Bunuh WIL, Mayat Dilas

Disimpan di Tabung Besi, Sebulan Baru Terbongkar

Rabu, 14 Maret 2012 – 06:06 WIB

SURABAYA - Pembunuhan sadis terjadi di Surabaya. Eka Indah Jayanti, 27, dibunuh pacarnya. Kemudian, jenazahnya dimasukkan tabung bekas potongan tiang reklame, lalu dilas. Setelah sebulan mayat disimpan di garasi, kejahatan itu terbongkar.
 
Peristiwa menggemparkan tersebut terjadi di rumah Emil Bayu Santoso, 37, pacar Eka, di Jalan Kapas Krampung 210, Surabaya. Eka adalah perempuan asal Dusun Krajan, RT 01/RW01, Kelurahan Tuko, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah. Dia dibunuh Emil pada 11 Februari lalu. Emil tega menghabisi nyawa Eka karena cemburu.

Emil dan Eka memang memiliki hubungan spesial sejak 2007. Eka adalah wanita idaman lain (WIL) Emil. Eka berstatus lajang, sedangkan Emil memiliki istri dan empat anak.

Dari hasil pemeriksaan polisi, pembunuhan tersebut bermula dari cekcok antara korban dan pelaku pada 11 Februari sekitar pukul 15.30. Keributan itu dilatarbelakangi kecemburuan Emil kepada Eka. "Lantaran emosional, pelaku memukul korban dengan pipa besi bekas meja hingga sembilan kali," jelas Kapolrestabes Surabaya Kombespol Tri Maryanto. Kejadian tersebut berlangsung di lantai dua rumah Emil.

Pukulan yang mendarat di kepala itu membuat Eka tak berdaya dan meninggal di lokasi kejadian. Lantaran panik, Emil mencari cara untuk menyembunyikan jenazah Eka. Dia sempat memandikan jenazah Eka dan memakaikan baju putih. Kemudian, jenazah ditaruh di sebuah kamar di rumah berlantai tiga tersebut.

Selang tiga hari kemudian, Emil kembali kalut karena mayat Eka sudah mengeluarkan bau busuk. Dia sempat berpikir hendak mengubur jenazah pacarnya itu di taman lantai tiga rumahnya.

Namun, hal tersebut urung dilakukan karena taman di lantai tiga tidak mungkin digunakan untuk makam. "Dari situ, akhirnya pelaku terpikir untuk menaruh jenazah korban dalam tabung besi," ujar Tri Maryanto.

Emil kemudian membeli sebuah tabung besi bekas tiang reklame. Tabung hijau dengan diameter 43 cm dan panjang 173 cm itu dibeli seharga Rp 80 ribu di sebuah workshop pengerjaan reklame di kawasan Ngagel.
 
Selain tabung besi, Emil membeli las listrik merek Force Inverter di sebuah toko swalayan alat berat. Setelah tabung besi itu dikirim ke rumahnya, Emil mulai bekerja.
 
Sebelumnya, dia membungkus jenazah Eka dengan plastik bening hingga 14 lapis. Jenazah juga dibungkus plastik bekas pembungkus jok mobil. Setelah itu, jenazah dimasukkan ke dalam tabung besi tersebut, lalu disimpan di garasi dan ditutupi sejumlah kardus.
 
Meski sudah disimpan di tabung besi dan dilas dengan rapat, bau mayat tidak otomatis hilang sama sekali. Seseorang yang sering masuk rumah tersebut mencium bau aneh dari tabung itu. Dia juga pernah diminta mengajari Emil menggunakan las. Saat mengobrol di warung, dia menyampaikan hal itu kepada pembeli lain. Akhirnya, sampailah informasi tersebut ke telinga polisi.
 
Sabtu (10/3), Unit Reserse Mobile (Resmob) Satreskrim Polrestabes Surabaya mendapat informasi tentang peristiwa tersebut. "Kami mendapat informasi bahwa di rumah korban tersimpan jenazah korban pembunuhan. Dari situ, anggota mulai lidik," ujar alumnus Akpol 1986 tersebut. Setelah dua hari menyelidiki, polisi akhirnya memastikan jenazah di rumah tersebut adalah Eka.
 
Kemarin sekitar pukul 09.00, anggota resmob yang dipimpin AKP Agung Pribadi mendatangi lokasi. Awalnya, Emil menolak kedatangan polisi.

Dia juga tidak mau menyebutkan isi tabung besi yang berusaha dia halangi dengan mobilnya. "Akhirnya, setelah kami desak, dia mengaku ada jenazah di dalam tabung itu," ujar Wakasatreskrim Polrestabes Surabaya Kompol Sudamiran.
 
Tidak mudah bagi polisi untuk mengeluarkan jenazah Eka dari dalam tabung. Tubuh Eka yang sudah dibalut plastik tebal sulit dikeluarkan dari tabung baja itu. Polisi baru bisa mengevakuasi korban sekitar pukul 11.30. Jenazah langsung dibawa ke Instalasi Forensik RSUD dr Soetomo untuk diotopsi.
 
Dari pemeriksaan polisi, terungkap bahwa pembunuhan sadis itu dipicu rasa cemburu Emil. Tersangka menjalin hubungan asmara dengan Eka sejak 2007. Keduanya bertemu di Jogjakarta. Perempuan asal Grobogan, Jateng, itu bekerja di sebuah toko obat di Kota Gudeg tersebut. Pada 17 September 2011, korban datang ke Surabaya.
 
Entah apa tujuan kedatangan Eka ke Surabaya. Yang pasti, selama di Surabaya, dia kerap diberi tempat tinggal secara nomaden oleh Emil. Eka pernah dikoskan di daerah Karang Empat. Namun, karena ketahuan istri Emil, Patresia Yolanda Dahlia, 29, dia dipindahkan.
 
Emil juga sempat menyembunyikan Eka dari hotel ke hotel. Bahkan, beberapa kali Eka tidur di dalam mobil yang diparkir di dekat sebuah minimarket. Setelah semua diketahui istri Emil, Eka akhirnya diajak tinggal di rumah mereka di Jalan Kapas Krampung (tempat kejadian perkara).
 
Diduga, Eka meminta pertanggungjawaban Emil karena dirinya hamil. "Kami masih memeriksa luka-luka korban saja. Untuk mengetahui korban hamil atau tidak, kami perlu hasil visum mendetail," ujar Sudamiran.
 
Polisi kini juga mendalami peran istri tersangka. Sebab, diduga, istri Emil juga mengetahui proses menyembunyikan dan menyimpan jenazah itu. Yang pasti, selain Emil, Patresia kemarin juga diperiksa.
 
Kepada Jawa Pos, Emil mengaku sebenarnya masih mencintai Eka. Dia juga tidak berniat membunuh. Bahkan, ketika mengetahui Eka tewas di tangannya, dia berniat bunuh diri. Tapi, niat itu diurungkan karena ingat anak-anaknya yang masih kecil dan istrinya yang sedang hamil. Emil juga sudah berniat memutilasi tubuh Eka, tapi tidak tega.
 
Menurut dia, tabung besi berisi jenazah Eka itu rencananya dibawa ke Flores, NTT. Di kota tersebut, dia dikenal sebagai pengusaha transportasi. Rencananya Emil menguburkan tabung besi tersebut di sana. (mar/gun/c5/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Janji Bisnis, Polisi Tipu Polisi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler