MADRID - Atmosfer juara Euro 2012 masih sangat terasa di negeri tersebut. Meski dua hari berlalu, aroma pesta dan perayaan masih begitu kuat di Madrid. Sepanjang jalan mudah sekali ditemui sekelompok anak muda mengenakan jersey La Furia Roja -sebutan timnas Spanyol- membawa bendera dan meniup terompet dengan nada gembira.
Ada pula yang duduk-duduk santai di taman dekat Plaza de Cibeles, yang malam sebelumnya menjadi pusat perayaan. Mereka juga memenuhi beberapa kafe dan restoran di sekitar Stadion Santiago Bernabeu. Suasananya seperti hari libur. "Ini perayaan nasional. Seluruh Spanyol sedang berpesta," ucap salah seorang suporter seraya mengangkat gelas minuman ringan.
Selain itu, banyak rombongan suporter ditemui di stasiun kereta api maupun metro (kereta bawah tanah). Mereka kebanyakan berasal dari luar Madrid. Setelah berpesta hingga Senin dini hari, kemarin saatnya pulang. Tak sedikit di antara mereka membawa anak-anak.
Memangnya tidak sekolah? "Ah, libur sehari kan tidak apa-apa. Momen seperti ini tidak terjadi setiap hari. Belum tentu sebulan sekali kami merasakan kegembiraan nasional seperti ini. Gurunya pasti maklum juga," kata Leticia, fans perempuan yang ditemui Jawa Pos di stasiun distrik Charmatin. Leticia bersama dua putranya yang masih SD, juga suami dan adik-adiknya, hendak pulang ke Valencia "tiga jam dari Madrid.
Sebagian besar suporter yang berasal dari luar kota memang tidak langsung pulang. Mereka memanfaatkan kunjungan ke ibu kota untuk sekalian jalan-jalan. Karena itu, tidak mengherankan di pusat perbelanjaan juga tampak banyak suporter. Misalnya, di El Corte Ingles, jaringan mal besar di Spanyol.
Stadion Santiago Bernabeu juga menjadi favorit kunjungan. Mereka berjalan mengitari stadion berkapasitas 85 ribu penonton itu sembari bernyanyi-nyanyi. Kesempatan foto-foto juga tidak dilewatkan. Tak sedikit pula yang masuk stadion, ikut tur resmi.
Di sisi lain, kantor-kantor tampak sepi. Memang, toko-toko tutup pada siang hari. Namun, kantor biasanya beroperasi normal, yakni hingga pukul 16.30. Tapi, Senin lalu para pegawai sudah keluar kantor pukul 14.30. "Pada hari-hari tertentu memang pulang lebih awal, termasuk hari ini," ucap Juan Quiros, karyawan yang keluar dari sebuah bank.
Menurut petugas hotel yang ditempati Jawa Pos, kondisi itu sudah biasa terjadi setelah event sepak bola besar. Tidak hanya anak sekolah, banyak karyawan yang memilih meliburkan diri sehari setelah perayaan kemenangan Spanyol di turnamen besar.
Suasana kontras terjadi di Roma, Italia. Kekecewaan masih belum hilang dari tifosi Gli Azzurri, julukan timnas Italia. Saat menonton bareng di Circo Massimo Senin dini hari (2/7), para tifosi meluapkan kekecewaan dengan melempar botol minuman ke arah giant screen. Layer LCD besar yang menjadi tontonan utama pun redup dan kemudian mati.
Aksi lempar giant screen itu berlangsung beberapa saat. Beberapa orang yang lain menyalakan suar warna merah, hijau, dan putih. Petugas keamanan lantas menyuruh para wartawan mundur hingga lemparan mereda. Dua provokator ditangkap.
Tak kurang dari 15 menit, massa berkurang drastis. Suporter yang kecewa memilih pergi dari Circo Massimo dan nongkrong di beberapa tempat. Mulai Collosseum, Piazza de Porta Capena, hingga di stasiun metro Coloseo dan Circo Massimo. Jalanan Via Circo Massimo yang bersebelahan dengan kawasan legendaris itu pun penuh oleh para suporter yang duduk di sepanjang jalan.
Meski begitu, tidak ada bentrokan antara suporter Italia dan turis Spanyol yang ikut nonton bareng. Hanya ada beberapa insiden menarik. Salah satu di antaranya, beberapa suporter Spanyol yang cewek bergembira di kawasan dekat Colloseum. Mereka mengibarkan bendera negaranya. Suporter cowok Italia yang iseng lantas menyiram air mineral ke tubuh para cewek tersebut.
Tidak semua suporter Italia kecewa. Ada juga yang menganggap menjadi finalis merupakan prestasi yang cukup bagus. "Saya tahu Spanyol merupakan tim terbaik saat ini. Tapi, kekalahan ini benar-benar menyakitkan," kata Fabrizio Romanzi, salah seorang tifosi yang ditemui Jawa Pos di Circo Massimo.
Romanzi mengakui bahwa Italia sudah cukup bagus bisa sampai ke final. Kondisi liga domestik yang buruk dan performa klub-klub Italia yang menurun membuat publik bola Negeri Pizza harus bisa memahami. "Rasanya memang menyakitkan. Tapi, lebih baik kalah di pertandingan final daripada kalah di awal-awal babak. Paling tidak ini usaha terbaik tim," katanya. (dilengkapi laporan Agung Putu Iskandar dari Roma, Italia/c4/ca)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Butuh Poin Penolong
Redaktur : Tim Redaksi