jpnn.com - jpnn.com - Bripka Reksen Arisandi SH sempat putus asa setelah dua kali kesulitan mendapatkan stok darah untuk keluarganya yang sakit.
Dia tak mau orang lain merasakan seperti yang pernah dia alami.
BACA JUGA: Darah Nikita Mirzani Ditolak Rumah Sakit, Alasannya...
DIAN CAHYANI- Palembang
SOSOK pria dengan postur tinggi tegap, duduk di salah-satu stand acara gotong royong di Jalan Kolonel Sulaiman Amin, komplek Pemda, Palembang, Minggu (5/3) pagi.
BACA JUGA: Lagi, Jatim Tertinggi Soal Donor Darah
Di sekelilingnya, dipenuhi spanduk donor darah dan rekrut donor darah gratis.
Ya, Bripka Reksen saat ini gencar mensosialisasikan komunitas kemanusiaan yang baru dibentuknya.
BACA JUGA: 255 Prajurit dan PNS Koarmatim Sukarela Donor Darah
Rutininas gotong royong yang digelar jajaran Pemkot Palembang, dijadikannya tempat bersosialisasi karena ramai oleh masyarakat. Selain menjalankan misinya, dia pun ikut bergotong royong.
Mengenakan seragam olahraga dan celana training Polresta Palembang, Reksen mengaku sudah lama ingin aktif bergerak di bidang social, khusus urusan donor darah.
Namun memang, komunitas itu baru dibentuknya Februari lalu.
“Sebenarnya ide ini sudah muncul sejak 2010 lalu, tapi baru kesampaian,” ucapnya.
Setiap kali dirinya sosialisasi dengan mendatangi rumah-rumah, masyarakat selalu antusias untuk ikut bergabung.
“Yang pertama ini, saya sosialisasi di sekitar kawasan tempat tinggal dulu. Di Jalan Kolonel Sulaiman Amin, km 7,” sambung pia kelahiran Pagaralam 10 Juni 1984 itu.
Pria yang bertugas di Staf Seksi Pengawasan itu selalu menyempatkan waktu bersosialiasi berkeliling mengendarai sepeda, sepulang bertugas.
Door to door mendatangi rumah warga sekitar tempat tinggalnya itu. Istrinya, Bripka Novita Diana Sari, anak dan keluarga besarnya sangat mendukung.
Sedikit mengenang, semua itu dilakukannya terinspirasi ketika saudara sepupunya sakit ginjal. Begitu dirawat di rumah sakit, harus membutuhkan banyak darah.
“Sementara waktu itu semua persediaan darah di rumah sakit dan PMI, katanya sedang kosong,” kenangnya.
Dia kesulitan mencari pendonor. Pontang-panting, sambil sibuk menghubungi keluarga, kerabat atau teman yang bersedia mendonorkan darahnya.
“Mau menghubungi keluarga di Pagaralam, sulit karena di kampungnya. Jauh pula,” tuturnya.
Pengalaman berikutnya, ketika orang tuanya sakit pada Februari lalu.
Begitu membutuhkan darah, lagi-lagi dikatakan stok darah kosong.
“Jika sudah begitu, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa,” sesal Reksen yang sudah 13 tahun menjadi anggota Polri ini.
Dia pun berfikir, bukan dia saja yang mengalami kesulitan seperti itu.
Orang lain juga banyak yang susah mendapatkan stok darah. Muncul idenya, soal sistem bank darah. Yang dipersiapkan orangnya, bukan darahnya dalam kantong.
“Jika ada yang membutuhkan, barulah anggota ini semuanya siap mendonor. Kalaupun ada yang tak bisa pergi ke tempat mendonor. Saya juga siap memfasilitasi dengan mengantarnya,” sambungnya semangat.
Reksen pun tak keberatan, jika nanti ada masyarakat lain yang ingin meniru aktivitasnya itu, membentuk semacam komunitas donor darah gratis ini.
Beruntung, aksi sosialnya mendapat respon positif dari tempatnya berdinas dan pemerintah.
Di sela aksi gotong royong itu, standnya disambangi Sekda Kota Palembang Harobin Mastofa, Camat AAL, Lurah Talang Kelapa, serta lainnya. “Ini kegiatan positif, jelas kita apresiasi," tutur Harobin.
Pejabat berambut putih itu tak menapik, persoalan darah masih sering kali menjadi masalah bagi yang membutuhkannya. "Mudah-mudahan ini salah-satu solusinya," harapnya. (*/air)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kolinlamil Sumbang Darah Prajurit ke PMI
Redaktur & Reporter : Soetomo