jpnn.com, JAKARTA - Pengamat energi Kurtubi menilai kebakaran kilang minyak di Balongan, Indramayu, Jawa Barat bakal menghambat megaproyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Pertamina.
"Pasti akan molor," ungkap dia dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Selasa (30/3).
BACA JUGA: Soal Kebakaran Kilang Minyak Pertamina Indramayu, Legislator: Audit Seluruhnya
Dia memerkirakan tangki yang rusak parah akan membutuhkan waktu yang lama untuk diperbaiki, bahkan untuk normal kembali.
Seperti diketahui Kilang Balongan adalah salah satu proyek strategis nasional dalam pengembangan kilang minyak tanah air.
BACA JUGA: Empat Fakta Terkait Pemadaman Kilang Minyak Pertamina Indramayu
Anggota Komisi VII DPR periode 2014-2019 itu menyebut kebakaran pada kilang minyak tidak terjadi hanya sekali ini.
Dia mencatat ada beberapa kali kebakaran, seperti di kilang Balikpapan, Cilacap, dan teranyar di Balongan, Indramayu.
"Artinya, mungkin kurang perawatan, pengawasan atau kontrol," ujar dia.
Kurtubi meminta Pertamina meningkatkan semua aspek keamanan dan perawatan agar jangan sampai kebakaran terjadi lagi.
"Kebaran kilang jangan dianggap hal biasa," kata Kurtubi.
Sebagai informasi, mengutip dari laman resmi Pertamina, pengerjaan proyek RDMP Kilangan Balongan fase pertama ditandai dengan pemancangan perdana pada Februari lalu.
Pengembangan proyek ini bertujuan meningkatkan fleksibilitas unit pengolahan dan meningkatkan kapasitas produksi Kilang Balongan dari sebelumnya hanya 125 MBSD menjadi 150 MBSD, serta mampu menghasilkan nafta untuk proses lebih lanjut dari 5,29 MBSD menjadi 11,6 MBSD.
Peningkatan fleksibilitas Crude Distillation Unit (CDU), maka Kilang Balongan akan bisa memproses minyak mentah campuran berat ataupun minyak mentah ringan. Hal ini akan meningkatkan margin untuk perusahaan dan juga meningkatkan ketahanan energi nasional.
Selanjutnya, fase kedua adalah aktivitas produksi mulai berlangsung pada 2022 mendatang. Adapun fase ketiga terkait pengembangan komplek kilang terintegrasi petrokimia yang diproyeksikan rampung pada 2026.
Pada penggarapan proyek ini, Pertamina menggandeng dua perusahaan energi asing, yakni China Petroleum Corporation (CPC) dan perusahaan minyak asal Abu Dhabi ADNOC. (mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robia