itu, setelah pertandingan, keluarga pemain diinapkan di Bangkok. Keesokan harinya, barulah mereka kembali ke Jakarta.
Bagi keluarga para pemain, undangan untuk menyaksikan laga timnas di Thailand tersebut menjadi kado indah.
Nurain Haji Thalib, ibunda Zulham Zamrun, mengatakan bahwa perjalanan kilat menuju Bangkok itu adalah pengalaman berharga yang tidak bisa dia lupakan.
Sebab, pesawat yang mereka tumpangi bukan pesawat biasa. ’’Kalau naik pesawat biasa, semua penumpang menghadap ke depan, sementara kami saling berhadapan,’’ ujarnya menceritakan saat dijemput dengan pesawat Hercules.
Apalagi, ada banyak keistimewaan yang mereka dapatkan sepanjang perjalanan mendukung skuad Garuda –julukan timnas Indonesia– di final itu.
Salah satunya, pengurusan paspor secara kilat oleh pihak keimigrasian. Ketika itu, Nurain sejatinya sudah memiliki paspor, namun tertinggal di kampung halamannya, Ternate, Maluku Utara.
Memang, ketika ada program pemberangkatan pemain oleh Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi tersebut, Nurain sudah berada di Jakarta. Karena tidak ada rencana berangkat ke luar negeri, dia tidak mengantongi paspornya.
Pihak keimigrasian pun awalnya menolak untuk mengizinkan Nurain masuk dalam rombongan. Sebab, kalau dibuatkan paspor baru, akan terjadi duplikasi. Hal itu tentu saja merupakan pelanggaran hukum baru.
Nah, sebagai solusi, salah seorang anggota Kostrad (Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat) di Jakarta menelepon keluarga Zulham di Ternate untuk menyerahkan paspor Nurain ke pihak keimigrasian Maluku Utara.
’’Paspor saya yang di Ternate dibatalkan, baru pihak keimigrasian di Jakarta mengeluarkan paspor baru. Saya akhirnya bisa berangkat ke Bangkok,’’ kenangnya.
’’Tapi, saat itu ada banyak anggota keluarga pemain yang tidak punya paspor. Mereka langsung diuruskan dan jadi hari itu juga,’’ lanjut ibunda pemain Persib Bandung tersebut.
Dengan naik pesawat milik TNI, Nurain dan sejumlah keluarga pemain menempuh perjalanan selama lima jam.
Selama itu, mereka diberi makanan ringan empat kali. Hanya, yang membuat Nurain tidak habis pikir sepanjang penerbangan adalah tidak adanya ilustrasi standar keamanan seperti di penerbangan umumnya.
’’Kami hanya disuruh berdoa, terus naik pesawat, dan terbang. Kalau ada apa-apa, saya tidak tahu mereka menyimpan parasutnya di mana, pelampungnya juga di mana. Saya pasrah saja kepada Allah,’’ cerita perempuan 47 tahun itu, lantas tertawa.
’’Tapi, ini adalah pengalaman berharga yang pernah saya dapatkan. Saya juga berterima kasih atas perhatian PSSI kepada keluarga pemain ini,’’ lanjutnya. (byu/ben/c7/ang)
Redaktur : Tim Redaksi