jpnn.com, LONDON - Inggris Raya akhirnya resmi angkat kaki dari Uni Eropa, Jumat (31/1). PM Boris Johnson menandatangani kebijakan Brexit tersebut pada pukul 23.00 GMT.
Ribuan pendukung Brexit berkumpul di depan gedung parlemen Inggris, dengan mengibarkan bendera, bersorak-sorak dan merayakan dalam suasana yang campur aduk antara nostalgia, patriotisme dan pembangkangan.
BACA JUGA: Kembali Jadi Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson Janji Teruskan Brexit
"Ini hari yang fantastis," kata Tony Williams (53), dari London tenggara. "Kami bebas, sejak pukul 11 malam, kami telah melakukannya. Kami telah melakukannya.
Namun, sementara pendukung Brexit mengibarkan bendera merayakan kebebasan di tengah hujan, banyak warga Inggris yang terlihat bersikap acuh tak acuh atau lega.
BACA JUGA: Brexit Masih Buntu, Inggris Gelar Pemilu Jelang Natal
"Bagi banyak orang, ini adalah momen harapan yang mencengangkan, sebuah momen yang mereka pikir tidak akan pernah terjadi," kata Johnson, pemimpin aksi "Leave" kelahiran New York.
"Tugas kami sebagai pemerintah - tugas saya - adalah menyatukan negara ini sekarang dan membawa kami maju," kata Johnson.
BACA JUGA: Inggris dan Uni Eropa Capai Kesepakatan Brexit
Para pemimpin paling berpengaruh Uni Eropa, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, melihat Brexit sebagai momen yang menyedihkan yang merupakan titik balik bagi Eropa. Uni Eropa memperingatkan bahwa kepergian akan menjadi lebih buruk daripada tetap bertahan.
Presiden AS Donald Trump telah lama mendukung Brexit. Sementara itu, menterinya Mike Pompeo menyebutkan warga Inggris ingin terbebas dari "tirani Brussels".
Bendera Inggris di Kantor Pusat Uni Eropa di Brussels diturunkan. Namun, sedikit yang akan segera berubah, sebab masa transisi membuat Inggris Raya tetap menjadi anggota namun tak lebih dari sekadar nama hingga akhir 2020. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil