Warga New York jatuh cinta pada kafe bergaya Australia, lengkap dengan menu kopi ‘flat white dan pelengkap makanan ‘smashed avocado’ (alpukat tumbuk).
Menurut Oliver Strand, seorang kritikus makanan yang menulis di New York Times, ini bukan hanya tentang kopi yang enak dan sehat, serta makanan lezat.
BACA JUGA: Belasan Perusahaan Australia Berbagai Bidang Tertarik Berinvestasi di Indonesia
Kafe Australia juga membawa getaran yang berbeda bagi warga Big Apple (New York).
"Dengan tipikal warga New York, saya pikir ini adalah kejutan yang hangat," katanya.
BACA JUGA: Inspirasi Wirausaha Sosial Jadi Tema Diskusi AIBF 2016
"Ini bukan kota yang sedingin dan sekejam yang mungkin dipikirkan beberapa orang- ini benar-benar tempat yang sangat hangat. Tapi sekaligus tempat yang sibuk, sehingga memiliki tempat-tempat ini untuk pergi sarapan dan ngopi adalah hal yang baru,” tuturnya.
Oliver menuturkan, "Ini menyenangkan, seperti memiliki hari penuh bunga dan cokelat serta spa atau sesuatu seperti itu.”
BACA JUGA: Boneka Bobbie The Bear Jadi Maskot Kampanye Keselamatan Berkendara Bagi Turis
"Ini bukan sesuatu yang Anda lakukan di New York, Anda pesan, Anda pergi, Anda pesan, Anda membuangnya kembali. Ini sangat terburu-buru," tambahnya.
Pengalaman Toby's Estate
Ada ribuan kedai kopi di New York dan sebanyak lebih dari 200 kedai buka setiap minggunya.
Tapi budaya kopi Amerika lebih banyak berfokus pada pemenuhan kebutuhan ketimbang gaya hidup, dan belakangan ini telah banyak dipengaruhi oleh pendekatan Starbucks yang massal.
Allie Caran adalah pendidik kopi di kedai Toby’s Estate di Brooklyn.
Di sebuah negara yang terkenal akan racikan kopi yang kurang pas, ia berkampanye untuk mengajarkan warga Amerika tentang gaya kopi Australia.
"Kafe Starbucks, mereka diarahkan untuk pengalaman yang benar-benar berbeda," sebutnya.
"Itu konsumsi yang benar-benar cepat, mereka adalah minuman yang secara tradisional jauh lebih besar dan saya pikir pengalaman-pengalaman itu sendiri adalah pengalaman yang sangat picik," pendapatnya.
Kedai Toby’s Estate adalah gagasan dari Adam Boyd, yang meyakinkan temannya, Amber Jacobsen, untuk membantu ia memulai sebuah perusahaan kopi di New York.
Ini setengah ritel, setengah grosir - mereka memiliki outlet kelima yang segera buka dan mereka menyediakan kopi untuk 200 klien.
"Kami tak mengidentifikasi ini sebagai tempat kopi Australia sama sekali, kami peracik kopi Brooklyn lokal dan kami memiliki lebih dari 200 jatah grosir, jadi kami jelas membuat kopi untuk orang Amerika," kata Amber.
Ia berujar, "Itu artinya, Adam dan saya dibesarkan bersama-sama di Australia, kami orang Australia, jadi, ya, kami memiliki beberapa gaya eksentrik khas Australia di tempat ini karena itulah yang membuat kami berbeda.”
"Kami tak bisa melepaskannya -maksud saya, kami berbicara dan dan cukup jelas terdengar bahwa kami orang Australia," imbuhnya.
Pemilik kedai Two Hands, Giles Russell berdiri di depan kafenya di New York.
Pengalaman Two Hands
Giles Russell adalah warga New York lainnya dari geng Australia.
Dengan kedai ‘Two Hands’, ia mentransplantasi sebuah duplikat dari kafe pantai Bondi di Sydney ke dalam suasana urban New York.
"Kami ingin bekerja sama untuk memberitahu warga New York, 'hey, ini adalah kopi dengan gaya yang berbeda, gaya makanan yang berbeda dan budaya yang berbeda yang Anda beli'," ungkapnya.
"[Di Australia] Ketika Anda berjalan keluar pintu tempat tinggal anda, itu seperti langkah logis berikutnya -saya akan pergi ke sebuah kafe dan pesan kopi ‘flat white’ atau tiga-perempat ‘flat white’ dan barista akan mengenal saya, pemilik kedai akan mengenal saya, saya akan disambut, itu membuat saya merasa senang, saya akan merasa nyaman di sini,” terangnya panjang lebar.
"Saya merasa bahwa itu benar-benar hilang di New York," aku Giles.
General manager ‘Two Hands’, Tim Burnett, mengatakan, sementara kopi-lah yang membuat orang menoleh, getaran-lah yang benar-benar menarik warga New York.
"Kopi benar-benar mengejutkan orang, tapi saya pikir kopi yang baik sudah ada di AS, dan telah ada selama beberapa tahun. Tapi budayanya, jelas, itu memukau orang,” jelasnya.
"Ini adalah pengalaman yang baik, saya pikir, untuk warga Amerika," lanjutnya.
Dan untuk warga Australia, itu juga berarti perjalanan ke Amerika kini bisa mencakup secangkir kopi yang enak.
Dan kemudian soal aksen.
"Warga Amerika menyukai aksen Australia. Jadi ketika seseorang mengatakan, 'Anda ingin kopi?' dalam aksen Australia itu seperti mendengar seseorang membisikkan puisi cinta dalam bahasa Prancis di telinga Anda," kelakar Tim.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Warga Victoria Makin Malas Konsumsi Buah dan Sayuran