Bu Risma, Pangeran Charles, dan Saya

Catatan Kajari Surabaya Didik Farkhan Alisyahdi

Senin, 22 Mei 2017 – 23:45 WIB
Kepala Kejaksaan Negeri Surabaya, Didik Farkhan Alisyahdi. Foto Istimewa

jpnn.com, SURABAYA - Siapa yang tidak kenal dengan Bu Risma, ibunya arek-arek Surabaya. Jawa Timur. Hampir semua rakyat Indonesia mengenalnya.

Kini namanya makin mendunia. Beberapa negara sering mengundangnya untuk testimoni kebijakan dan gebrakannya selama memimpin Kota Surabaya.

BACA JUGA: Risma Pamer Merdeka Dari Sampah ke Pangeran Charles

Paling akhir adalah Pangeran Charles dari Inggris yang mengundangnya untuk berbicara soal pengelolaan sampah plastik pada Launch New Plastic Economy Innovation Prize.  Acara digelar di Saatchi Duke of York’s HQ Kings Road, London pada Kamis, 18 Mei 2017.

DI ISTANA RAJA: Dari depan kiri; Kajari Didik Farkhan Alisyahdi, Wali Kota Tri Rismaharini, Kapolrestabes Kombes Pol M Iqbal berfoto bersama di depan gate utama Istana Buckingham di London, Inggris, sebelum bertemu dengan Pangeran Charles. Foto Istimewa

BACA JUGA: Bu Risma Resmi Bikin Aduan di KPK

Kebetulan, saya dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol M. Iqbal hadir dan jadi saksi mata saat Bu Risma diterima dan berbincang dengan sang calon raja itu.

Ya, saya dan Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol M Iqbal memang diajak Bu Risma mendampingi selama di Inggris. Karena, Bu Risma ingin testimoni juga tentang perlunya dukungan aparat penegak hukum dalam mengelola dan menyelesaikan seluruh permasalahan kota.

Seperti diketahui, sebelum acara dengan pangeran Charles, dua hari sebelumnya, Selasa, 16 Mei 2017, Pemerintah Kota Surabaya melakukan penandatanganan Letter of Intens (LoI) kerjasama menjadi sister city antara Surabaya dan Liverpool.

Dua kota ini memang hampir memiliki karakteristik permasalahan kota yang sama. Sama-sama kota pelabuhan, sama-sama punya pendukung (suporter) bola yang fanatik, dan sama-sama kota yang ekonominya menjadi penopang ekonomi pertumbuhan masing-masing negara.

Sungguh, undangan Bu Risma untuk ikut mendampingi “roadshow” di Inggris merupakan pengalaman berharga.

Minimal bagi saya selaku jaksa dan kapolrestabes sebagai polisi dikenalkan kepada pemerintah kota Liverpool di Inggris tentang adanya sinergisitas dengan aparat penegak hukum dalam mengelola kota Surabaya.

Ada pelajaran lain yang saya dapat tentang “ilmu” kepemimpinan dari Bu Risma. Seperti diketahui, Bu Risma termasuk salah satu pengajar/narasumber kepemimpinan di Lemhanas.

Jadi selama berinteraksi di Inggris itulah, saya tahu dari praktek langsung bagaimana Bu Risma saat mengambil keputusan.

Salah satu jiwa kepemimpinan Bu Risma adalah terletak pada apa yang dinamakan memimpin dengan hati dan totalitas. Dengan menggunakan semua waktunya, fokus menata Surabaya.

Tiap menit, tiap jam lewat medsos, Bu Risma terus memantau dan menerima keluhan dari warga. Hebatnya, seketika langsung “mengeksekusinya.”

Selalu dicari solusinya dan tanggap atas semua keluhan warga Surabaya. Semua diperhatikan, termasuk memantau perkembangan Surabaya. Perintah menertibkan bangunan liar di belakang Royal Plaza, misalnya, langsung dikomando dari Inggris.

“Segera tertibkan dan minta back up pasukan Polrestabes, karena jalan itu akan dipakai frontage,” perintahnya kepada Kasatpol PP Irvan Widyanto.

Kesan saya, Bu Risma sosok berpendirian kuat dan sangat energik. Saya lihat sendiri begitu tiba di Liverpool, tanpa isturahat, langsung keliling kota.

Dipelototi satu per satu penataan taman, sistem transportasi, dan semua hal yang ada di Liverpool. Dicarinya segala sesuatu yang positif dan cocok yang dapat diterapkan di Surabaya.

Tidak salah bila tiga pejabat eselon dua yang diajak yaitu Kadis Pertamanan M. Khalid dan Kadis Perhubungan Irvan Wahyu Drajad serta Kasatpol PP Irvan Widyanto terus menemani.

“Pak Khalid, lampu taman di dekat pelabuhan Liverpool itu bagus, foto ya,” perintah Bu Risma.

Begitu juga saat bus kota terbaru di London lewat, kadis Perhubungan disuruh foto.

“Pak Irvan itu bentuknya bus kota yang baru cocok di Surabaya. Ayo difoto pak. Segera temui pengelolanya, pelajari sistem dan pelaksanaannya sekarang,” kata Bu Risma kepada kadis Perhubungan.

Itu belum cukup. Untuk menyerap ilmu manajemen pelabuhan, karena Surabaya punya pelabuhan, Bu Risma menyempatkan diri mengunjungi Mersey Maritime di Liverpool.

Selanjutnya, kita kembali ke acara pokok undangan tampil sebagai pembicara di acara Yayasan Pangeran Charles. Bu Risma ternyata disediakan session tersendiri dan satu-satunya narasumber yang memberikan testimoni pengelolaan sampah setelah acara diskusi panel.

Acara dihadiri ratusan undangan dari kedutaaan besar negara-negara sahabat Inggris. Adapun narasumber diskusi panel adalah Vice President Pepsicola Mr. Mehmood Khan, CEO Global Environment Facility Naoko Ishii, lalu Estelle Brachlianoff selaku Senior Executive VP Veolia, Reolof Westerbeek, president of Amcor Flexibles Asia Pacific, Amcor.

Mereka tampil sebelum session khusus testimoni Bu Risma. Selesai diskusi panel dan testimoni Bu Risma, baru Pangeran Charles memberi sambutan. Oleh panitia sudah “diwanti-wanti,” bila undangan tidak boleh ambil foto dan video sang pangeran saat di podium.

Saya pun patuh tidak berani ambil gambar. Meski naluri saya sebagai mantan wartawan “memanggil” untuk mengabadikan momen itu. Pingin sekali saya curi-curi gambar Pangeran Charles, tapi tidak berani.

Takut “ditangkap” ajudan pangeran Charles he he.... Baru setelah acara seremonial selesai, kami berkesempatan bertemu dan berbincang dengan sang Pangeran.

Saya tatap langsung muka Pangeran Charles. Maklum selama ini saya hanya bisa melihat di televisi dan koran. Ternyata, orangnya ramah dan tidak jaim. Perbincangan diawali ketika Bu Risma menyapa dan “memamerkan” payung yang dibuat dari limbah plastik kepada Pangeran Charles.

Sang pangeran sangat tertarik sampai nunduk kepalanya dan tersenyum melihat dan memperhatikan payung dari limbah plastik itu. Perbincangan makin hangat ketika Pangeran Charles menyampaikan pujian kepada Bu Risma.

“Saya sudah tahu semua yang anda lakukan untuk pengelolaan sampah di Surabaya. Saya pernah mengunjungi negara Anda beberapa tahun lalu,” kata Pangeran Charles kepada Bu Risma dengan ramah di depan undangan lain yang mengerubuti.

Perbincangan memang singkat, sehingga Bu Risma tidak ada kesempatan mengenalkan anggota tim Surabaya kepada Pangeran Charles.

Maklum yang “antre” ketemu Pangeran banyak. Bagi saya dapat bertemu dan bertatap muka langsung dengan pewaris tahta kerajaan Inggris itu sungguh suatu peristiwa yang sangat luar biasa. (*/jay)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler