jpnn.com, LONDON - Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May telah menekan tombol Brexit (Britain dan exit). Proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) telah dipastikan usai May menyatakan akan memicu article 50 pada 29 Maret nanti.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk sudah diberi tahu tentang rencana Inggris tersebut. Namun, surat resminya bakal menyusul.
BACA JUGA: Brexit Dibuat 2 Jalur dengan Mekanisme Kecepatan Tinggi
Yang dimaksud dengan article 50 adalah pasal 50 dalam Traktat Lisbon, perjanjian yang disepakati negara-negara ketika membentuk UE. Dalam pasal tersebut diatur tahap-tahap yang harus dimulai jika ada negara yang ingin meninggalkan UE.
’’Dalam waktu 48 jam setelah Inggris memicu pasal 50, saya akan menyerahkan draf pedoman Brexit ke 27 negara anggota UE,’’ cuit Tusk di akun Twitter-nya kemarin (20/3).
Negeri yang dipimpin Ratu Elizabeth II itu tidak akan keluar dengan mudah. Negosiasi diperkirakan berlangsung sekitar dua tahun. Pembahasan utamanya adalah masalah perdagangan Inggris dengan negara anggota UE serta nasib warga negara anggota UE yang tinggal di Inggris dan sebaliknya.
’’Tujuan pemerintah sudah jelas. Sebuah kesepakatan yang berlaku untuk semua negara dan wilayah Britania Raya dan juga untuk semua Eropa. Kerja sama baru yang positif antara Inggris dan kawan serta sekutu kami di Uni Eropa,’’ tegas Menteri Brexit David Davis.
Dalam negosiasi nanti, Davis bersama Menteri Perdagangan Internasional Liam Fox dan Menteri Luar Negeri Boris Johnson akan menjadi ujung tombak Inggris.
Sedangkan negosiator dari Komisi Eropa akan diketuai Michel Barnier. Politikus Prancis tersebut sebelumnya pernah mengatakan, jika Inggris ingin mempertahankan akses pasar tunggal UE, ada syaratnya. Yaitu, kesepakatan bebas visa antara negara-negara UE tetap berlaku. Namun, Inggris sepertinya tidak akan memilih tawaran tersebut.
Pembahasan proses keluar diperkirakan berlangsung alot. Terlebih, Inggris adalah negara pertama yang keluar dari UE. Selama dua tahun proses Brexit, status Inggris masih sebagai anggota UE. Karena itu, mereka tetap harus menghormati setiap komitmen sebagai negara anggota.
Banyak pakar politik yang memprediksi bahwa perceraian dengan UE bakal rumit dan kata sepakat mungkin tercapai lebih dari dua tahun. Inggris bisa mendapatkan perpanjangan waktu untuk membahas kesepakatan hanya jika semua negara anggota UE setuju. Namun, jika semua berjalan lancar, pada Maret 2019 mendatang Inggris sudah resmi keluar dari UE.
Di dalam negeri, proses Brexit juga mengalami banyak kendala. Rencana May untuk keluar dari pasar tunggal Uni Eropa ditentang banyak pihak. Terlebih karena May mengungkapkan keinginannya tersebut sebelum pembahasan Brexit dimulai. Pemimpin Partai Liberal Demokrat Tim Farron menyebut keputusan itu bisa memicu perpecahan.
’’Meninggalkan pasar tunggal (UE) tidak ada dalam pilihan di balot referendum (tahun lalu). Ini adalah pilihan politik yang diambil Theresa May,’’ ungkapnya.
Dia menginginkan adanya referendum baru untuk menentukan apa yang sebenarnya diinginkan rakyat Inggris ketika bercerai dari UE nanti. (reuters/bbc/sha/c17/any/jpnn)
Redaktur : Tim Redaksi