JAKARTA - Tak ada yang membantah bahwa elektabilitas Joko Widodo sebagai calon presiden (Capres) yang tertinggi. Bahkan diprediksi, pria yang menjabat sebagai gubernur DKI itu melebihi 60 persen dibanding dengan kandidat lainnya. Jika Pilpres digelar hari ini maka sudah dipastikan Jokowi akan jadi presiden.
Namun, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) Jeffrie Geovanie mengatakan elektabilitas Jokowi yang tinggi bukanlah jaminan melenggang mulus menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Alasannya, masih ada waktu setahun bagi kandidat lainnya untuk bekerja untuk masing-masing meningkatkan keterpilihan.
Jeffrie mengatakan saingan Jokowi di Pilpres 2014 adalah calon dari hasil konvensi Partai Demokrat (PD). "Bila konvensi berjalan sangat demokratis dan diikuti oleh calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Guzman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, maka lahirnya penantang baru yang bisa mengimbangi jagonya Megawati yaitu Jokowi," kata Jeffrie dalam rilisnya yang diterima JPNN, Senin (10/6).
Menurut Jeffrie, konvensi capres PD akan jadi panggung yang menarik dan tempat tampilnya tokoh-tokoh muda dari generasi baru yang secara leluasa bisa memperkenalkan diri dan unjuk gigi secara elegan. Namun bila ternyata konvensi capres partai demokrat berjalan tidak seperti yang diharapkan maka 2014 yang akan datang teka tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," ucapnya.
"Karena melalui partai-partai lain seperti yang kita ketahui telah memutuskan capresnya masing-masing dan terbukti sampai saat ini peneriman masyarakat sangat rendah kepada capres-capres tersebut," pungkasnya.
Sementara itu, Peneliti Maarif Institute Endang Tirtana mengatakan harusnya calon yang ingin maju di Pilpres 2014 sudah tampil berani saat ini. Para calon harus mendeklarasikan diri tanpa harus malu-malu kucing.
"Yang punya hasrat untuk maju memimpin negeri ini, tanpa harus lagi "malu-malu kucing" dengan pernyataan tunggu momentumnya, liat situasi politik dulu," ujarnya.
Endang menjelaskan calon yang saat ini yang paling ngotot, percaya diri dan sering tampil belum tentu punya kualitas kepemimpinan yang baik. Makanya kata dia, pemimpin berkarakter sudah saatnya keluar dari sarang dan menyampaikan pikiran-pikiran bernasnya untuk membawa bangsa ini melaju menjadi bangsa yang sejahtera dan bermartabat. (awa/jpnn)
Namun, Board of Advisor Center for Strategic and International Studies (CSIS) Jeffrie Geovanie mengatakan elektabilitas Jokowi yang tinggi bukanlah jaminan melenggang mulus menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Alasannya, masih ada waktu setahun bagi kandidat lainnya untuk bekerja untuk masing-masing meningkatkan keterpilihan.
Jeffrie mengatakan saingan Jokowi di Pilpres 2014 adalah calon dari hasil konvensi Partai Demokrat (PD). "Bila konvensi berjalan sangat demokratis dan diikuti oleh calon-calon presiden dari generasi baru seperti Gita Wiryawan, Mahfud MD, Marzuki Ali, Irman Guzman, Dino Pati Jalal, Chairul Tanjung, maka lahirnya penantang baru yang bisa mengimbangi jagonya Megawati yaitu Jokowi," kata Jeffrie dalam rilisnya yang diterima JPNN, Senin (10/6).
Menurut Jeffrie, konvensi capres PD akan jadi panggung yang menarik dan tempat tampilnya tokoh-tokoh muda dari generasi baru yang secara leluasa bisa memperkenalkan diri dan unjuk gigi secara elegan. Namun bila ternyata konvensi capres partai demokrat berjalan tidak seperti yang diharapkan maka 2014 yang akan datang teka tekinya hanya siapa yang akan menjadi wakil presiden Indonesia berikutnya," ucapnya.
"Karena melalui partai-partai lain seperti yang kita ketahui telah memutuskan capresnya masing-masing dan terbukti sampai saat ini peneriman masyarakat sangat rendah kepada capres-capres tersebut," pungkasnya.
Sementara itu, Peneliti Maarif Institute Endang Tirtana mengatakan harusnya calon yang ingin maju di Pilpres 2014 sudah tampil berani saat ini. Para calon harus mendeklarasikan diri tanpa harus malu-malu kucing.
"Yang punya hasrat untuk maju memimpin negeri ini, tanpa harus lagi "malu-malu kucing" dengan pernyataan tunggu momentumnya, liat situasi politik dulu," ujarnya.
Endang menjelaskan calon yang saat ini yang paling ngotot, percaya diri dan sering tampil belum tentu punya kualitas kepemimpinan yang baik. Makanya kata dia, pemimpin berkarakter sudah saatnya keluar dari sarang dan menyampaikan pikiran-pikiran bernasnya untuk membawa bangsa ini melaju menjadi bangsa yang sejahtera dan bermartabat. (awa/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Nasib Pelamar Umum Tergantung Honorer
Redaktur : Tim Redaksi