“Saya senang bisa dicalonkan,” katanya Effendi Simbolon di Bandara Polonia Medan.
Amatan di Bandara Polonia Medan, ratusan anggota PSBI, Satma Taruna Merah Putih, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem) menyambut Effendi di Bandara Polonia. Mereka berkumpul di depan Terminal Kedatangan Domestik Bandara Polonia Medan sambil membentangkan spanduk dukungan.
Di luar kompleks Bandara Polonia, puluhan pengemudi becak bermotor yang dibalut spanduk bergambar EFfendi menunggu. Mereka kemudian mengikuti bus yang mengangkut Effendi Simbolon menuju Hotel JW Marriott.
Terkait dengan pencalonan di Pilgubsu, kemarin PDIP pun menggelar rapat. Pasalnya, meski telah menentukan cagubsu, partai ini belum menentukan siapa cawagubnya. Rapat di gelar di Hotel Polonia, Jalan Sudirman, Medan.
“Hasilnya mengusung Pak Effendi Simbolon jadi Cagubsu. Untuk Cawagubsunya masih akan dibicarakan lagi. Rapat ini tidak sampai malam dan tidak deadlock. Ya memang agendanya sampai sore saja,” jawab Sekretaris DPD I PDI P Sumut, M Affan.
Menariknya, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PDI P Hasto Kristiyanto memberikan pernyataan mengejutkan usai rapat. Dia mengatakan mengusung Effendi Simbolon adalah coba-coba. “Ya itu keputusan yang sudah diambil oleh PDI P sebagai parpol. Tapi sekali lagi, kami menyatakan ini bukan persoalan menang dan kalah, tapi ini percobaan politik,” katanya.
Artinya, PDIP siap kalah dalam Pilgubsu mendatang? “Kita tidak ingin kalah, kita ingin mendapatkan kekuatan politik. Dan akhirnya rakyat. Kalau rakyat ingin kita menang, ya menang. Kalau rakyat ingin kita kalah dan terus-terus berjuang,” jawab Hasto.
Percobaan politik yang dilakukan PDIP dengan menjagokan Effendi bisa dikatakan ketara. Pasalnya, dari informasi yang diperoleh, hasil survei PDI P sebenarnya tidak menempatkan Effendi Simbolon pada posisi teratas. Artinya, masih banyak sosok lainnya yang lebih baik tingkat elektabilitas dan lainnya. Hasto pun tidak bisa memungkiri data itu.
“Ya memang dari sini, jika dari aspek keterkenalannya saja maka kita akan calonkan artis dan bisa saja seperti itu. Ya kalau terkenal, tapi tidak memiliki pemahaman budaya Sumut ya buat apa jadi pemimpin,” kilahnya.
Hasto sempat menyebutkan, PDS dan PPRN memiliki keinginan bekerja sama dengan PDIP. Namun, kabarnya PDS sudah beralih ke Demokrat dan PPRN tidak berminat dengan PDIP. Dan Hasto juga tidak bisa menyebutkan, parpol-parpol mana saja selain PDS dan PPRN yang bersedia koalisi dengan PDI P.
“Ya semuanya ada dinamika, Golkar ada dinamika. Di tempat Pak Gus Irawan ada dinamika. Semuanya ada dinamika. Ada seni berpolitik. Dinamika juga diawali pada partai-partai yang mendukung, persis di Pilkada Jawa Barat (Jabar) dan DKI Jakarta. Jadi ini hal wajar, jadi ini membuat partai bisa melihat sosok yang paling tepat untuk Cagubsu. Ada dua-duanya. Kami juga melakukan pendekatan intensif, ada juga partai yang melakukan terlebih dahulu siapa yang melakukan pendekatan,” ungkapnya.
Hasto enggan berandai-andai, bila PDS dan PPRN tidak bersedia berkoalisi, apa yang akan dilakukan PDIP. “Politik itu selalu ada solusi. Bagaimana Golkar mencari solusi, bagaimana Demokrat dan bagaimana PDI P. Semuanya ada keseimbangan,” utaranya.
Pengamat politik dari UMSU Medan, Rafdinal yang dimintai tanggapannya soal ‘kesulitan’ PDIP mencari koalasi mengatakan semua itu karena keberadaan Effendi Simbolon.
“Ya selama ini figur yang identik dengan PDIP kan RE Nainggolan. Jadi kalau sekarang PDI P mengusung kader sendiri, Effendi Simbolon sebenarnya ini langkah berani PDIP. Masalahnya, figur Effendi Simbolon tidak begitu tinggi keterpilihan dibanding RE Nainggolan. Jadi figur yang mau dijadikan Cawagubsu juga susah,” paparnya.
Di rapat itu, Effendi Simbolon tidak terlihat hadir meskipun sudah berada di Medan. Sekjen PDI P Tjahyo Kumolo, sempat terlihat meninggalkan rapat dan kabarnya tidak kembali lagi mengikuti rapat. (ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dedy Mizwar: Jadi Presiden Juga Bisa
Redaktur : Tim Redaksi