JAKARTA - Wakil Ketua III Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI), Hashim Djojohadikusumo mengatakan, penataan dan pelestarian kota-kota pusaka membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Sumber pembiayaannya tidak bisa mengandalkan anggaran pemerintah namun juga harus didukung oleh pihak swasta. Oleh karenanya, Hashim mengajak para pengusaha untuk berinvestasi pada pengembangan dan pelestarian pusaka.
"Saya sangat yakin, investasi ini dengan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat serta kesadaran komunitas akan memberi keuntungan kepada semua pihak," kata Hashim dalam acara Malam Apresiasi Pusaka Indonesia di Jakarta, Selasa (7/6).
Hashim menegaskan, pelestarian dan pengembangan pusaka membutuhkan keterlibatan pihak swasta dan komunitas masyarakat. Maka kebijakan pelestarian juga harus menyentuh aspek pemanfaatan pusaka dari sisi pengembangan ekonomi bagi kehidupan masyarakat.
"Pelestarian yang benar adalah merekonstruksi pusaka yang ada untuk bisa difungsikan kembali dan dapat bermanfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat," paparnya.
Hashim sangat sepakat dengan pemikirian President Heritage Strategies Internasional, Donovan Rypkema yang menekankan kemitraan publik dalam pelestarian pusaka. Pengusaha itu berharap pemerintah Indonesia dan BPPI bisa mengadopsi konsep pemikiran yang ditawarkan Donovan dalam pelestarian pusaka.
"BPPI berharap pemerintah dan pihak swasta Indonesia bisa belajar dari Donovan bagaimana mengembangkan kemitraan publik dan privat dalam pelestarian pusaka dengan tetap memberi perhatian pada manfaat ekonomi baik bagi pengusaha maupun masyarakat," ujar Hashim.
Donovan yang ikut hadir dalam Malam Apresiasi Pusaka Indonesia menuturkan bahwa kreativitas serta inovasi pemerintah dan pihak swasta adalah kunci keberhasilan pelestarian dan pengembangan pusaka menjadi sumber pengembangan ekonomi masyarakat. Menurutnya, pengembangan pusaka tidak selalu harus menghabiskan anggaran tetapi bisa juga sangat menguntungkan secara ekonomi.
Hal ini dibuktikan lewat pengalaman negara-negara di Eropa dan Amerika. Mereka yang berhasil mengubah tempat pusaka seperti museum dan bangunan tua yang membantu perekonomian masyarakat.
"Pelaku bisnis kecil di Amerika dan Eropa itu banyak dijalankan di bangunan tua. Konsep itu mengundang pergerakan ekonomi yang lebih banyak di masyarakat. Mulai dari supplier, pengrajin dan banyak lagi," papar Donovan.
Dalam kesempatan tersebut, BPPI memberikan apresiasi kepada dua tokoh pelestari pusaka Indonesia. Mereka adalah Dwi Cahyono seorang pengusaha yang membuat Museum Malang tempo Doeloe dengan dana pribadi, dan Wali Kota Sawahlunto, Amran Nur yang dinilai berhasil menjaga kelestarian serta keasrian pusaka di kotanya. (dil/jpnn)
"Saya sangat yakin, investasi ini dengan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat serta kesadaran komunitas akan memberi keuntungan kepada semua pihak," kata Hashim dalam acara Malam Apresiasi Pusaka Indonesia di Jakarta, Selasa (7/6).
Hashim menegaskan, pelestarian dan pengembangan pusaka membutuhkan keterlibatan pihak swasta dan komunitas masyarakat. Maka kebijakan pelestarian juga harus menyentuh aspek pemanfaatan pusaka dari sisi pengembangan ekonomi bagi kehidupan masyarakat.
"Pelestarian yang benar adalah merekonstruksi pusaka yang ada untuk bisa difungsikan kembali dan dapat bermanfaat bagi peningkatan perekonomian masyarakat," paparnya.
Hashim sangat sepakat dengan pemikirian President Heritage Strategies Internasional, Donovan Rypkema yang menekankan kemitraan publik dalam pelestarian pusaka. Pengusaha itu berharap pemerintah Indonesia dan BPPI bisa mengadopsi konsep pemikiran yang ditawarkan Donovan dalam pelestarian pusaka.
"BPPI berharap pemerintah dan pihak swasta Indonesia bisa belajar dari Donovan bagaimana mengembangkan kemitraan publik dan privat dalam pelestarian pusaka dengan tetap memberi perhatian pada manfaat ekonomi baik bagi pengusaha maupun masyarakat," ujar Hashim.
Donovan yang ikut hadir dalam Malam Apresiasi Pusaka Indonesia menuturkan bahwa kreativitas serta inovasi pemerintah dan pihak swasta adalah kunci keberhasilan pelestarian dan pengembangan pusaka menjadi sumber pengembangan ekonomi masyarakat. Menurutnya, pengembangan pusaka tidak selalu harus menghabiskan anggaran tetapi bisa juga sangat menguntungkan secara ekonomi.
Hal ini dibuktikan lewat pengalaman negara-negara di Eropa dan Amerika. Mereka yang berhasil mengubah tempat pusaka seperti museum dan bangunan tua yang membantu perekonomian masyarakat.
"Pelaku bisnis kecil di Amerika dan Eropa itu banyak dijalankan di bangunan tua. Konsep itu mengundang pergerakan ekonomi yang lebih banyak di masyarakat. Mulai dari supplier, pengrajin dan banyak lagi," papar Donovan.
Dalam kesempatan tersebut, BPPI memberikan apresiasi kepada dua tokoh pelestari pusaka Indonesia. Mereka adalah Dwi Cahyono seorang pengusaha yang membuat Museum Malang tempo Doeloe dengan dana pribadi, dan Wali Kota Sawahlunto, Amran Nur yang dinilai berhasil menjaga kelestarian serta keasrian pusaka di kotanya. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Massa di DPP PKS Masih Ramai
Redaktur : Tim Redaksi