Bom Meledak di Dekat Kampus UI

Minggu, 09 September 2012 – 06:24 WIB
JAKARTA - Ledakan hebat terjadi di sebuah rumah di Jalan Kecipir, Beji, Depok, tadi malam, sekitar pukul 21.50. Petugas Polsek Beji menjelaskan, ledakan terjadi di rumah yang dijadikan kantor Yayasan Yatim Piatu Pondok Widara.

"Kami duga bom. Ada korban tiga orang, satu orang parah sudah dibawa ke rumah sakit," ujar petugas Polsek Beji Bripka Chandra yang berada di TKP tadi malam.

Rumah yatim piatu itu hancur. Atap dan kacanya pecah. "Ada bau mesiu yang sangat menyengat. Kami menduga ini bahan peledak," kata Chandra. Tangan satu korban yang parah putus. Tim Gegana Brimob langsung meluncur ke lokasi. Sterilisasi wilayah dilakukan setelah tim Densus 88 datang.

Lokasi ledakan dekat dengan Universitas Indonesia Depok melalui pintu belakang (Jalan Nusantara). Pada 9 Februari 2012 di hutan UI Depok tim Densus 88 menemukan beragam senjata api aktif milik jaringan Abu Umar. Sebagian besar anggota kelompok itu sudah ditangkap dan sedang disidang. Abu Umar adalah ayah tiri Farhan yang tewas di Solo dalam penyergapan Densus 88 dua pekan lalu.

Teroris Muda Bermunculan, BNPT Salah Strategi


Program deradikalisasi terorisme oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dinilai gagal. Sudah bertahun-tahun upaya pencegahan aksi dilakukan. Namun, bukannya berhenti, aksi teror justru marak. Ironisnya, justru usia pelaku semakin muda.

"Ini harus dikoreksi. BNPT justru lebih banyak keliling kampus dan diskusi dengan mahasiswa yang tidak berhubungan dengan jaringan-jaringan garis keras," kata Ketum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh Daulay dalam diskusi di Cikini, Jakarta, kemarin.

BNPT tidak melakukan upaya menggandeng kelompok-kelompok yang dituduh sebagai jaringan teroris dengan cara berdiskusi. Menurut Saleh, antara BNPT dan jaringan-jaringan itu harus membuka diri, bertukar pikiran, dan berdebat, mengungkapkan apa yang diyakininya.

Menurut Saleh, BNPT tidak memfasilitasi kelompok-kelompok tersebut, tapi aparat justru bertindak seenaknya sendiri dengan menembak, menuduh, dan lainnya. "Mereka terus dimusuhi. Jadi ya sudah, sekalian saja menyerang," ujarnya.

Direktur Media Centre Jamaah Ansharut Tauhid Sonhadi menilai beberapa ungkapan BNPT selama beberapa hari terakhir justru blunder. "Misalnya, ketua BNPT menyebut mahasiswa menolak Pancasila, apa hubungannya dengan terorisme," ungkapnya.

Sonhadi menambahkan, terorisme harus dipisahkan dengan Islam. "Upaya BNPT justru mencampuradukkan antara syariat Islam dan terorisme. Islam dalam beberapa hal memang tegas mengatur hukum-hukum," tandasnya.

Sonhadi mencontohkan pada masa Rasulullah Muhammad diterapkan hukuman kisas bagi pencuri, yakni potong tangan. "Itu juga syariat Islam, apakah lalu disebut terorisme. BNPT harus mengoreksi pemikirannya," ucapnya. 

Sonhadi membantah BNPT yang menyebut Ngruki dan JAT selalu berada di balik aksi teror. "Alumni Ngruki itu majemuk. Ada juga yang direktur bank syariah, kenapa seolah-olah semua teroris itu mesti dikaitkan dengan Ngruki ?" tegasnya.

Sementara itu, Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris membantah jika deradikalisasi yang dilakukan pihaknya tidak tepat sasaran. Kata dia, BNPT saat ini terus berusaha merangkul semua pihak yang diduga terkait dengan terorisme. Bahkan, BNPT juga terus mengayomi keluarga-keluarga teroris. "Kami sering berdiskusi dan berkomunikasi dengan keluarga pelaku bom Bali seperti keluarga Amrozi cs," katanya.

Bukan hanya itu. Irfan menyatakan, program deradikalisasi BNPT masih diprioritaskan untuk para napi teroris yang kini mendekam di lembaga pemasyarakatan. "Kami juga sering memberikan pelatihan kepada sipir-sipir penjara agar tahu apa yang harus dilakukan dalam menangani napi terorisme. Jangan sampai para napi itu mengajarkan ilmunya di penjara atau reuni dengan kawan-kawannya," terang Irfan. 

Di bagian lain, pengejaran terhadap tersangka pemilik bom pipa M. Thorik masih nihil. "Hingga jam ini belum ada perkembangan," kata Kabidpenum Mabes Polri Kombespol Agus Rianto saat dihubungi.

Padahal, Thorik sudah diburu semua polda se-Indonesia. "Ini jadi konsentrasi serius kami karena bahan-bahan itu benar-benar aktif dan siap digunakan untuk melakukan serangan," tambahnya. (kuh/rdl/c10/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 200 Pelamar Berebut Satu Kursi CPNS

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler