Butuh Lima Kali Percobaan Untuk Hasil Sempurna

Senin, 27 Januari 2014 – 06:03 WIB
HARUS DETIL: Aksi Vina Candrawinata saat melukis dengan pasir di sebuah acara. VINA CANDRAWINATA FOR JAWA POS/JPNN.com

Nama Vina Candrawati berkibar berkat kiprahnya di ajang pencarian bakat yang tayang di layar kaca. Dia memperkenalkan model kesenian yang unik: lukisan pasir.
 
MARISQA AYU K., Jakarta
 

Tidak pernah terlintas di benak Vina untuk menjadi pelukis pasir. Alumnus seni rupa dan desain interior Institut Teknologi Bandung (ITB) itu lebih menyukai dunia menggambar. Vina mengatakan, seni lukis dengan menggunakan pasir bukan passion-nya.
 
Namun, kebiasaan memperhatikan sang suami, Denny Darko, melukis dengan pasir mengubah pilihan Vina. Dia mulai tertarik dan akhirnya belajar melukis pasir pada 2009. Kecintaan Vina pada seni lukis yang diperkenalkan artis Hungaria Farenc Cako itu bertambah besar ketika melihat aksi peserta Ukraina Got Talent yang menampilkan lukisan pasir.
 
"Sebelumnya aku kerja di advertising agency, make-up artis juga pernah. Tapi, setelah kenal ini, aku harus milih salah satu dan aku pilih melukis pasir," ujar Vina kepada Jawa Pos (Induk JPNN).
 
Sejak kecil Vina dibiasakan sang ibu berkreasi di kertas gambar. Hal tersebut menjadi kebiasaan sampai dia dewasa. Apalagi, sang ayah juga jago menggambar dan bermain musik. Dengan latar belakang keluarga seperti itu, Vina mengambil jurusan desain saat masuk perguruan tinggi. Pilihan tersebut pula yang membawanya bertemu Denny, sang suami.
 
Belajar pada suami sendiri, menurut Vina, malah lebih mengerikan daripada diajar orang lain. Sebab, sang suami ternyata berubah galak saat menjadi guru. Vina hanya meringis ketika mengingat saat-saat dirinya dimarahi habis-habisan oleh Denny karena sering salah. Apalagi, perempuan asal Bandung tersebut mengaku sebagai murid yang bandel.
 
Didikan keras Denny berbuah manis. Vina semakin mahir melukir pasir. Dia pun berhasil mempersembahkan pertunjukan-pertunjukkan luar biasa di hadapan publik. Nama Vina dikenal banyak orang. Di sisi lain, antusiasme publik untuk belajar seni lukis pasir terus bertambah.
 
Vina memang bukan pelukis pasir perempuan pertama di Indonesia. Pada 2011 pelukis pasir Niar Lazza tampil pada pembukaan galeri seniman lokal di Bali. Dia membawakan cerita Everybody Hurts yang didedikasikan untuk korban bom Bali. Meski begitu, tidak bisa dimungkiri bahwa seni lukisan pasir semakin dikenal orang setelah aksi Vina di layar kaca.
 
"Dia (Denny) yang mengajari aku sampai bisa seperti sekarang. Bahkan, kami sering diskusi dan mencoba media-media lain untuk dibuat sebuah art," ungkapnya.
 
Untuk sekali pertunjukan, Vina membutuhkan sedikitnya lima kali percobaan agar hasilnya sempurna. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan tema dan membuat cerita. Setelah itu, membuat sketsa di atas kertas, sebelum mencobanya menggunakan pasir.
 
Saat mengaplikasikan sketsa ke dalam pasir, kadang Vina merasa kurang puas. Dia harus mengulang dari awal. Menurut dia, tekanan terbesar melukis pasir ada pada proses perencanaan. Apalagi, Vina selalu menampilkan tema baru dalam setiap pertunjukan. Dia tidak pernah mengulang cerita.
 
Selain persiapan, kendala teknis di atas panggung bisa menjadi masalah. Misalnya, jika udara di dalam gedung lembap, pasir tidak bisa jatuh dengan sempurna. Jika tampil di outdoor, angin yang terlalu kencang juga bisa mendatangkan masalah. Vina harus ekstrahati-hati menaburkan pasir.
 
"Aku pakai pasir silika karena berat jenisnya pas waktu dijatuhkan. Butirannya juga nggak terlalu besar. Jadi, bisa detail untuk melukis. Pernah nyoba pasir pantai, tapi nggak bisa karena butirannya terlalu besar," tutur Vina.
 
Vina mengatakan, orang-orang biasanya lebih mudah memahami cerita yang disampaikan dari lukisan pasir daripada lukisan cat. Sebab, alur lukisan pasir ditunjukkan dalam bentuk gambar bergerak. Meski begitu, ada juga kekurangannya. Yakni, lukisan pasir hanya bisa dinikmati melalui video. Selain itu, warna yang digunakan monokrom karena hanya menggunakan pasir satu warna.
 
Vina mengatakan, sebenarnya bisa saja menggunakan pasir beraneka warna. Namun, ketika berganti scene, otomatis pasir-pasir itu berbaur menjadi satu dan warnanya tidak terlihat. "Makanya, pakai satu warna, jadi lebih terlihat klasik," kata perempuan yang sudah menghasilkan 150 video lukisan pasir tersebut.
 
Selain melukis dengan menggunakan pasir, Vina menguasai beberapa teknik melukis yang tidak wajar. Yaitu, melukis dengan menggunakan air, cahaya, glitter, dan melukis terbalik. Perempuan kelahiran 5 Juni 1983 itu terus belajar agar tidak terpaku pada satu teknik saja. Namun, dia masih merahasiakan teknik apa yang tengah dia pelajari sekarang. "Kalau dikasih tahu, nanti keduluan orang lain," katanya.
 
Vina mengungkapkan, melukis dengan media air jauh lebih sulit daripada pasir. Jika terjadi kesalahan saat melukis pasir, dia masih bisa membuat terlihat seperti tidak ada yang salah. Sebaliknya, jika melukis di air, sekali terjadi kesalahan, sulit diperbaiki. Vina pernah sekali melakukan kesalahan fatal saat melukis dengan air. Cat yang dia gunakan tumpah ke lukisan.
 
Sejak namanya dikenal masyarakat, banyak orang menghubungi Vina untuk ajakan tampil mengisi sebuah acara. Banyak pula yang berniat belajar melukis pasir. Vina memiliki studio latihan sendiri. Bersama sang suami, dia berencana  mendirikan sekolah seni. "Aku pengin banyak anak yang bisa menguasai kesenian agar budaya di Indonesia juga semakin kaya," harapnya. (*/c10/ca)

BACA JUGA: Tiga Bulan Bisa Keliling Eropa tanpa Biaya

BACA ARTIKEL LAINNYA... Cespleng ke Ayah setelah 15 Kali Uji Coba


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler