BRI Microfinance Outlook 2024 Cari Ide Baru Dorong Kapasitas Mesin Perekonomian RI

Sabtu, 09 Maret 2024 – 16:16 WIB
Event BRI Microfinance Outlook 2024 bertema “Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth. Foto: dok BRI

jpnn.com, JAKARTA - Kontribusi besar segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) bagi perekonomian Indonesia bukanlah isapan jempol semata.

Melalui sumbangan 61 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia, dan 97% serapat tenaga kerja maka tidak terbantahkan kalau peran UMKM menjadi sangat penting.

BACA JUGA: BRI dan Citilink Kembali Gelar Online Travel Fair, Siap-Siap Borong Promonya

Lalu bagaimana Indonesia bisa mendorong kontribusi UMKM di masa depan? Melalui event BRI Microfinance Outlook 2024 bertema “Strengthening Financial Inclusion Strategy: Microfinance Role in Increasing Sustainable and Inclusive Economic Growth”, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berupaya meningkatkan pembiayaan terhadap segmen UMKM.

Kapasitas dan produktivitas UMKM ini diharapkan bisa makin besar, dan menunjang cita-cita Indonesia menjadi negara maju.

BACA JUGA: BRI Kembali Terbitkan Green Bond, Catat Jadwalnya

Event tahunan ini diresmikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), dan dihadiri jajaranMenteri Kabinet Indonesia Maju seperti Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Selain itu, BRI Microfinance Outlook 2024 juga menampilkan dua sesi diskusi panel berisikan pakar-pakar keuangan mikro seperti ADB Country Director for Indonesia Jiro Tominaga, Managing Director of The KIT Knowlegde Unit Mayada EL-Zoghibi dan Research Affiliate at Harvard University Professor Beatriz Armendariz.  

BACA JUGA: Kinerja Tata Kelola Perusahaan Dinilai Baik, BRI Insurance Raih Penghargaan

Dalam sambutannya, Presiden Jokowi mengapresiasi kinerja BRI dalam membina dan mengembangkan segmen UMKM.

Terutama melalui kehadiran Holding Ultra Mikro (UMi)BUMN, yang dirasakan mampu memberikan akses keuangan lebih luas kepada masyarakat yang membutuhkan, utamanya di segmen ultra mikro.

Holding UMi merupakan kolaborasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) bentukan Kementerian BUMN.

“Karena yang saya tahu, saya beri contoh PNM Mekaar dari 400 ribu (sebitur) sekarang 15,2 juta. Kemudian kredit yang diberikan sudah Rp 244 triliun. Dari yang sebelumnya 2015, sayaingat kurang lebih Rp 800 miliar kemudian masuk ke Rp 244 triliun. Itu angka lompoatanbesar sekali. Mestinya hal-hal seperti ini diberikan apresiasi,” tutur Jokowi di dalam acara BRI Microfinance Outlook 2024 di Menara BRILian, Jakarta, Kamis (7/3).

Di hadapan Presiden Jokowi, Direktur Utama BRI, Sunarso memaparkan keberhasilan BRI dan Holding UMi dalam mengembangkan segmen ultra mikro dan UMKM.

Per Desember2023, Holding UMi telah mampu memberikan akses Tabungan ke 173 juta rekening, dengan jumlah debitur mencapai 37 juta nasabah.

Terbukanya akses keuangan bagi masyarakat dan UMKM tidak terlepas dari kemampuan BRI dalam menjalankan konsep branchless banking melalui kehadiran Agen BRILink, yang jumlahnya mencapai 741 ribu agen per akhir tahun lalu.

“Volume transaksi (AgenBRILink) Rp 1.427 triliun. Bisa dibayangkan. Kemudian BRI dapetfee berapa? Ini kan perusahan terbuka, jadi saya buka BRI dapet fee sekitar Rp 1,3 triliun. Tapi agen itu terima 2 kali lipat daripada yang diterima BRI. Warung-warung itu terima tidakkurang dari Rp 3 triliun setiap tahun. Itulah yang buat kemudian masyarakat antusias jadiagen BRILink,” ungkap Sunarso.

Sunarso juga mengungkapkan, bahwa UMKM telah menjadi motor perekonomian Indonesia untuknaik kelas. Dia menjabarkan, dalam kurun 1993-2019 Indonesia mampu keluar dari low incomecountry menjadi middle income country karena digerakkan oleh segmen UMKM.

"Berbagai kajian kita bisa naik kelas ke negara penghasilan tinggi dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 6%. Sudah ada model statistik, ternyata driver pertumbuhan itu dipengaruhi oleh ekonomi yang digerakkan UMKM," kata Sunarso lagi.

Kemudian, hal lain yang menentukan adalah kualitas sumber daya manusia terkait pendidikan, dan menciptakan nilai tambah melalui pertumbuhan manufaktur. Selain itu, bagaimana memutar kapitalsecara nasional.

"Inilah latar belakang kita mengambil tema tentang pertumbuhan yang inklusif, kata kunci tumbuhdan merata. Partisipasi masyarakat melalui inklusivitas," kata dia.

Inklusivitas bisa diperoleh dengan menjangkau layanan perbankan di tengah masyarakat.

Kajian tersebut juga direspon oleh BRI dengan berbagai strategi yang sesuai dengan fokus pembangunannasional.

Kemampuan BRI untuk melayani dan memberikan akses keuangan kepada UMKM pun mendapatapresiasi dari Menteri Keuangan Sri Mulyani. Terlebih, dengan adanya BRI Microfinance Outlook 2024 yang diharapkan bisa memberikan terobosan dalam ide dan inovasi untuk mengembangkan dan meningkatkan pembiayaan UMKM.

“Fasilitas kredit dalam hal ini kita terus integrasikan. Saya senang Pak Sunarso bahwa ada forum ini(BRI Microfinance Outlook). Saya senang forum ini karena tidak hanya munculkan ide baru tetapi juga untuk evaluasi hal yang sudah kita lakukan. UMKM yang 29 juta yang belum dapat akses itu merekaakan jatuh pada mekanisme pasar biasa yaitu rentenir. Makanya kita harus terus jaga affordability begitu meraka punya akses (keuangan),” jelas Sri Mulyani.

Ide Baru Kembangkan UMKM

Adapun ide dan inovasi yang tercetus dalam forum BRI Microfinance Outlook 2024 salah satunya disampaikan oleh Peneliti Harvard Beatriz Armendariz.

Dia menyebut, bahwa bank dengansegmen UMKM seperti BRI, terlebih dengan penetrasi ke segmen ultramikro lewat Holding UMi, harus lebih banyak memberikan pinjaman usaha kepada kaum perempuan. Dia meyakini memberikanpinjaman usaha kepada perempuan akan bagus untuk ekonomi.

Selain itu, dia mengatakan perempuan juga memiliki sejumlah kelebihan dibanding laki-laki, salah satunya adalah lebih taat membayar kredit. "Saya percaya bahwa banyak lembaga keuangan mikroharus meminjamkan uang kepada perempuan, di BRI kita tahu 20% kliennya merupakan perempuan," kata Beatriz dalam diskusi panel BRI Microfinance Outlook 2024.

Beatriz mengatakan kesimpulannya itu diambil dari hasil riset yang dia lakukan.

Menurut dia, selamaini lembaga keuangan kerap memandang sebelah mata ketika perempuan hendak meminjam uang untuk memulai usaha.

Oleh karena itu, kata dia, perempuan menjadi kelompok termiskin di antaramasyarakat miskin.

Beatriz mengatakan dengan demikian meminjamkan uang kepada perempuan adalah bagian daripemberdayaan. Menurut dia, pemberdayaan perempuan merupakan bagian dari upaya inklusifitaskeuangan yang merupakan cita-cita dari lembaga keuangan, seperti BRI. "Inklusifitas berartimencakup pemberdayaan," tegasnya.

Sementara dari perspektif finansial, lanjut Beatriz, perempuan relatif lebih jarang berpindah tempat. Dengan demikian, bank tak perlu meminta jaminan pinjaman terlalu besar. Dia menyebut tingkatpengembalian pinjaman di kalangan perempuan juga lebih tinggi.

"Perempuan cenderung tidak terlalu mobile ketimbang laki-laki, jadi tingkat pengembalian pinjamanmenjadi lebih tinggi," ucapnya.

Beatriz meyakini saat ini masih ada banyak perempuan yang tidak tergolong sebagai pekerja. Dia juga meyakini banyak kaum perempuan yang belum memiliki akses ke pinjaman usaha mikro.

"Jadi, pesan utama dari presentasi saya adalah bahwa semakin inklusifnya perempuan dalam praktikpemberian pinjaman akan meningkatkan Produk Domestik Bruto, investasi, dan semakinmeningkatkan diversifikasi portofolio Anda," katanya.

Sedangkan Direktur ADB untuk Indonesia, Jiro Tominaga mengungkapkan, bahwa UMKM merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Namun, pengembangannya belummaksimal karena dibutuhkan keterampilan akan digitalisasi oleh para pelaku pasarnya.

Jiro menyoroti para pelaku UMKM di Tanah Air yang memiliki masalah klasik, yaitu aksesyang sangat terbatas terhadap pendanaan, informasi dan keterampilan. Meski demikian, tigahal tersebut bisa selesikan dengan digitalisasi teknologi informasi.

"Mencoba membantu perusahaan untuk mengadopsi Information, Communication & Technology (ICT) akan menjadi bagian yang sangat penting dari kebijakan ini," kata Jiro.

Lantas, terdapat tiga bidang yang disebut bisa menjadikan ekonomi digital ini lebih invasif di kalangan UMKM. Pertama, adalah kesenjangan dalam pengembangan bisnis digital dan juga pengembangan keterampilan di sisi perdagangan.

Kedua, adalah tentang layanan keuangan digital. Hal ini terutama penting di daerah yang infrastrukturnya bagi masyarakat yang sedang belajar untuk mengembangkan usahanya.

Terakhir, industri butuh infrastruktur yang lebih baik, baik dalam hal infrastruktur keras dan lunakuntuk memungkinkan layanan tersebut menggunakan ICT. (flo/jpnn)


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler