Capres Harus Kaya Raya dan Keras

Senin, 14 Mei 2012 – 21:17 WIB
Ahmad Dhani. Foto: Dok.JPNN

JAKARTA –  Pemilik dan pemimpin Republik Cinta Managemen, Ahmad Dhani, mengaku, figur yang masih cocok menjadi presiden Indonesia pada 2014 nanti berasal dari kalangan militer.

“Saya selalu berpikir bahwa militer masih figur yang cocok. Jenderal yang biasa pegang komando. Kalau SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) kan staf. Paling tidak (harus) jenderal yang bekas KASAD, pangab  atau panglima TNI, itu yang cocok. Karena dibutuhkan sosok yang keras,” katanya kepada wartawan, Senin (14/5), di Gedung DPR, Senayan, Jakarta.

Apakah yang dimaksudkan itu termasuk Prabowo Subianto-bekas Komandan Jendral Kopassus yang kini menjadi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra? Dhani menegaskan, ya mungkin juga. “Tapi kan banyak juga jenderal, bukan cuma Prabowo,” kata Dhani.

Karena, kata Dhani, sekarang organisasi kemasyarakatan (ormas) lebih keras daripada presiden. Indonesia membutuhkan presiden yang keras. “Padahal kita butuh presiden yang keras, bukan ormas yang keras. Saya rasa perlu sedikit otoriter,”  tegasnya.

Karenanya, Dhani mengatakan, sosok militer yang kuat, berani berbicara tegas sangat cocok untuk menjadi Presiden Indonesia 2014.  “Misalnya kalau saya jadi presiden. Mungkin, dalam mengatasi kekerasan atas nama agama saya akan berbicara siapa saja yang menggangu agama, keyakinan dan aliran seseorang, siapa saja yang mengusik mereka, nomor satu berhadapan dengan saya sebagai Presiden Indonesia. Kalau sampai ada presiden ngomong gitu, takut pasti ormasnya,” katanya lagi.

Dia juga mengatakan, syarat nomor satu Presiden Indonesia 2014 harus kaya raya. Karena, menurutnya, untuk mengatasi permasalahan di Indonesia satu-satunya hanya dengan uang.

“Banyak pejabat dan politisi tergelincir dengan uang, karena presidennya tidak punya uang,” ungkapnya. “Kalau saya sih terserah. Kalau ada orang muda yang kaya raya, ya silahkan, monggoh. Tapi ya itu tadi, kita butuh presiden yang kaya raya. Sangat kaya raya,” tegasnya soal apakah capres ideal berusia tua atau muda.

Dhani juga menegaskan bahwa sebenarnya Indonesia tidak mengalami krisis kepimpinan. Cuma, kata dia, yang masih menjadi persoalan adalah sistem pemilihan presiden. Dia menduga, rakyat tidak memilih presiden dengan tepat.

Dhani mengatakan, sistem pilpres perlu dipertimbangkan untuk diubah. Menurutnya, kalau tidak diubah  maka rakyat akan kembali memilih presiden seperti pada 2004.

“Itu yang jadi pertanyaan. Kan dimulai dengan 2004 pilpres langsung. Rakyat pertama kali langsung memilih presiden dan terpilihlah Pak SBY. Itu kan bisa jadi bahan pelajaran. Kalau sistem sudah benar, ya silahkan dilanjutkan. Kalau ternyata dianggap tidak benar, ya diubah sistemnya. Kan demokrasi Pancasila macam-macam. Undang-undang kan bisa dibuat sesuai keinginan masyarakat Indonesia,” jelasnya. (boy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Gabung ke PAN, Anang-Ashanty Bakal Diberi Tugas Khusus


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler