jpnn.com, SURABAYA - Revitalisasi kawasan Surabaya Utara yang digagas Pemerintah Kota Surabaya mulai memberikan dampak positif. Kawasan jadi terlihat lebih indah dan semarak.
Saat malam, lampu warna-warni dengan beragam bentuk yang menghiasi jalanan membuat kota semakin hidup. Jika program tersebut terlaksana, kawasan yang dikenal dengan tepi laut itu akan menarik, baik saat malam maupun siang. Sebab, bangunan tua akan dicat dengan banyak warna.
Pemkot sudah membuat konsep penataan. Salah satunya mengecat bangunan tua di Jalan Karet, Jalan Rajawali, Jalan Veteran, dan Jalan Kembang Jepun. Saat ini pengecatan bangunan di Jalan Karet sudah berjalan.
Meski begitu, Camat Pabean Cantian Yanu Murdianto menyatakan tidak tahu banyak mengenai konsep revitalisasi yang akan diterapkan. Termasuk anggaran yang akan digelontorkan untuk membiayai program tersebut. ''Kecamatan tidak mengetahui terkait anggaran,'' katanya. Sebab, menurut Yanu, rencana penganggaran untuk revitalisasi Jalan Karet sepenuhnya otoritas Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya.
Sementara itu, Rony Limaran, ahli sejarah Surabaya, menyebutkan bahwa revitalisasi tersebut memakan banyak dana. Untuk merawat bangunan cagar budaya seperti pengecatan, biayanya mahal. Cat yang digunakan harus khusus. Tujuannya, bangunan tidak mudah rusak setelah dicat. ''Kalau untuk sekadar mengecat agar tidak kelihatan kumuh sih mudah,'' tuturnya.
Pengecatan dimulai dari bangunan keluarga Han Bwee Koo di Jalan Karet Nomor 72. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sempat meninjau langsung. Bahkan, dia meminta warna cat diubah. Yang awalnya putih tulang diubah menjadi warna-warni.
Selain pengecatan, urusan penerangan jalan mulai dipersiapkan. PLN juga memperbaiki panel-panel listrik yang rapuh sepanjang Jalan Karet kemarin (11/11). Tujuannya, tidak ada kendala terkait instalasi yang sudah terpasang saat pengecatan bangunan cagar budaya di sepanjang Jalan Karet.
Sementara itu, upaya menghias Jalan Kembang Jepun dimulai. Di Jembatan Merah sudah terpasang lampu hias yang terbungkus benda berbentuk alat penangkap ikan tradisional bernama wuwu. Benda tersebut berbahan bambu.
Dinas kebersihan dan ruang terbuka (DKRTH) juga mengganti lampu yang sebelumnya dipasang. Sebab, lampu yang sudah dipasang dianggap terlalu kecil. Sebagai gantinya, kini ada sekitar 50 lampu yang menghiasi jembatan tersebut. (yon/c15/eko)
BACA JUGA: Lestarikan Warisan Budaya Kota Lama
BACA ARTIKEL LAINNYA... Risma Kandidat Kuat Presiden UCLG ASPAC
Redaktur : Tim Redaksi