jpnn.com - BADAN Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa sepanjang bulan April 2014 lalu telah terjadi deflasi persen (penurunan harga rata-rata) sebenar 0,02 persen. Tentu saja angka ini lebih rendah daripada inflasi (kenaikan harga rata-rata) yang terjadi pada Maret, yakni sebesar 0,08 persen.
Kepala BPS Suryamin pun mengatakan, deflasi yang terjadi April itu disebabkan karena harga kebutuhan pangan mengalami penurunan dan relatif terkendali. "Bulan April ini perkembangan harga dapat dikontrol dengan baik," kata Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Jumat.
BACA JUGA: Realisasi Pajak Tembus Rp 281 T
Dengan demikian, inflasi tahun kalender Januari-April 2014 tercatat 1,39 persen dan inflasi secara tahunan (yoy) mencapai 7,25 persen.
Selain itu, inflasi komponen inti pada April tercatat 0,24 persen dan secara tahunan (yoy) mencapai 4,66 persen.
BACA JUGA: Kebut Bandara Samarinda, Dahlan Kerahkan 5 BUMN Karya
Sementara, inflasi inti tercatat 0,14 persen, inflasi harga diatur pemerintah mencapai 0,06 persen, dan harga bergejolak ikut menyumbang deflasi seperti inflasi umum, yaitu 0,22 persen.
Suryamin menjelaskan, pada April sering terjadi inflasi kecil atau deflasi, yang terlihat dari pencapaian inflasi pada 2010 yang tercatat sebesar 0,15 persen, namun pada 2011 terjadi deflasi 0,31 persen.
BACA JUGA: Dahlan Nilai Rasional Gagasan Jokowi Hapus Subsidi BBM 4 Tahun
Tren tersebut berlanjut pada 2012 ketika BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,21 persen dan pada 2013 kembali mencapai deflasi 0,1 persen.
Menurut dia, penyebab deflasi yang terjadi pada April 2014, karena telah memasuki masa panen, sehingga kebutuhan bahan pangan mencukupi dan distribusi tidak mengalami hambatan berarti.
Hal tersebut terlihat dari kelompok bahan makanan yang menyumbang andil deflasi 0,22 persen diikuti kelompok sandang yang ikut terkena deflasi sebesar 0,02 persen.
Namun kelompok pengeluaran lainnya menyumbang inflasi yaitu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau menyumbang inflasi 0,07 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,06 persen.
Kemudian, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan ikut menyumbang andil inflasi 0,04 persen, kelompok kesehatan 0,03 persen serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,02 persen.
Suryamin menambahkan dari 82 kota Indeks Harga Konsumen (IHK) sebanyak 43 kota mengalami inflasi dan sebanyak 39 kota mengalami deflasi.
Deflasi tertinggi terjadi di Jayapura yaitu mencapai 1,79 persen dan deflasi terendah terjadi di Lhokseumawe 0,01 persen.
"Sedangkan, inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang 1,57 persen dan inflasi rendah di Jember serta Samarinda 0,01 persen," kata Suryamin. (ant/rr/mas)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rencana Beli Sejuta Hektar Lahan Sapi di Australia Terus Berjalan
Redaktur : Tim Redaksi