jpnn.com, JAKARTA - Badan Intelijen Negara (BIN) kembali menggelar swab test massal di lingkungan perkantoran. Kali ini, tes usap dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Kegiatan ini merupakan arahan langsung dari Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan dalam rangka membantu pemerintah mempercepat pencegahan dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19.
BACA JUGA: Putin: Rusia Negara Pertama yang Luncurkan Vaksin COVID-19
Koordinator Wilayah Sub Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 BIN, Sony Arifianto mengatakan, swab test ini mengakomodir pegawai di lingkungan Ditjen Anggaran Kemenkeu yang hasilnya menunjukan reaktif dari rapid test yang dilakukan oleh internal Ditjen Anggaran Kemenkeu. Mereka yang reaktif langsung diikutkan swab test dengan mobile PCR test milik BIN.
“Kami melakukan swab test menindaklanjuti hasil dari rapid test dari Dirjen Anggaran Kemenkeu," ucap Sony kepada wartawan di kantor Kemenkeu, Jakarta Pusat, Selasa (11/8).
BACA JUGA: Karding Bela BIN dari Tudingan ICW soal Kasus Djoko Tjandra
Sony mengungkapkan, BIN menyediakan 30 tenaga medis dan satu unit mobile PCR test untuk mengakomodir pegawai yang mengikuti swab test. Hasil dari PCR test ini bisa keluar dalam waktu 5 sampai 7 jam.
"Kami menyiapkan 250 sampel untuk PCR test. Hasilnya keluar kurang lebih 5 sampai 7 jam," jelasnya.
Sony mengatakan upaya swab test ini sebagai langkah mencegah klaster baru di perkantoran. Sebab, perkantoran kini perlahan mulai kembali beraktivitas secara normal.
"Kasus positif yang meningkat sebagaimana diumumkan oleh pemerintah di antaranya ada klaster mal, pasar dan perkantoran. Maka kita berusaha untuk melakukan pencegahan dengan kegiatan swab test ini,” kata.
Sementara itu, Sekjen Ditjen Anggaran Kemenkeu, Mariyatul Aini mengucapkan terima kasih kepada BIN yang telah memfasilitasi swab test massal ini secara gratis.
Aini mengatakan Kemenkeu memang mewajibkan pegawainya untuk mengecek kesehatan lewat rapid test maupun swab test.
Tujuannya semata-mata untuk memastikan kesehatannya baik dan tidak menulari Covid-19 bila ada yang menunjukan hasil positif.
“Jadi, sebanyak 15 persen pegawai kami berkerja di kantor. 85 persen bekerja dari rumah atau WFH. Maka dari itu kami memang mewajibkan yang bekerja di kantor untuk mengecek kesehatannya masing-masing dengan test COVID-19 ini," tuturnya. (cuy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elfany Kurniawan