jpnn.com, JAKARTA - Hasil Survei Indo Barometer mengerucutkan lima nama calon wakil presiden (cawapres) paling potensial pada Pilpres 2024.
Kelimanya yakni Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, Puan Maharani, dan Chairul Tanjung.
BACA JUGA: Erick Thohir Dinilai Cawapres Potensial untuk Melanjutkan Perubahan Pembangunan Jokowi
Kelima nama tersebut dinilai memiliki aspek yang paling mungkin memenuhi kriteria bagi para calon presiden (capres) yakni elektabilitas cawapres, dukungan partai politik, logistik atau sumber daya, serta kecocokan pribadi.
Pengamat politik Fernando Emas menilai perkembangan politik terbaru membuat banyak nama populer sebelumnya terlempar dari bursa cawapres, mulai dari Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
BACA JUGA: Bagi Demokrat Urusan Cawapres Sudah Tuntas, Anies yang Umumkan
Hal itu menunjukkan dinamika politik sudah mulai terfokus pada kandidat yang memungkinkan untuk tampil dalam kontestasi di Pilpres 2024.
Menurut Fernando, peluang AHY dipilih oleh bakal calon presiden Anies Baswedan sangat tipis, mengingat adanya tarik menarik kepentingan antara PKS dan Demokrat di internal partai koalisi.
BACA JUGA: Temui Prabowo, Erick Thohir: Ngobrol dari Hati ke Hati
Selain itu, dia melihat sosok AHY belum memenuhi standar dan kualifikasi cawapres yang diharapkan Anies.
“Ini kan memang kalau kita lihat AHY hari ini kan selalu berambisi sejak 2019 yang lalu, di mana pada saat itu kan memang baru awal terjun ke politik sudah bermimpi untuk bisa menjadi Cawapres dan kalau kita lihat dari track record beliau pengalaman sangat minim sekali di dalam tata kelola pemerintahan, belum ada pengalamannya,” kata Fernando Emas, Sabtu (25/3).
Fernando mengatakan AHY belum memiliki momentum pada Pilpres 2024 mendatang.
Dia menyarankan Ketum Demokrat itu perdalam pengalaman di pemerintahan seperti menteri atau minimal jadi anggota legislatif.
“Jadi, ini kan sangat beresiko kalau sampai digandeng oleh capres menjadi pasangan 2024 yang akan datang. Justru saya berharap kepada AHY cobalah timba pengalaman dulu misalnya dengan menjadi anggota legislatif atau menjadi menteri dulu, lalu berpikir untuk menjadi cawapres,” ujarnya.
Atas dasar itu, Fernando menilai wajar jika ada sosok nama lain di luar PKS dan Demokrat yang masuk dalam radar survei Indo Barometer, seperti nama Chairul Tanjung.
Apalagi sinyal kebuntuan koalisi terdengar nyaring dengan munculnya Piagam Kerjasama Koalisi Anies Baswedan baru-baru ini.
Maka, Fernando melihat kemunculan Chairul Tanjung ini sebagai jalan keluar atas polemik dan kebuntuan pemilihan sosok cawapres Anies setelah PKS sendiri mengusulkan nama lain seperti Ahmad Heryawan alias Aher.
“Saya melihat ini kan terbentuknya piagam politik ini hanya bentuk formal saja, tetapi dalam kesepakatan-kesepakatan untuk internal belum terwujud seperti tadi itu cawapres," ungkap Fernando.
"Jadi, saya melihat masih juga ada peluang untuk bubarnya koalisi ini karena belum ada kesepakatan mengenai sosok cawapres yang akan diusung. Kalaupun muncul nama Aher Pak Aher ini kan sudah berpengalaman dan akan lebih terbuka sebenarnya ketika Pak Anies berpasangan dengan Pak Aher dibandingkan dengan AHY,” tambahnya
Selain AHY, Direktur Rumah Politik Indonesia itu juga mengomentari Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang terlempar dari bursa cawapres.
Menurut dia, Ridwan Kamil akan lebih tertarik mengamankan posisinya di pilkada daripada kursi cawapres.
Apalagi, sebagai kader Golkar, tentu Ridwan Kamil akan patuh pada keputusan partai yang mengusung Airlangga menjadi calon presiden.
“Kalau Pak RK saya melihat masih target beliau itu ke gubernur, tetapi pilihan lokasinya kemungkinan berubah, mungkin beliau itu berpindah ke DKI Jakarta,” bebernya.
Berbeda dengan AHY dan RK, nama Erick Thohir justru menjadi yang terkuat dalam survei.
Fernando Emas merasa wajar jika hasil survei menempat Erick Thohir sebagai sosok Cawapres yang kuat karena dia (Erick Thohir) didukung oleh pengalaman baik sebagai menteri maupun seorang pebisnis andal.
“Ini memang kan sejak awal saya melihat ini yang sangat dipertimbangkan. Belum lagi pengalaman beliau dalam bidang ekonomi ini juga sangat dibutuhkan oleh capres yang akan datang. Sebab sangat bagus ketika pemimpin, presiden dan wakil presiden membagi tugas sehingga tidak terkonsen semua di presiden tugas-tugas itu,” paparnya.
“Jadi, beliau itu menjadi kebutuhan dari negara ini sebenarnya, salah satu yang dibutuhkan oleh negara ini menghadapi tantangan ke depan dan itulah nilai jual beliau yang tidak dimiliki oleh kandidat lainnya,” pungkasnya.
Sebelumnya, hasil survei terbaru Indo Barometer menunjukkan nama Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres) terkuat menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan elektabilitas tertinggi, yakni 22,9%.
Angka itu melampaui sejumlah nama lain, seperti Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (15,8%), Muhaimin Iskandar (6,7%), Puan Maharani (6,3%), dan Chairul Tanjung (2,7%).
Direktur Eksekutif Indo Barometer M Qodari mengatakan, pertimbangannya tidak survei banyak nama karena waktu yang tidak lama, yakni enam bulan menjelang pendaftaran. "Sehingga, kita harus mengerucut kepada nama yang potensi maju sebagai cawapres," kata Qodari.
Qodari menyampaikan, peluang Ridwan Kamil telah tertutup sejak bergabung dengan Golkar. Pasalnya, Golkar memprioritaskan Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai capres.
"Apa Ridwan Kamil mau jadi cawapres Airlangga, tidak mungkin karena tidak cukup. Kalau Airlangga tidak capres, tentunya cawapres. Artinya ruang Ridwan Kamil akan kembali tertutup, saya melihat Ridwan masuk Golkar lebih kepada mengamankan tiket Pilkada 2024," ucapnya.
Pun dengan AHY, yang menurut Qodari, tidak akan mungkin menjadi pilihan bagi capres Ganjar atau Prabowo.
Qodari menyebut pilihan AHY hanya kepada Anies Baswedan. Namun, Qodari menilai terdapat keraguan dari Anies untuk menggandeng AHY.
"Kalau Anies mau dengan AHY, saya kira dari kemarin sudah deklarasi," lanjutnya.
Qodari menyampaikan AHY juga memiliki keterbatasan dalam memenuhi kriteria yang ditetapkan Anies yakni variabel mampu menjalankan pemerintahan.
Qodari mengatakan hal ini menjadi titik lemah bagi AHY yang keterbatasan dalam pengalaman di pemerintahan.(fri/jpnn)
Redaktur & Reporter : Friederich Batari