jpnn.com - JAKARTA - Buku berjudul "Dinasti Keong Demokrasi Mati" yang ditulis tiga senior politik, FI Titik Wijayanti, Amos Apridawan, dan Purwandono, resmi diluncurkan, Senin (28/10) di Jakarta.
Launching dan bedah buku itu diramaikan puluhan sukarelawan politik.
Dalam sambutannya saat acara launching dan bedah buku Dinasti Keong Demokrasi Mati, itu Titik Wijayanti mengungkap awal mula penulisan buku tersebut.
"Saat terjadi demo besar di Mahkamah Konstitusi, pada momen itulah saya merenung untuk membuat buku ini. Dari momen itulah wacana dinasti muncul dan menjadi inspirasi penulisan tentang dinasti keong," kata Titik dalam keterangan yang diterima, Selasa (29/10).
BACA JUGA: Operasi Zebra Lancang Kuning, AKBP Fahrian Beri Edukasi Lalu Lintas & Demokrasi
Sementara, Purwandono memberikan penjelasan dalam kontek refleksi terhadap masa lalu dan potensi keterulangan tragedi kemanusiaan yang pernah terjadi di negeri ini.
Dia menjelaskan dari konteks 98, yang menghasilkan sistem yang walaupun belum sempurna, tetapi menghasilkan beberapa figur pemimpin.
BACA JUGA: Sejumlah Tokoh Hadiri Peluncuran Buku Karya Dede Yusuf, Berikut Daftar Namanya
Dia mengatakan refleksi dari peristiwa 98, munculnya upaya untuk mengaburkan sejarah tentang 98, dan kemunduran demokrasi dengan kerterlibatan kekuasaan dalam mengubah aturan untuk kepentingan kekuasaan kroni, oligarki dan keluarganya, merupakan pemicu penulisan buku ini.
"Untuk kembali mengajak semua elemen gerakan mengembalikan demokrasi di singgasana sebagai dasar berpolitik bangsa ini," katanya dalam keterangan yang sama.
Pengamat politik Ikrar Nusa Bakti menyampaikan tentang pasang surut demokrasi dalam perjalanan bangsa ini pascakemerdekaan.
Dia mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini di luar prediksi, dan banyak pihak terkaget-kaget dengan apa yang dilakukan oleh rezim berkuasa saat itu.
Ikrar meyakini bahwa demokrasi tidak akan mati karena ada orang-orang yang peduli pada negara ini.
"NKRI tetap akan ada, dan perlawanan untuk menyelamatkan demokrasi harus tetap digelorakan," katanya dalam keterangan yang sama. "Kita berharap demokrasi tidak akan mati," tambahnya. (*/boy/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Kusdharmadi