Bupati Grobogan Sri Sumarni, Saat Kecil Angon Bebek

Selasa, 23 April 2019 – 07:01 WIB
Bupati Grobogan Sri Sumarni menyempatkan memasak di sela-sela waktu luangnya. Foto: Sirojul Munir/Radar Kudus/JPNN.com

jpnn.com - Bupati Grobogan Sri Sumarni merupakan sosok perempuan tangguh, pekerja keras hingga berhasil mencapai hal yang diinginkan.

Bupati periode 2016-2021 ini, berasal dari keluarga tak mampu. Perempuan yang akrab dipanggil Mbak Sri ini, anak kelima dari pasangan Sunardi dan Ngasi dari delapan saudara.

BACA JUGA: Gaji PPPK dari Honorer K2 Setara PNS, tapi Golongan Berapa?

Bahkan, perempuan kelahiran Grobogan, 5 September 1960 ini, sudah ditinggal bapaknya sejak masih umur 7 tahun. Ibunya harus menjadi tulang punggung. Dengan berjualan sayuran dan beras keliling kampung di Desa Karangsari, Kecamatan Brati, Grobogan, tempat kelahirannya.

”Saat bapak saya meninggal, ibu mendidik anaknya keras untuk mandiri. Mulai nyuci baju, ambil air, dan mencari kayu untuk masak pernah saya lakukan. Waktu kecil saya juga angon bebek,” kata ibu satu anak dan dua cucu yang tinggal di RT 2/RW 3, Desa Putat, Purwodadi, Grobogan, ini.

BACA JUGA: Tempe Setelah Belajar Dorayaki

Dari didikan disiplin keras itu, perempuan yang mempunyai hobi memasak dan olahraga ini, bertekad berjuang sungguh-sungguh untuk terus belajar. Mulai dari SDN Karangsari 1967-1973 dan SMP Pemda Brati 1974-1977.

BACA JUGA: Hebat, Grobogan Pecahkan Rekor Olah Tempe Terbesar di Dunia!

BACA JUGA: Raja Tempe Maling Hati untuk Tamunya

Saat baru lulus SMP, dia dipaksa orang tua untuk menikah muda. Namun, dia menolak karena ingin terus belajar hingga selesai SMA. Dia pun melanjutkan di SMA Pembangunan Persiapan 1978-1981.

”Karena pendidikan itu penting,” ujar alumnus S1 Universitas Muria Kudus (UMK) 2004-2008 dan S2 Universitas Slamet Riyadi 2009-2011 ini.

Perjuangan untuk mendapatkan hidup layak terus dilakukan. Dia kemudian diterima menjadi pegawai di KUD Pakis Aji. Kemudian pada 1993, dia diangkat menjadi manajer KUD Pakis Aji hingga 2003. Dia juga menjadi distributor KUD Pakis Aji Jaya (2000-2003).

Memasuki 2003, dia masuk ke PDI Perjuangan Grobogan. Pada 2004, dia mendapatkan kepercayaan menjadi anggota DPRD Grobogan periode 2004-2009 sekaligus menjadi bendahara DPC PDIP Grobogan. Saat Pileg 2009-2014 terpilih lagi. Selanjutnya menjadi ketua DPRD Grobogan periode 2012-2014.

Saat Pileg 2014 terpilih lagi menjadi anggota DPRD Grobogan dan menjabat ketua DPRD Grobogan lagi.

Meski pernah gagal dalam pemilihan kepala daerah 2011 dia tetap semangat dan bangkit kembali. Dirinya kemudian dipercaya ketua DPC PDIP Grobogan. Selanjutnya diberi amanah menjadi calon bupati periode 2016-2021.

Hasilnya, dia yang berpasangan dengan Edy Maryono (alm) meraih 73 persen suara sah, sehingga menjadi bupati periode 2016-2021.

”Ini semua untuk memajukan daerah dan semangat Kartini, bahwa perempuan bisa memimpin. Dengan anugerah ini, saya giat blusukan ke bawah terus saya lakukan untuk menampung aspirasi. Saya juga kerja sama dengan kepala desa dan camat. Masukan dari mereka merupakan data riil,” ujarnya.

Meski begitu, menjadi bupati Grobogan tak lantas menjadikan Sri Sumarni lupa mengurus keluarga. Di sela-sela mengemban amanah menjadi orang nomor 1 di Grobogan, dia tetap menyempatkan memasak sendiri. Di antaranya membuat sarapan dan makan siang bagi cucunya.

Di antara masakan kesukaan keluarganya, sayur lodeh, sayur becek, garang asem, dan pecel gambringan. Sri Sumarni juga terampil membuat kepiting saus asam pedas untuk memanjakan menantunya. ”Memasak sudah menjadi hobi saya. Jadi ketika ada waktu luang sebagai bupati saya sempatkan masak untuk anak, menantu, dan cucu,” kata Bupati Sri Sumarni.

BACA JUGA: Peringatan Hari Santri Sekaligus Peresmian LAZISNU Grobogan

Dia menambahkan, saat makan bersama bisa merasakan kekeluargaan dan bisa berbicara masalah keluarga. ”Meski jadi bupati, saya tetap sebagai perempuan sayang keluarga,” ujarnya.

Terkait dengan peringatan Hari Kartini, Bupati Sri Sumarni mengajak masyarakat untuk bisa meniru semangatnya dalam meningkatkan kualitas keluarga dalam menguatkan pendidikan karakter generasi penerus bangsa.

Sebab, keluarga merupakan tempat pertama dalam pembentukan karakteristik generasi muda, karakter inilah yang akan dibawa dalam menentukan kualitas hidup seseorang ke depan.

”Keluarga yang harmonis dan berpikiran positif dapat menciptakan suasana kondusif. Jadi, setiap anggota keluarganya hidup bahagia,” kata bupati. Selain itu, perlu mengisi pembangunan secara bersama-sama.

Tujuannya, mewujudkan generasi berkepribadian taqwa, santun, dan bersahabat. Sehingga mewujudkan generasi yang memiliki kapasitas intelektual tinggi dan berdaya saing.

”Dengan semangat itu, bisa menjadikan generasi yang berpikir visioner dan mempunyai karakter kuat,” imbuhnya. (mun/lin)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Peringatan Hari Santri Sekaligus Peresmian LAZISNU Grobogan


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler