Cerita Ibunda Defia Rosmaniar, Sungguh Mengharukan

Rabu, 22 Agustus 2018 – 11:36 WIB
Camat Leuwisadeng Pepep Hamdi mengunjungi rumah Defia Rosmaniar, peraih medali emas Asian Games 2018, Senin(20/8), ditemui Defia Kaswati (jilbab putih). Foto: Fikri Habibullah/Radar Bogor

jpnn.com - Defia Rosmaniar, peraih medali emas perdana untuk Indonesia dari cabor taekwondo Asian Games 2018, terlahir dari keluarga sederhana. Orang tuanya tinggal di Kampung Leuwibengkok, Desa Sadeng Kolot, Kecamatan Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.

Fikri Habibullah Muharram

BACA JUGA: Waspada Pemain UEA Suka Memancing Emosi Lawan

Sebuah rumah bercat krem dikelilingi tanaman pot nampak tertata rapi. Di sudut kiri, karangan bunga ucapan selamat dari Bupati Bogor terpilih Ade Yasin terpampang. Bersamaan itu pula nampak Camat Leuwisadeng Pepep Hamdi dan Kepala Desa Sadeng Kolot Sahri.

Mereka menemui seorang ibu berkacamata dan jilbab putih. Dia adalah Kaswati (54). Wanita paruh baya yang melahirkan atlet peraih medali emas pertama di Asean Games, Defia Rosmaniar.

BACA JUGA: Luis Milla Akui Sama Sekali Buta Kekuatan UEA

Kaswati bercerita, pagi itu (19/8), usai salat subuh dia berangkat ke Senayan, Jakarta. Kaswati sudah tidak sabar ingin menyaksikan anaknya bertanding di Asian Games.

Wanita penjual pupuk bibit tanaman itu mengaku sudah jauh-jauh hari mempersiapkan waktu demi menyaksikan penampilan putrinya.

BACA JUGA: Jokowi dan Prabowo Bakal Ketemu di Padepokan Silat

"Pas tahu Defia juara, saya nangis bukan main. Apalagi pas disapa presiden. Saya haru," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Kampung Leuwibengkok, Desa Sadeng Kolot, Senin (20/8)

Kaswati mengisahkan, kegigihan Defia mengejar cita-cita. Meski di sisi lain, gadis yang hobi traveling itu juga sosok yang tenang dan kalem. Sebagai seorang ibu, Kaswati khawatir dan sempat tak mengizinkan anak gadisnya berlatih taekwondo.

"Ketika harus ikut latihan keluar, dia itu sebenarnya sering mengerang kesakitan. Cuma dia sembunyikan dari saya. Dia gak pernah mengeluh ke saya. Dia gak mau ibunya tahu dia sakit karena latihan. Giliran dapat juara baru dia kasih tahu. Mungkin tidak ingin menyusahkan orang tuanya," kisahnya.

Suatu hari, jelas Kaswati, putri ketiga dari lima bersaudara itu harus mengikuti kegiatan latihan selama beberapa bulan di Korea. Mau tak mau Kaswati mengizinkan. Namun, 20 Maret 2018, ayah Defia, Ermanto meninggal dunia karena sakit.

"Dia tidak sempat lihat jenazah ayahnya. Akhirnya diizinkan pulang beberapa hari. Pastinya kami sedih," ucapnya sambil menitikan air mata.

Kaswati melanjutkan, sejak kecil Defia sudah hobi bela diri Taekwondo. Dia selalu ikut berbagai latihan dan berbagai perlombaan baik di dalam dan di luar negeri.

Pesan Kaswati agar Defia tetap rendah hati dan tidak sombong dengan apa yang sudah diraih. Ia juga berharap, apa yang Defia lakukan dapat mengharumkan nama keluarga. "Mohon doanya saja buat Defia. Saya bilang ke tetangga juga begitu. Semoga dia bisa terus juara. Saya bangga sekali," akunya.

Camat Leuwisadeng Pepep Hamdi mengaku terharu atas apa yang diraih Defia. "Saya berharap pemuda lainnya bisa mencontoh apa yang Defia raih. Harumkan nama Leuwisadeng, Kabupaten Bogor, dan nama bangsa," ujar Pepep kepada Radar Bogor.

Kebanggan Defia juga ternyata datang dari sekolah tempat ia belajar SMA I Leuwiliang. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMAN 1 Leuwiliang Hilman Iriana S, mengaku bangga dengan prestasi yang diraih anak didiknya.

"Begitu Defia dapat juara, saya merinding. Dan grup WhatsApp heboh. Semua memberi apresiasi ke Defia. Intinya, kami bangga dan berharap dia bisa mengharumkan nama sekolah dengan prestasinya," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Defia Rosmaniar mencatatkan sejarah lantaran meraih medali emas pertana bagi Indonesia. Dia memenangi nomor poomsae individu putri di Plenary Hall Jakarta Convention Centre (JCC), Minggu (19/8). Mahasiswi Universitas Nasional Jakarta (UNJ) dan STIE Kesatuan itu mengalahkan taekwondoin asal Iran, Marjan Salahshouri.

Defia saat ini masih mengikuti kegiatan Asian Games bersama teman-temannya. Meski sudah meraih medali emas, ia enggan untuk pulang lebih awal.

"Saya belum bisa pulang. Saya masih di sini. Bagaimana pun saya juga punya teman-teman lain yang masih bertanding. Saya harus berikan support dan dukungan kepada mereka," ujar alumni SMPN 1 Cibungbulang itu kepada Radar Bogor (Jawa Pos Group).

Terpisah, Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Bogor, Yudi Wahyudi mengatakan, Defia memang warga Kabupaten Bogor. Namun, sejak awal telah dibina TI Kota Bogor.

"Saat masih SMP, pengcab sudah memberikan ongkos pulang pergi baginya setiap kali berlatih. Dia dulu naik angkot dari Leuwisadeng ke tempat latihan,” ujarnya kepada Radar Bogor.

Menurut Yudi, Defia merupakan aset berharga KONI Kota Bogor. Setelah Porda 2014 berakhir, pihaknya selalu memberikan dana pembinaan setiap bulannya. “Apresiasi itu tidak pernah putus, sampai sekarang. Bahkan, setiap Defia ke luar negeri, KONI selalu memberi bantuan,” akunya.

Menurut Yudi, dari sepuluh atlet yang bertanding di Asian Games, hanya empat atlet yang memiliki jam terbang tinggi di level internasional. Yakni, Maulana Haidir, Defia Rosmaniar, M Purkon, dan Szalsa Maulida. Sedangkan, cabor panjat tebing baru kali ini dipertandingkan pada Asian Games.

Lebih lanjut, keberhasilan atlet Kota Bogor mengharumkan nama Indonesia, tak terlepas dari program investasi atlet yang dicanangkan KONI.

"Ini adalah kerja keras semua pihak, terutama Pengcab TI (Taekwondo Indonesia) Kota Bogor yang berhasil menemukan, mencetak, serta menjadikan," tuturnya.

Ketua Umum Koni Kota Bogor Benninu Argoebie membocorkan salah satu ramuan yang membuat Defia sukses. Menurutnya, pembinaan jangka panjang dilakukan TI Kota Bogor menjadi kunci keberhasilan Defia. "Pembinaan awal yang menentukan langkah ke depannya, itu karena sistem pembinaan di taekwondo Kota Bogor sangat baik,” katanya.

BACA JUGA: Oh! Begitu Banyak Cobaan Defia Rosmaniar Sebelum Meraih Emas

Kata Ben, sedikitnya ada lima tim pelatih yang memiliki kualifikasi internasional menjadikan Kota Bogor sebagai tempat studi banding dari daerah lain.

“Taekwondo Kota Bogor masih menjadi kekuatan utama Jabar karena selain Defia masih ada tim lapis dua dan tiga,”pungkasnya. (cr3/nal)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Demi Prestasi, Eko Yuli Irawan Sering Berantem sama Istri


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler