Bukan Eksploitasi tetapi Inspirasi

Sabtu, 01 Desember 2012 – 07:45 WIB
IWAN Setyawan tidak menyangka novel 9 Summers 10 Autums yang ditulisnya laris manis dan difilmkan. Sebab, awalnya dia sekadar iseng menulis kisah hidupnya. ”Saya menjadi penulis itu untuk keponakan saja. Biar mereka tahu bagaimana prosesnya (saya menjadi pengusaha di Amerika Serikat). Makannya, saya mau tulis sejarah keluarga dan ternyata bukunya laku. Lalu, ada yang pengen bikin film‬‬nya,” katanya.

Dia sempat ragu mengiyakan tawaran memfilmkan novel tersebut. Dia takut dianggap mengeksploitasi kemiskinan keluarganya. ”Tetapi saya nggak begitu, saya mau kasih sebuah inspirasi, untuk anak sopir angkot kayak saya ternyata bisa lho mendapatkan mimpi kalau didukung keluarga,” ungkapnya.

Setelah melalui casting, Ihsan "Idol" yang terpilih memerankan dirinya. Kesamaan nasib menjadi alasan pemilihan penyanyi yang terkenal berkat menjuarai Indonesian Idol itu.

”Ihsan punya kisah mirip saya. Ihsan adalah anak seorang tukang becak yang sukses melalui Indonesian Idol, tetapi tetap nggak melupakan keluarganya. Dan itu sesuai banget sama impian saya. Kalau Indonesia ingin maju, memang harus mulai dari keluarga. Kalau ada salah satu (anggota keluarga) yang maju, yang lain harus mendukung. Semua bisa ditembus, hidup sudah keras tetapi kita harus lebih keras‬‬,” tuturnya.

Dia pun mengaku sempat merasakan ketakutan saat harus memulai penulisan novel itu. Sebab, akan lebih banyak orang yang mengetahui kesulitan hidup yang pernah dialaminya. Namun, akhirnya dia sadar kisah hidupnya justru bisa menginspirasi banyak orang.

”Saya ingat kata ibu saya, siapa tahu ada anak sopir yang baca dan hidupnya (ikut) berubah. Saya merasa bersyukur mengalami range yang panjang. Saya nggak takut hidup susah. Hidup susah sekarang, tetapi untuk kebahagiaan di kemudian hari‬‬,” terangnya.

Iwan melanjutkan kisah hidupnya di novel keduanya bertajuk Ibu. Dia menggambarkan kehebatan perempuan yang melahirkan dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang itu. ”Ibu saya itu adalah ibu yang luar biasa,” ucapnya. Berbekal kedua novelnya itu, dia keliling 150 kampus se-Indonesia untuk mengkampanyekan gerakan membaca. Menurutnya, minat membaca generasi muda Indonesia masih terbilang rendah.

”Saya pikir penetrasi baca Indonesia sangat kurang. Saya pengen anak muda yang nongkrong itu bawa buku‬‬ ‪‪Menurut saya anak muda yang keren itu bukan anak muda yang belanja sana-sini, tetapi yang tahu literatur, yang pintar.‬‬ ‪‪Kita punya uang banyak tetapi otak kosong, buat apa, intelektual itu nggak bs dibeli,” tegasnya.‬

”Saya dulu nggak suka membaca, makanya saya pengen balas dendam biar anak muda sekarang membaca.‬‬ Dulu saya pikir orang baca novel itu bego. Tetap itu berubah setelah saya ketemu seorang teman. Ternyata membaca itu membuat saya merasa senang,” pungkasnya. (ash)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayu Dewi Tak Ingin Anaknya Mirip J-Lo

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler