JAKARTA - Kapitalisasi pasar bursa saham Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada awal tahun ini. Akselerasi yang cukup signifikan tersebut diprediksi mampu mendorong bursa saham Indonesia makin unggul dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara seperti Singapura.
Hingga akhir pekan lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar saham menembus angka Rp 5.020 triliun atau sekitar USD 500 miliar. Beberapa sektor saham yang menjadi pendorong melejitnya nilai kapitalisasi saham itu antara lain indeks saham properti (naik 55,99 persen), indeks consumer goods (naik 38,01 persen) dan indeks perdagangan (naik 22,90 persen).
Bandingkan dengan Bursa Singapura. Hingga akhir tahun lalu, bursa di negara kota itu membukukan kapitalisasi pasar modal hingga SGD 935 miliar atau setara dengan USD 760,2 miliar. Pertumbuhan bursa Singapura tersebut didorong oleh kenaikan indeks Straits Times yang mencapai 20 persen.
Melihat performa bursa Indonesia yang menjanjikan, Direktur Utama BEI Ito Warsito menilai bukan tak mungkin kapitalisasi pasar Singapura tersalip pada 2018 mendatang. "Di ASEAN, kita masih kalah dari Singapura. Jadi ditargetkan 2018 kapitalisasi pasar kita melampaui Singapura," jelasnya.
Namun untuk mengejar target tersebut, menurut Ito, harus ada dukungan dari semua pemangku kepentingan di industri keuangan. Misalnya saja Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta emiten yang berkontribusi terhadap kapitalisasi pasar BEI. "Karena itu, jumlah investor harus ditingkatkan, dan OJK tentunya akan menjamin pasar modal berlangsung wajar dan efisien. Selain itu pasar harus berintegritas dalam persaingan global ini," paparnya.
Di sisi lain, Head of Research Trust Securities Reza Priyambada menjelaskan, kapitalisasi pasar saham yang terus naik utamanya didorong kepercayaan pelaku pasar terhadap pertumbuhan kinerja emiten terutama yang berbasis domestik. Permintaan domestik yang masih tetap terjaga juga memacu sentimen positif kinerja emiten.
"Justru pelaku pasar sementara ini mengesampingkan kondisi makro yang kurang baik, seperti neraca berjalan turun dan pertumbuhan ekonomi melemah. Investor cenderung melihat kondisi mikro," jelasnya.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menambahkan, kenaikan kapitalisasi pasar saham yang mencapai Rp 5.020 triliun, ditunjang dari aksi beli oleh investor domestik di sektor saham pertambangan yang mulai naik seiring pembagian dividen. "IHSG masih ada rawan koreksi. Namun yang juga patut dicermati, investor domestik memanfaatkan momentum untuk membeli saham yang dijual oleh asing," terangnya. (gal/sof)
Hingga akhir pekan lalu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kapitalisasi pasar saham menembus angka Rp 5.020 triliun atau sekitar USD 500 miliar. Beberapa sektor saham yang menjadi pendorong melejitnya nilai kapitalisasi saham itu antara lain indeks saham properti (naik 55,99 persen), indeks consumer goods (naik 38,01 persen) dan indeks perdagangan (naik 22,90 persen).
Bandingkan dengan Bursa Singapura. Hingga akhir tahun lalu, bursa di negara kota itu membukukan kapitalisasi pasar modal hingga SGD 935 miliar atau setara dengan USD 760,2 miliar. Pertumbuhan bursa Singapura tersebut didorong oleh kenaikan indeks Straits Times yang mencapai 20 persen.
Melihat performa bursa Indonesia yang menjanjikan, Direktur Utama BEI Ito Warsito menilai bukan tak mungkin kapitalisasi pasar Singapura tersalip pada 2018 mendatang. "Di ASEAN, kita masih kalah dari Singapura. Jadi ditargetkan 2018 kapitalisasi pasar kita melampaui Singapura," jelasnya.
Namun untuk mengejar target tersebut, menurut Ito, harus ada dukungan dari semua pemangku kepentingan di industri keuangan. Misalnya saja Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta emiten yang berkontribusi terhadap kapitalisasi pasar BEI. "Karena itu, jumlah investor harus ditingkatkan, dan OJK tentunya akan menjamin pasar modal berlangsung wajar dan efisien. Selain itu pasar harus berintegritas dalam persaingan global ini," paparnya.
Di sisi lain, Head of Research Trust Securities Reza Priyambada menjelaskan, kapitalisasi pasar saham yang terus naik utamanya didorong kepercayaan pelaku pasar terhadap pertumbuhan kinerja emiten terutama yang berbasis domestik. Permintaan domestik yang masih tetap terjaga juga memacu sentimen positif kinerja emiten.
"Justru pelaku pasar sementara ini mengesampingkan kondisi makro yang kurang baik, seperti neraca berjalan turun dan pertumbuhan ekonomi melemah. Investor cenderung melihat kondisi mikro," jelasnya.
Analis PT First Asia Capital David Sutyanto menambahkan, kenaikan kapitalisasi pasar saham yang mencapai Rp 5.020 triliun, ditunjang dari aksi beli oleh investor domestik di sektor saham pertambangan yang mulai naik seiring pembagian dividen. "IHSG masih ada rawan koreksi. Namun yang juga patut dicermati, investor domestik memanfaatkan momentum untuk membeli saham yang dijual oleh asing," terangnya. (gal/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... PGN Gandeng Instansi Pemerintah dan Swasta
Redaktur : Tim Redaksi