Cegah Generasi Teler, BNN Harus Gandeng Ormas

Rabu, 15 Mei 2013 – 06:08 WIB
JAKARTA - Peredaran narkoba sudah merambah ke segala lini, hingga ke pelosok. Obat-obatan terlarang itu mengancam generasi bangsa. Kepala Bidang Penyuluh Badan Narkotika Nasional(BNN) Pusat, Dik Dik Kusnadi mengajak semua elemen bangsa rame-rame mengatasi persoalan ini.

“Rendahnya komitmen, kepedulian masyarakat adalah awal kehancuran. Apa mau bangsa ini generasinya nanti itu adalah generasi teler.  Kalau misalnya  komitmen dan kepedulian itu tinggi, itu adalah awal kebangkitan,” kata Dik Dik Kusnadi saat diskusi ringan dengan sejumlah wartawan di Jakarta, kemarin (14/5).

Dia sendiri mengaku sangat khawatir jika anaknya ikut terjerat barang laknat tersebut. Baginya, jika itu sampai terjadi, itu sebuah kiamat kecil. Dan, yang membuatnya risau, kepedulian masyarakat tentang bahaya narkotika masih amat minim.

Soal kepedulian masyarakat akan bahaya narkoba, ia menganalogikan dengan kepedulian warga akan bahaya kebakaran.  Soal kebakaran, masyarakat sudah tahu, apa saja yang bisa menyebabkan terjadinya amuk si jago merah. Dan ketika terjadi kebakaran, masyarakat tanpa dikomando bersama-sama memadamkan api.  “ Karena mereka tak mau rumahnya ikut terbakar, pakai apa saja untuk memadamkan apa,” kata dia.

Mestinya, begitu pula terhadap bahaya narkoba. Harus dipupuk kepedulian, bagaimana jika keluarga sendiri yang terjerat. “ Ya harus ada pemahaman sama seperti menghadapi kebakaran, tak mau rumah sendiri ikut terbakar. Nah, kalau narkoba, tak mau keluarga sendiri yang kena,” kata Dik Dik.

Dia menyebut tiga hal yang mendorong narkoba terus beredar. Pertama, ada orang yang mau. Kedua barang tersedia, dan ketiga lingkungan yang mendukung. Karena itu, jika lingkungan itu menolak, meski ada peminat dan ada bandar, peredaran akan susah berkembang biak.  "Kalaupun ada narkoba, tapi lingkungan itu menolak, bandar juga susah,” ujarnya.

Bahkan lebih kerasnya, lingkungan mengenakan semacam sanksi sosial. Misalnya, lingkungan tak memberi tempat bagi para bandar. Bila ketahuan, diusir dari lingkungan. Dengan warning sosial, pergerakan bandar kian sempit. Tak seperti sekarang, justru lingkungan masyarakat yang permisif dimanfaatkan bandar. Bahkan, sampai ada home industri narkoba. “ Itu karena antartetangga tak peduli,” kata dia.

Disebutkan,  sekarang ini 40 sampai 50 orang setiap hari meninggal karena narkotika. :Itu ancaman nyata kita. Idealnya semua bergerak. Ikut menyadarkan bahaya narkoba. Saling mengajak, dan saling mencegah, “ ujar Dik Dik.

Saat ini, bila bicara BNN, yang ada dipikiran masyarakat adalah penangkapan dan penggerebekan. Padahal itu hanya secuil dari upaya pemberantasan narkotika. Justru kekuatan terbesar, lanjutnya,  ada di tengah masyarakat.  Partisipasi masyarakat adalah senjata efektif melawan narkoba. Misalnya komunitas keagamaan bergerak. Di setiap khutbah Jumat, selalu ada dakwa berorama narkoba. Dakwah yang membicarakan bahaya narkoba.

“ Ya ada doa misalnya untuk para bandar, agar diberi hidayah untuk berubah karena sudah terlalu banyak korban,” ujarnya.

Dan di mimbar gereja pun, para pendeta mesti getol menyampaikan tentang bahaya narkoba. Pun para bhiksu. Termasuk organisasi kemasyarakatan (ormas).

Di tempat yang sama, Kesubdit Ormas Ditjen Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri, Bahtiar, mengatakan, bila melihat laju korban narkoba yang sudah mencapai 40 hingga 50 orang tewas sia-sia, mestinya semua ikut bergidik.

Fakta itu sudah mengancam ketahanan nasional. Bila dibiarkan terus yang muncul adalah generasi teler. “ Jangan sampai bangsa ini adalah generasi teler. Mau jadi apa bangsa ini?” ujarnya prihatin.

Birokrat bergelar doktor itu mengingatkan, jangan sampai Indonesia seperti Mexico, sebuah negara tempat para klan narkoba berpesta pora.  Perlu ada sebuah gerakan nasional melawan itu. Potensi itu sangat besar, datang dari mana-mana.

Salah satunya organisasi kemasyarakatan. “ Berdayakan mereka, jadi jejaring bagi BNN memberantas narkoba,” kata Bahtiar. (sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Tangkap Bupati Madina Hidayat Batubara

Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler