jpnn.com, JAKARTA - Satu teroboson menarik dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, lewat peluncuran program aplikasi daring Relawan Covid-19 Nasional (RECON).
Menurut Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Nizam, aplikasi daring RECON digunakan sebagai platform koordinasi dan manajemen relawan Covid-19 secara nasional.
BACA JUGA: Jokowi Minta Pasien Positif Corona dengan Gejala Ringan Tak Datangi Rumah Sakit
Selain itu, aplikasi daring ini juga bisa digunakan masyarakat untuk melaksanakan screening mandiri, konsultasi daring dan membantu memantau Orang Dalam Pemantauan (ODP) atau Pasien Dalam Pengawasan (PDP).
“Aplikasi RECON berfungsi memberikan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) serta pendampingan secara daring kepada masyarakat dalam hal pencegahan dan penanganan Covid-19, yang dilakukan oleh para relawan mahasiswa kesehatan dan para dokter sebagai case manager (CM)," jelas Nizam dalam teleconfrence peluncuran RECON, Senin (13/4).
BACA JUGA: Kemendikbud Siapkan Program Belajar dari Rumah di TVRI
Saat ini masyarakat dapat mengakses dan menggunakan aplikasi RECON untuk screening mandiri melalui tautan https://relawan.kemdikbud.go.id.
Nizam menjelaskan, RECON akan terus dikembangkan lebih lanjut oleh tim Teknologi Informasi dan Komunikasi Ditjen Pendidikan Tinggi dan akan diintegrasikan dengan aplikasi dari BNPB.
BACA JUGA: Begini Cara Kemendikbud Bantu Perguruan Tinggi di Masa Pandemi Covid-19
"Saat ini RECON juga sedang dalam proses integrasi dengan aplikasi dari BNPB, sehingga manfaatnya akan lebih dirasakan masyarakat secara luas," ungkapnya.
Ditjen Dikti sudah memobilisasi relawan mahasiswa kesehatan untuk bergotong royong hadapi pandemi Covid-19.
Sudah ada 15.000 relawan yang siap membantu pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19. Tugas para relawan ini sebagian besar untuk Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta pendampingan secara secara daring (melalui aplikasi WhatssApp atau aplikasi lain).
Apabila mendesak, dapat membantu melakukan contact tracing (tanpa bertemu pasien) dibawah supervisi case manager di tiap wilayah.
"Implementasi platform ini akan lebih banyak berada di Fakultas Kedokteran yang terhubung di dalam Asosiasi Pendidikan Kedokteran Indonesia, dan adik-adik mahasiswa yang terkoordinasi melalui Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia," jelas Nizam.
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ditjen Dikti Aris Junaidi mengungkapkan rincian 15.000 relawan yang bergabung terdiri dari tenaga medis/kesehatan (2.136), mahasiswa co-asistensi atau yang sedang menempuh pendidikan profesi dokter Indonesia (1.062), mahasiswa S-1 Kedokteran (2.493), mahasiswa bidang farmasi (461), mahasiswa kebidanan (315), mahasiswa keperawatan (1.272), mahasiswa kesehatan masyarakat (744), dan mahasiswa bidang kesehatan lain (3.031), serta mahasiswa nonkesehatan (2.739) dan kelompok masyarakat umum (1.442).
Terkait hal tersebut, diperlukan monitoring dan evaluasi agar kegiatan para relawan mahasiswa tetap pada koridor yang telah ditentukan. Karenanya RECON juga akan menjadi program daring untuk monitoring dan evaluasi kegiatan relawan yang dikelola di tingkat wilayah oleh Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) melalui koordinator wilayah (korwil) dan para CM yang merupakan dokter dari setiap FK.
"RECON dapat diakses oleh Ditjen Dikti, AIPKI dan pengelola relawan di tingkat wilayah (Korwil dan CM),” tutur Aris.
Selanjutnya, kata Aris, proses penugasan CM dan relawan dapat dilakukan oleh Korwil melalui RECON, dan dapat mulai dilakukan tele-KIE dan pendampingan kepada masyarakat sejak RECON diluncurkan.
Pada kesempatan sama Ketua AIPKI, Budu menyambut baik kehadiran program aplikasi daring RECON. Budu mengatakan AIPKI siap mendukung Kemdikbud dalam upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 di Indonesia. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad