Butet: Yang Nyebelin, Owi Kadang Slengekan, Ha ha ha

Jumat, 19 Agustus 2016 – 08:27 WIB
Wartawan Jawa Pos Ainur Rohman bersama Tontowi dan Liliyana Natsir. Foto: AINUR ROHMAN/JAWA POS

jpnn.com - LENGKAP sudah prestasi yang diraih Liliyana Natsir.  Emas Olimpiade 2016 melengkapi deretan trofi yang lebih dulu masuk lemarinya. Mulai kejuaraan dunia, juara Asia, hingga All England. Berikut wawancara wartawan Jawa Pos Ainur Rohman dengan Butet, panggilan Liliyana, di Rio de Janeiro, Brasil.  

Sehari setelah dapat emas, apa rencananya? 

BACA JUGA: Pelatih Inter Tegaskan Pemainnya Harus Berkorban untuk Tim

Wah, pokoknya kami akan jalan-jalan! Mau refreshing dulu lah, ke patung Yesus Kristus (Christ the Redeemer), lalu ke Pantai Copacabana. Sekarang rasanya sudah lega sekali. Sangat lega, bebas!  

Butet sudah berpasangan dengan Owi (Tontowi Ahmad) selama enam tahun. Memori apa yang paling mengesankan bersama dia? 

BACA JUGA: Chelsea Buka Peluang Pinjamkan Lagi Pemain Ini ke Juventus

Kami mulai berpartner pada 2010 dan startnya sudah sangat baik. Kami langsung juara di beberapa turnamen grand prix (tiga gelar). Setahun kemudian kami dua kali juara di ajang superseries. Tetapi, kalau ada yang paling mengesankan, ya ketika kami hat-trick juara All England mulai 2012. Apalagi, pada 2013, saya juga juara dunia dengan Owi. Rasanya itu sangat luar biasa.  

Bedanya berpasangan dengan Nova Widianto dan Owi apa? Soalnya, dengan Owi, kan kamu lebih tua. Sedangkan dengan Nova, kamu juniornya? 

BACA JUGA: Pemain Gaek Ini Ogah Disebut Ikon Kota Roma

Memang berbeda. Bersama Owi, saya harus menjadi sosok yang lebih dewasa lagi. Saya harus bisa membimbing ketika Owi bingung, tegang, dan tidak fokus dalam pertandingan. Menjadi sosok yang lebih tua memang lebih berat, berbeda dengan yang sebelumnya. 

Bagaimana kalian bertahan sebagai pasangan? Owi itu seperti apa sih orangnya? 

Owi itu kuat mentalnya. Dia itu sosok yang sangat cuek. Dia tidak mengambil hati jika saya memberikan masukan agak keras. Tetapi, saya tidak memberi tahu dengan marah-marah lho. Sebagai yang senior, saya berusaha sabar dan positif.  Saya sebisa mungkin tidak terlalu menekan dia jika dia melakukan kesalahan. 

Nyebelin juga gak?

Yang nyebelin, dia itu kadang slengekan. Kalau ngomong itu tidak dipikir dulu, ha ha ha yang ini bercanda. Tetapi, kadang memang dia nyebelin banget. Saya sering berpikir, duh kok ada orang yang nyebelin begini ya. Sebab, kalau sudah bercanda, kadang sering kebablasan. Namun, ya sudah, kita sering berbicara dari hati ke hati. Kami ambil positifnya saja dan jelas lebih sabar. 

Apa Owi pernah protes? Baik dalam latihan maupun pertandingan? Berbicara langsung begitu? 

Hmmm... seingat saya tidak pernah sih ya. Owi sering berbicara dengan Kak Icad (Richard Mainaky, pelatih ganda campuran) kalau dirasakan ada yang tidak enak dengan saya. Jadi, Kak Icad berfungsi sebagai penengah, semacam orang yang menetralisir lah. Lalu, Kak Icad yang menyampaikan ke saya. Jadi, kita berbicara lagi, berkomunikasi lagi kalau-kalau ada yang kurang.   

Masih ingat rasanya kalah di final Olimpiade Beijing 2008?

Wah, ya, sakit banget lah. Sudah nggak bisa dibayangkan sakitnya seperti apa. Sampai saat ini, bahkan sebelum saya berangkat ke Rio, saya masih menyesali permainan ketika itu. Kenapa tidak begini, kenapa tidak begitu. Saya sempat cerita ke Debby (Susanto), kenapa saya tidak bermain bagus, ya? 

Waktu di Beijing itu, kami sebetulnya sangat mengantisipasi pasangan Tiongkok (Zheng Bo/Gao Ling dan He Hanbin/Yu Yang) sebagai pesaing terberat. Eh, tiba-tiba ada Lee Yong-dae (dan Lee Hyo-jung) yang nongol begitu saja ke final. Melawan mereka, kami sebelumnya banyak menang. Tapi, waktu final Olimpiade, kami kalah. Rasanya luar biasa sekali sakitnya. Saya berhari-hari tidak bisa tidur. 

Banyak yang meragukan kalian bisa juara Olimpiade. Bagaimana rasanya ketika itu? 

Memang sempat down sih ya. Kok turnamen selevel superseries saja saya tidak bisa berprestasi lagi. Tetapi, saya buang jauh-jauh pikiran itu. Pokoknya saya hilangkan keragu-raguan untuk menuju Olimpiade ini. Yang terpenting adalah mempersiapkan diri sebaik-baiknya saja. 

Dalam perjalanan enam tahun berpasangan dengan Owi, ada momen spesifik yang membuat kamu berada di titik terendah? 

Ada. Salah satu di antaranya ketika kami kalah di kejuaraan dunia 2015 (melawan Zhang Nan/Zhao Yunlei di semifinal). Saat itu kami main di rumah sendiri (Istora Senayan, Jakarta) dan hampir saja menang. Tinggal satu angka, tetapi kok sulitnya minta ampun. Nggak bisa-bisa rasanya. Akhirnya kami kalah. Dan  sepanjang 2015 itu, kami gagal dapat gelar bergengsi. Saya jadi berpikir apa ya bisa saya juara di Olimpiade kalau seperti ini. Lalu, pada April 2016, kami juara di Malaysia Superseries Premier. Dan itulah momen kebangkitan kami. Kami menjadi optimistis lagi.

Bagaimana ketegangan menghadapi Olimpiade 2016, mengingat kegagalan di Beijing dan London?   

Wah, ya tegang sekali. Makan tidak enak, tidur selalu tidak nyenyak. Bukan karena makanannya tidak enak, ya. Tetapi, perasaan saya yang tidak enak. Gagal di Beijing dan London itu rasanya sangat tidak nyaman. Pikiran ini tidak nikmat, sampai tertawa saja tidak bebas. Di Brasil ini, berat badan saya turun hingga 4 kilogram loh. Oh, begini ya susahnya juara Olimpiade. Ternyata memang luar biasa susah.

Dan setelah juara?   

Wah, ya bebas, lega sekali. Mau ngapa-ngapain juga enak banget. Mau guling-guling juga bebas saja. Istilahnya begitu. Apalagi, kemenangan ini pas dengan hari kemerdekaan Indonesia. Jadi, kami bisa memberikan kado yang spesial. Kalau sebelum Olimpiade, jalan saja rasanya harus hati-hati banget, takut keseleo. Ya, sampai seperti itu rasanya.

Kok kalian menang mudah di final, ya? 

Wah, tidak. Tidak ada yang mudah di final. Pada awalnya, ya saya tegang juga. Namun, setelah itu, kami bisa mengontrol dan akhirnya bisa menang. Di bulu tangkis itu kan saya kira kekuatan semua setara. Semua sudah bisa saling mengalahkan. Meskipun sempat unggul jauh, kami tetap berfokus angka demi angka saja. Sama sekali tidak berpikir menang dulu. 

Usiamu 31 tahun September nanti. Rencana habis ini mau apa? 

Saya kira ini adalah Olimpiade terakhir saya. Jadi, memang saya berusaha untuk memberikan segala yang saya bisa untuk menjadi juara. Soal berhenti, saya masih belum berpikir kapan waktunya. Sekarang dinikmati dulu saja lah.... (*/c4/tom)

BACA ARTIKEL LAINNYA... WOW, Hanya 3 Klub di Dunia yang Sanggup Boyong Pemain Ini


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler