jpnn.com, BENER MERIAH - Ayah angkat Presiden Joko Widodo di Aceh H Nurdin Aman Tursina angkat suara terkait fitnah dan hoaks terhadap kepala negara yang beken disapa dengan panggilan Jokowi itu. Pria berusia 73 tahun ini menyebut fitnah kepada anak angkatnya merupakan tindakan tak beradab dan penuh kebencian.
"Kalau kamu enggak pilih dia enggak apa-apa, asal jangan fitnah," kata Nurdin menerima kunjungan Sekretaris Tim Kampanye Nasional Joko Widodo - KH Ma'ruf Amin (TKN Jokowi - Ma’ruf) Hasto Kristiyanto di rumahnya di Bener Meriah, Aceh, Sabtu (9/3).
BACA JUGA: Pemerintah Dinilai Gagal Menjaga Daya Beli Masyarakat
Baca juga: Soal Keislaman Jokowi, Yusuf Mansur: Saya Lihat dengan Mata Sendiri
Nurdin mengarakan, pihak yang memfitnah Jokowi jelas tak mengenal Presiden Ketujuh RI itu. Sepengetahuan Nurdin saat Jokowi tinggal di rumahnya pada era 1980-an, tokoh nasional asal Solo itu tak pernah memperlihatkan sikap anti-Islam.
BACA JUGA: Asyik, Lihat Pose Jokowi dan Iriana di Atas Panggung
Bahkan, kata Nurdin menegaskan, Jokowi kala itu rela berkorban demi pembangunan musala. Pada1988, Jokowi diminta menyumbang untuk membangun tempat ibadah.
Saat itulah Jokowi membebaskan Nurdin mengambil material dari toko bangunan. Selanjutnya Jokowi yang membayarnya.
BACA JUGA: Zikir Kebangsaan, Ribuan Ulama Kabupaten Bogor Dukung Jokowi - KH Maruf Amin
Nurdin juga berani menjamin keislaman Jokowi. Sebab, pria kelahiran 21 Juni 1961 itu saat tinggal bersama Nurdin justru sering menjadi imam salat.
"Selama Jokowi di sini, itu 50 persen dia imam Magrib di musala," kata dia. Baca juga: Penjelasan TGB soal Keislaman Presiden Jokowi
Nurdin juga menceritakan masa Jokowi membujang di Aceh. Jokowi saat bekerja sebagai pegawai PT Kertas Kraft Aceh tinggal bersama Nurdin.
Saat sudah menjadi suami Iriana, Jokowi tinggal di dekat rumah Nurdin. "Terakhir berpisah dengan saya, sudah ada Gibran itu, tinggalkan kurban di sini tiga kambing," kenang Nurdin.(tan/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ayah Angkat Jokowi Diminta Tak Usah Datang di Acara Relawan, Apa yang Terjadi?
Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga