Bullying Don Bosco Disiksa Sampai Muntah

Rabu, 01 Agustus 2012 – 09:59 WIB
JAKARTA - Laporan kekerasan senior terhadap yuniornya di SMA Don Bosco Pondok Indah, Jakarta Selatan terus bergulir. Selasa (31/7), lima dari sembilan siswa SMA Don Bosco Pondok Indah, memenuhi panggilan penyidik Polres Jakarta Selatan. Kelimanya datang dengan didampingi orangtua masing-masing. Kelimanya adalah terduga pelaku kekerasan terhadap adik kelasnya.
   
Sempat terjadi ketegangan dengan wartawan karena kelima pelaku kekerasan tersebut meminta tidak disorot kamera wartawan. Bahkan, orangtua mereka juga uring-uringan karena keberatan anaknya yang datang tak berseragam diberondong pertanyaan oleh wartawan.

Menurut Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan, AKBP Hermawan, kelima pelaku akan dipertemukan dengan korban untuk dikonfrontir. ”“Ini bukan delik aduan (kasus tidak bias dicabut), kita lihat situasinya nanti. Jika damai menjadi solusi, kita tetap mengacu UU,” tegasnya.

Dikatakan, ada sembilan siswa lagi yang diduga sebagai pelaku kekerasan dipanggil tetapi tidak datang. Jika dua kali pemanggilan lagi tidak datang, maka petugas akan melakukan jemput paksa. ”Otaknya GC, tapi dia sudah dikeluarkan dari sekolah karena kasus kenakalan. Delapan lainnya masih tercatat siswa Don Bosco,” kata Kasat.

Secara terpisah, Ary, salah satu korban bullying menceritakan, disiksa oleh seniornya bukan di lingkungan sekolah. Saat itu, 24 Juli 2012, usai pulang sekolah, dia dan beberapa teman sekelasnya diajak ke perumahan dekat Menara Fedex oleh seniornya. "Saya diajak membicarakan acara makrab (malam keakraban), sampai di sana malah disiksa," cerita Ary.

Selama penyiksaan, dia mengaku tidak berani melihat wajah para seniornya. ”Saya dipaksa menunduk, nggak berani melihat wajah senior,” katanya.

David, korban lainnya, mengaku ditendang, dicaci maki, dipukul. Dan yang paling sakit adalah ketika tendangan seniornya mengenai lehernya. ”Saya jatuh dan muntah-muntah, besoknya saya nggak bias sekolah karena sakit,” katanya. Korban lainnya, Pindo, Juan, Keit, Gerry, Jaimi, dan Joshua juga mengalami perlakuan yang kurang lebih sama.

Sementara itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengecam sekolah yang melepaskan pelaksanaan masa orientasi sekolah (MOS) kepada kakak kelas. Sebab, sekolah yang baik wajib mengikuti dan terjun langsung dalam pelaksaan MOS. Jika ada pelanggaran selama MOS, maka sekolah wajib bertanggungjawab.

"Saya mengikuti yang menjadi perhatian, komentar, sekaligus kritik masyarakat terhadap masih adanya tindakan kekerasan utamanya pada masa orientasi. Budaya kekerasan harus kita hentikan," terang Presiden  saat memberikan keterangan pers usai Sidang Kabinet Terbatas Bidang Pendidikan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Jakarta, Selasa (31/7).

Presiden SBY meminta untuk memastikan masa orientasi itu berjalan dengan baik tanpa kekerasan. Demikian juga hubungan horisontal antarsiswa, antarmahasiswa, dan juga hubungan vertikal guru dengan siswanya. "Saya mengajak masyarakat luas untuk melaksanakan pengawasan. Para orang tua yang mendapatkan keluhan kalau putra-putrinya masih mendapatkan kekerasan silakan untuk melapor kalau perlu ke tempat saya dengan demikian bisa kita perbaiki secara mendasar," katanya. (ibl)
BACA ARTIKEL LAINNYA... SBY Ingatkan, Sudah Ada BOS Jangan Ada Pungutan

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler