Bunuh Diri Penyebab Kematian Nomor Dua di Korsel

Kamis, 21 Desember 2017 – 19:42 WIB
Rumah duka Jonghyun SHINee. Foto: AFP

jpnn.com - Kematian bintang K-Pop Jonghyun SHINee membuat tingkat bunuh diri di Korea Selatan kembali menjadi sorotan. Jumlah kasus bunuh diri di Negeri Ginseng itu memang termasuk yang tertinggi di dunia.

Dilansir Los Angles Times, pada 2015, terjadi 13.500 kasus bunuh diri atau sekitar 37 kasus per hari di Korsel. Bahkan, World Health Organization (WHO) mencatat kasus bunuh diri adalah penyebab kematian nomor dua setelah kecelakaan di negara tersebut.

BACA JUGA: Menyayat Hati, Cerita Nine9 Soal Depresinya Jonghyun SHINee

Kematian Jonghyun membuat Korsel menyoroti masalah penyakit sosial yang telah tumbuh lebih umum selama generasi terakhir. Padahal, negara maju lainnya telah mengalami penurunan kasus bunuh diri.

"Ini adalah fenomena sosial yang berasal dari kombinasi masalah individu, masyarakat dan generasi," kata psikiater di National Medical Center yang juga bekerja dengan Assn Korea untuk Pencegahan Bunuh Diri, Kim Hyun-jeong.

BACA JUGA: Jonghyun Beli Mobil Baru Sebelum Bunuh Diri

Pelaku bunuh diri tertinggi berasal dari pelaku industri hiburan. Padahal, industri musik dan hiburan Korsel tengah mendapatkan pengakuan dunia atas sejumlah prestasi yang berhasil ditorehkan.

Hyun Jeong mengatakan, penyebab bunuh diri sedikit banyak terpengaruh perubahan cepat Korsel yang dalam dua generasi bertransformasi dari masyarakat agraris miskin ke negara dengan ekonomi terbesar ke-11 di dunia.

BACA JUGA: Pemakaman Jonghyun Tertutup untuk Umum

Perkembangan pesat setelah Perang Korea menyebabkan ketidaksetaraan pendapatan dan memunculkan pemikiran masyarakat yang mengedepankan persaingan dan prestasi antar individu dan kualitas hidup.

Oleh karena itu, muncul teori bahwa banyak orang Korsel berpikir mereka lebih baik mati daripada menderita penghinaan karena kehormatan yang dipertaruhkan.

Hyun Jeong mengungkapkan tingkat bunuh diri sangat tinggi terjadi pada kalangan muda maupun tua. Dua kelompok yang dianggap paling rentan.

Transformasi ekonomi, dianggap melukai banyak penduduk lanjut usia yang sudah tidak bekerja. Mengingat, fakta bahwa sekitar setengah dari orang tua hidup dalam kemiskinan atau memiliki penghasilan terbatas. Sedangkan rencana pensiun pemerintah hanya dimulai tiga dekade yang lalu.

Sedangkan, anak muda menghadapi tekanan kuat dari keluarga dan masyarakat untuk berprestasi di sekolah. Ditambah lagi, pekerjaan dengan gaji tinggi semakin sulit didapat sejak krisis ekonomi tahun 1990-an, sehingga mendorong iklim kompetisi yang tinggi di dunia kerja.

Menurut Korean Statistical Information Service, pada tahun 2015, bunuh diri adalah penyebab kematian nomor satu pada orang berusia 10 sampai 39 tahun.

Oleh karena itu, pemerintah Korsel melakukan segala upaya untuk mengurangi kasus bunuh diri. Di antaranya, menempatkan penghalang di atap dan jembatan bertingkat tinggi yang melintasi sungai Han di Seoul. Selain itu, tentunya melibatkan para pskiater untuk mengatasi masalah kejiwaan. (yln/JPC)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jonghyun Sewa Apartemen Khusus Sebelum Bunuh Diri


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler