Hal ini pun diterapkan dalam kegiatan hajat laut yang digagas Paguyuban Hanjatan Perahu Asri Bahari dan Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Pangandaran, kemarin.
Panitia menyarankan kepada tamu undangan dan warga yang hadir untuk mengenakan pakaian tradisional. Seperti diungkapkan penggagas kegiatan hajat laut ysekaligus Korbid Seni Budaya dan evet Pariwisata Kompepar Pangandaran Edi Rusmiadi kepada Radar.
“Kami tergugah untuk mensosialisasikan pakaian adat Sunda, karena itu di kegiatan hajat laut ini kami juga melakukan kampanye pemakaian iket dan pakaian pangsi,” tuturnya.
Edi mengatakan, pakaian pangsi dan iket merupakan busana tradisi yang menjadi ciri khas dan menunjukan identitas orang sunda. "Melalui kegiatan ini kami ingin mengingatkan bahwa pakaian tersebut juga nyaman digunakan sehari-hari dan tentunya menunjukan identitas,” tuturnya.
Dikatakan Edi, pihaknya bekerjasama dengan Komunitas Iket Sunda (KIS) Ciamis menyediakan stand penjualan iket untuk melayani warga dan wisatawan.
Sosialisasi iket sunda yang dilakukan Kompepar disambut baik berbagai pihak. Kepala Desa Pangandaran Iwan Herdiawan mengaku tergerak untuk membudayakan pemaikaian iket di lingkungan pemerintah desa. “Saya kira bagus sekali, apalagi kita di daerah wisata, kita akan sosialisasikan, minimal satu mingu sekali ada hari dimana kita semua mengenakan atribut iket,” ungkapnya.
Sementara Dani Brahma, dari komunitas sepeda othel Pangandaran mengatakan, iket merupakan busana pelengkap yang menadakan kecintaan terhada budaya bagi para pemakainnya.
“Sama seperti halnya slayer, iket juga banyak manfaatnya bisa menjadi pelindung mulut atau hidup saat berkendaraan atau berfungsi sebagai sal atau penutup leher, dengan iket kita tetap bisa gaya dengan rasa nyunda,” tutur sarjana lulusan seni musik UPI Bandung itu. (nay)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rombongan Pengantin Ditabrak KA, 4 Tewas
Redaktur : Tim Redaksi