JAKARTA - Analisa Kapolda Metro Jaya Irjen Sutarman bahwa bom buku lebih dari satu terbukti tepatSebelum tengah malam, Selasa (15/03) sebuah bom buku berhasil dijinakkan oleh Satuan Gegana Mabes Polri di rumah Ketua Umum Pemuda Pancasila Yapto Soeryosoemarno di jalan Benda 6, Ciganjur, Jakarta Selatan
BACA JUGA: BIN Dalami Perubahan Pola Teror
Bom ketiga yang berhasil diurai sebelum akhirnya diledakkan oleh satuan Gegana Mabes Polri menggunakan casing ( wadah) buku berjudul Masih Ada Keadilan Dalam Pancasila? Pengirimnya Busyro Jahul dengan alamat Jalan Cikarasak 29, Bogor, Jawa Barat.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Baharudin Jafar, di Mabes Polri,mengatakan berdasarkan keterangan saksi, pengirim paket bom di kediaman Ketua Pancasila itu berkulit agak putih dan berbadan tinggi.
Ia menjelaskan pengirim paket bom itu menyerahkan paket tersebut kepada kepala Satpam, Alfiyerdi pada Selasa (15/3/2011) sekitar pukul 16.00 WIB
BACA JUGA: BNN Bekuk Bandar Narkoba di Rutan Salemba
Si pengirim yang masih menggunakan helm, memaksa Alfiyerdi untuk menerima paket itu dengan alasan bingung dengan alamat rumah YaptoKemudian paket tersebut diserahkan kepada Yapto sekitar pukul 18.00 WIB, namun tidak langsung dibuka Yapto karena ia akan pergi lagi
BACA JUGA: Sultan Sepuh Doakan Anas jadi Presiden
Setelah kembali ke rumah, Yapto membuka sampul paket tersebut dan menemukan sebuah buku berjudul Masih Adakah Keadilan Dalam Pancasila?.Saat diguncang, buku itu mengeluarkan bunyi benturan dan Yapto pun langsung menghubungi anggota BNN dan langsung diamankan tim Gegana"Berhasil dijinakkan anggota di lokasi," kata Baharudin
Yapto sendiri memasrahkan pengusutan teror bom itu pada aparat kepolisian"Saya minta semua tenangBiar polisi urus," kata Yapto saat dihubungi kemarinYapto mempunyai anggota di Pemuda Pancasila sekitar 5000 hingga 7000 di seluruh Indonesia
Secara terpisah, selain fokus mengejar para kurir pembawa buku (JP 16/03) , satu tim Densus 88 juga menyusuri peredaran buku yang ada di kelompok terbatas"Ini percetakanmya khasDi Bandung," kata sumber Jawa Pos kemarin.
Buku yang digunakan untuk mengebom di Utan Kayu berjudul Mereka Harus Dibunuh itu benar-benar sudah terbit pada 2009 dan sudah beredar, namun sangat terbatas"Kita telusuri peredarannya, termasuk komunitas yang sering menggunakan buku ini dalam acara-acaranya," katanya
Seorang mantan kombatan yang dihubungi Jawa Pos menyebut nama Sulaiman Azhar, Lc penulis buku itu adalah samaran"Nama aslinya saya tidak tahu, tapi saya haqqul yakin itu samaranSaya pernah punya bukunya, sekarang dipinjam belum balik," kata pria yang sekarang berprofesi sebagai pengisi taklim ibu-ibu di Jakarta Utara itu.
Buku itu, kata dia, menjabarkan secara khusus nama-nama orang yang dinilai memerangi Islam"Tapi, banyak dalil-dalilnya yang dipaksakanAsal kutip saja," kata mantan mujahidin konflik Ambon yang kini memilih hidup normal itu
Dia ingat, buku itu pernah didiskusikan di Bekasi pada pertengahan tahun 2010 oleh sebuah kelompok"Polisi juga sudah tahu (nama kelompoknya) saya sungkan untuk sebut di koran," kata bapak lima anak itu(rdl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... 166 WNI Belum Terdeteksi
Redaktur : Tim Redaksi