jpnn.com - jpnn.com - Pengoperasian pabrik pengolahan ikan serta usaha kecil dan menengah (UKM) terhenti.
Itu terjadi karena berkurangnya pasokan bahan baku ikan berukuran kecil.
BACA JUGA: Perilaku Seksual Hubungan Badan Berkali Kali Terjadi 385 Juta Tahun Silam
Di Jatim, terdapat lima pabrik surimi dan puluhan UKM yang bergerak di bidang pengolahan ikan-ikan kecil.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengatakan, pabrik yang pengoperasiannya terhenti itu khusus memproduksi surimi.
Yakni, bahan makanan yang berasal dari ikan yang dilumatkan dan kemudian dibekukan.
Sebagian besar pabrik surimi dan UKM tersebut tersebar di sekitar pelabuhan Brondong, Lamongan, dan Probolinggo.
Di antaranya, Kelola Mina Laut di Tuban dan PT Star Food International.
’’Selain itu, untuk UKM, sedikitnya ada 42 pelaku usaha yang terkena dampak karena kekurangan bahan baku,’’ katanya, Minggu (22/1).
Padahal, UKM itu memasok ke perusahaan besar sekaligus ke unit pengolahan ikan untuk kebutuhan makanan beku atau frozen food.
Sebenarnya, di wilayah Brondong, masih ada penjualan ikan berukuran kecil. Namun, volumenya masih kecil.
’’Tiap hari hanya sekitar satu truk. Harganya pun tinggi. Hampir semuanya dijual ke pasar,’’ ujarnya.
Berhentinya pengoperasian pabrik surimi tidak hanya terjadi di Jatim, tetapi juga pabrik lain seperti di Jawa Barat.
Total, ada 15 pabrik surimi nasional dengan nilai investasi USD 115 juta.
Budhi menuturkan, kekurangan pasokan itu terasa sejak awal 2017.
Khususnya ketika pemerintah melarang pemakaian cantrang atau alat penangkap ikan.
Cantrang berbentuk jaring dengan mata jaring berukuran kecil sehingga ikan berukuran kecil tidak bisa lolos. (res/c14/sof)
Redaktur & Reporter : Ragil