jpnn.com, JAKARTA - Rapat kerja perdana Komisi X DPR RI dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim diwarnai celetukan segar dari para politikus.
Andi Muawiyah misalnya, politikus Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini menyatakan, pihaknya akan mendukung semua program Nadiem Makarim dalam memajukan pendidikan, lima tahun ke depan.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Gugup Bertemu Anggota DPR RI
"Saya dan kawan-kawan Komisi X DPR RI siap memberikan dukungan kepada Mas Nadiem. Kan tadi Mas Nadiem minta dukungan, pasti kami beri biar enggak di-reshuffle. Mudah-mudahan bisa lanjut lima tahun ya," kata Andi yang langsung disambut tawa para peserta raker, di Ruang Komisi X DPR RI, Rabu (6/11).
Dia mengungkapkan, awalnya sebelum bertemu Nadiem Makarim, di bayangannya adalah aplikasi. Semua sistem pendidikan nasional akan dirombak dan dibuatkan aplikasi seperti yang dilakukan Nadiem Makarim di Gojek.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Minta Masyarakat Tidak Panik Terkait Perubahan Kurikulum
"Saya tadinya berpikir kita akan hidup di alam fiksi ternyata itu salah. Paparan satu slide ini memang riil dan memang sesuai kehidupan nyata," ucapnya.
Dia pun mempertanyakan, butuh berapa lama bagi Nadiem Makarim untuk memenuhi lima visi misi presiden tersebut. "Anda ini kan milenial, hebat, canggih, bisa satu atau bulan tidak melakukan lompatan seperti yang dibilang di paparan satu slide," ucap Andi.
BACA JUGA: Nadiem Makarim Sebut Tugasnya Bukan Tukang Pembuat Aplikasi
Senada itu Rano Karno, anggota Komisi X DPR dari Fraksi PDIP juga berpikir seperti Andi. Sutradara film andal ini mengira, pendidikan di tanah air akan dibuat serba komputerisasi.
"Saya tadinya berpikir, semua akan dibikinkan sistem komputer. Sampai saya bilang ke teman-teman komisi, kalau dibuat serba komputer, ayo kita topang dengan anggaran. Ternyata, yang saya dan teman-teman pikirkan jauh dari kenyataan," tuturnya.
Konsep Nadiem Makarim, lanjutnya, tidak seperti bayangan anggota Komisi X yang canggih. "Saya cuma tertarik statement Mas Nadiem soal SDM unggul bukan karena teknologi. Artinya bukan teknologi yang bikin SDM unggul dan pintar. Ternyata kuncinya ada di SDM yang inovatif," tandasnya. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad