Cadangan Devisa Indonesia Tembus Rp 1.548 Triliun

Selasa, 10 Januari 2017 – 08:10 WIB
Ilustrasi. Foto: JPNN

jpnn.com - jpnn.com - Cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember meningkat dibandingkan November 2016 lalu.

Posisi cadangan devisa mencapai USD 116,4 miliar atau setara Rp 1.548 triliun (USD = Rp 13.300).

BACA JUGA: Makan, Foto, Lalu Terbang ke Singapura

Akhir November lalu, cadangan devisa Indonesia sebesar USD 111,5 miliar.

Peningkatan cadangan devisa itu dipengaruhi penerbitan global bond dan penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.

BACA JUGA: KKP Dorong Pengembangan Perikanan Tangkap

Selain itu, juga diperngaruhi penerimaan pajak serta devisa hasil ekspor migas.

Di mana dua sektor itu melampaui pengeluaran devisa untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan surat berharga Bank Indonesia (SBBI) valas yang jatuh tempo.

BACA JUGA: Nikmati Terbang ke Kuala Lumpur dengan Harga Promo ini

Posisi cadangan devisa per akhir Desember tersebut cukup untuk membiayai 8,8 bulan impor atau 8,4 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah.

Cadangan devisa itu juga berada di atas standar kecukupan internasional, yakni sekitar tiga bulan impor.

”BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Senin (9/1).

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menambahkan, surplus perdagangan cukup baik.

Meski kebutuhan pembayaran utang di akhir tahun lalu sempat naik, pemasukan devisa jauh lebih besar.

”Kebutuhan pembayaran pada Desember 2016 lalu ada peningkatan, tapi nilai tukar stabil. Sehingga kita juga merasakan kebutuhan stabilisasi (nilai tukar, Red) di Desember lebih kecil dibanding pada saat pilpres Amerika Serikat (November 2016),” ucapnya.

Selain itu, realisasi fiskal tahun lalu cukup baik dengan defisit APBN hanya 2,46 persen.

Defisit yang rendah tersebut menunjukkan sikap pemerintah yang masih prudent dalam berutang.

Sikap itu, papar Perry, perlu untuk terus dijaga oleh pemerintah.

Sebab, kondisi fiskal yang baik akan lebih mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi.

”Realisasi belanja pegawai dan belanja modal itu masih di atas 85 persen. Itu membuktikan, meski fiskal defisitnya rendah, daya dorongnya untuk pertumbuhan ekonomi cukup besar,” lanjut Perry.

Menurut dia, realisasi fiskal yang cukup baik tersebut juga perlu dijaga dengan pergerakan nilai tukar rupiah yang stabil.

Rupiah sempat melemah menjadi Rp 13.800 per USD pada November 2016. Namun, pada bulan berikutnya hingga kemarin, kurs stabil di Rp 13.385 per USD. (rin/c11/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... LRT Diharapkan Bawa Solusi untuk Warga Bodebek


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler