Buku Porno Beredar di SD

Sabtu, 09 Juni 2012 – 09:28 WIB

BANDUNG-  Dunia pendidikan tercoreng. Dua buku berbau porno serta sadisme beredar di tiap sekolah dasar di Kota Bandung, salah satunya SD Cempaka Arum.  Dua buku itu merupakan bantuan dana alokasi khusus (DAK) untuk perpusatakaan sekolah yang bersumber dari Kemendiknas.

Kepala SD Cempaka Arum, Ahmad Taufan mengaku tidak mengetahui ada buku di perpusatakaan yang isinya tidak sesuai dengan peruntukan siswa sekolah dasar.

Namun ketika ada imbauan dari pengawas dan Kabid SD Kota Bandung untuk melakukan pengecekan terhadap buku-buku hasil DAK, dia langsung memeriksa semua buku diperpustakaan dan juga buku bahan mengajaran. 

“Saya sangat kaget ketika membacanya ada dua judul buku yang menurut saya benar-benar tak pantas untuk diberikan ke sekolah meskipun buku tersebut memang jenisnya merupakan novel, bukan buku ajaran,” Ahmad yang ditemui di sekolahnya, kemarin (8/6).

Dua judul buku itu yakni “Tidak Hilang Sebuah Nama” karya Galang Lutfianto dan Tambelo Kembalinya Si Burung Camar karya Redhite. Buku-buku itu diterbitkan Era Adi Citra Inter Media.   

Dalam buku berjudul Tambelo yang berisi 142 halaman, ada beberapa kalimat tak pantas, seperti di hal 40;  “ha..ha..ha…Boleh saja kau minum Nona Manis, asalkan saya boleh juga kau bolehkan untuk menciummu,”.

Hal 63: "ok, aku katakan saja, bahwa aku telah melakukan hubungan yang serius dengan roni di dalam hutan. Kami telah berhubungan badan sehingga kini di perutku ini ada darah daging roni yang harus dia pertanggungjawabkan," dll   

Sedangkan dalam buku berjudul Tidak Hilang Sebuah Nama dengan jumlah halaman 220, beberapa kata-kata yang tidak layak dibaca seperti pada Hal 56: Paedophilia dan necrophilia juga bisa dikategorikan gangguan penyimpangan seksual. Penderitaan paedophilia akan merasa puas bila melakukan hubungan seksual dengan anak-anak, sedangkan necrophilia adalah orang meninggal".

Dan hal 57; "kurang percaya diri ketika ia akan melakukan hubungan seksual dengan sesamanya-orang-orang normal-merupakan salah satu penyebabnya. Bagaimanapun, sebagai manusia, ia butuh melampiaskan kebutuhan biologisnya. Dan bagi lelaki umumnya, ada mekanisme mimpi yang bermanfaat untuk menekan hasrat itu. Tapi bagi sebagian orang, itu saja.

Buku bersampul dominan hitam untuk Tambelo dan orange untuk Tidak Hilang Sebuah Nama tersebut dikatakan Ahmad merupakan DAK perpusatakaan. “Untuk satu judul bukunya pemerintah memberikan lima eksemplar saat ini udah saya amankan semuanya,” terang Ahmad.

Tambelo sendiri menceritakan prihal kisah petualangan seorang pemuda di tanah Papua yang menjadi guru di daerah terpencil dan bertemu seorang gadis. Di sanalah petualang itu bermualai yang disertai cerita intrik, petualangan dan percintaan.

Sedangkan Tidak Hilang Sebuah Nama menceritakan tentang dendam persaudaraan di salah satu negara yang ingin saling membunuh, bahkan dibumbui dengan aksi pencurian mayat trik pembunuhan dan lainnya.  

Ia mengatakan, sebetulnya buku itu sudah ada di sekolahnya sejak Januari lalu. Namun dikarenakan Ahmad baru menjabat Maret lalu dan pemberitahuan tentang pengecekan buku DAK tersebut baru Kamis (7/6)lalu, sehingga ia pun meminta seluruh gurunya untuk segera memeriksa semua buku yang ada dari hasil DAK. “Saya langsung tugaskan guru untuk membaca seruruh buku hasil DAK baik itu jenisnya umum atapun buku pelajaran, dan kami pun menemukan dua buku yang tak menurut saya hanya pantas disimpan diperpusatakaan umum bukan sekolah apalagi sekolah dasar,” paparnya.

Meski demikian ia tidak mengetahui apakah sudah ada siswa yang membaca buku tersebut atau belum. Sebab buku tersebut memang sudah terpajang beberapa bulan di perpusatakaan sekolah. “Saya tidak mengetahui berapa siswa yang sudah membaca, namun upaya kami yakni langsung melaporkan ke Dinas Pendidikan Kota Bandung dan menarik buku tersebut dari perpustakaan,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Oji Mahroji menegaskan pihaknya sudah menginstruksikan melalui pengawas dan Kabid TK/SD untuk segera melakukan penarikan buku tersebut. “Kepsek pun diimbau untuk melakukan pengecekan terhadap seluruh buku yang memang tidak pantas dikonsumsi siswa SD, apapun jenisnya,” paparnya.

Oji juga mengatakan, pihaknya belum menerima laporan dari Kepsek sekolah prihal adanya buku yang tidak pantas itu. ”Apalagi kalau DAK kan langsung ke sekolah tidak melalui Disdik Kota dulu. Jadi kami tidak bisa melakukan penyortiran terlebih dahulu,” paparnya.

Hal senada diungkapkan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat Wahyudin Zarkasyi. Dikatakan dia, DAK tersebut berasal dari pusat sehingga tidak mungkin ada penyortiran di provinsi. “Itu langsung dari pusat. Namun meski demikian tanpa instruksi pun seharusnya guru dan kepsek di sekolah harus langsung menarik buku itu dan tidak diberikan ke siswanya atau disimpan di perpustakaan,” tuturnya.

Wahyudin juga mengaku belum menerima laporan sekolah mana saja yang memperoleh DAK buku tersebut. “Justru saya baru dapat laporannya sekarang dari media. Mudah-mudahan sekolah yang lain bisa langsung melakukan penyortiran jika memang ada yang dianggap tidak pantas,” terangnya.

Hasil penelusuran Federasi Guru Independen Indonesia (FGII) melalui Ketuanya Iwan Hermawan dikatakan, jika suplayer buku tersebut merupakan CV Galaxi Nusantara yang beramat di Bantul Jogjakarta. “Dari surat keterangan yang kami dari salah satu sekolah lainnya yang juga mengatakan menerima jenis buku serupa CV tersebut menyebarkan sekitar 900 buku dengan judul yang sama di seluruh sekolah penerima DAK,” tegasnya.

Oleh karenannya ia menilai buku tersebut kini sudah tersebar di seluruh sekolah penerima DAK secara nasional. ”Ini harus segera ditindak lanjuti oleh Kemendiknas, jangan hanya DAK ini mengejar proyeknya saja tapi tidak dilihat dulu isi buku tersebut,” tegasnya yang ditemui di Sekretariat Koalisi Pendidikan Kota Bandung Jalan Keliningan. (tie)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tingkatkan Kualitas Pendidikan di Daerah Perbatasan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler