Cerita Tentang Kombes Iqbal, Gedung Tua dan Mesin Tik Jadul

Kamis, 15 Juni 2017 – 07:30 WIB
Kapolrestabes Surabaya Kombes M Iqbal di kantornya. Foto: Fathan Sinaga/JPNN

jpnn.com - MARKAS Kepolisian Kota Besar (Mapolrestabes) Surabaya bisa dibilang berbeda dengan tampilan kantor kepolisian di daerah lainnya.
Mapolrestabes Surabaya ini lebih terkesan klasik

JPNN.com melihat bahwa markas ini masih meninggalkan desain arsitektur aslinya yaitu dari zaman Belanda.

BACA JUGA: Kapolres Satu Ini Perhatian Banget dengan Anak Buah

Meski begitu, tidak ada nuansa mengerikan dan menakutkan.

Perasaan kagum tampak lantaran kantor ini juga dikemas baik di dalam dan luar dengan bentuk seperti museum.

Namun, di dalam kantor tersebut tetap menggandeng teknologi.

Mapolrestabes Surabaya merupakan salah satu bangunan tua yang berdiri megah di Jalan Sikatan, Surabaya.

Di pintu masuk ada tulisan 'Politie' yang berarti polisi. Kata itu tidak berdiri sendiri ditemani kata 'Hoofdcommissariaat' yang berarti Markas Besar.

Kapolrestabes Surabaya Kombes M Iqbal mengatakan, bangunan ini awalnya sempat dirombak meninggali desain asalnya.

Namun belakangan bangunan ini direstorasi atau dikembalikan ke wujud aslinya.

"Idenya dari kapolrestabes sebelumnya yaitu Pak Yan Fitri Halimansyah. Beliau merestorasi di ruangan tengah," kata dia sembari mengajak kru JPNN.com berkeliling kantornya, Rabu (14/6).

Di ruang tengah terdapat sejumlah peninggalan bersejarah seperti mesin tik.

Adapula senjata api laras panjang dan revolver. Bahkan, mesin pencetak foto manual ada di dalamnya.

Menurut Iqbal, alat-alat tersebut sebagian peninggalan Belanda dan ada juga warisan dari kapolres sebelumnya.

"Semuanya disimpan di sini. Makanya kantor polisi ini seperti museum," kata dia.

Mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini pun melihat dan menindaklanjuti ide Yan Fitri.

Menurut dia, ide tersebut sangat cemerlang dengan mengubah pandangan masyarakat bahwa kantor polisi itu humanis.

"Biasanya ada anak sekolah atau pendatang tiap minggu datang ke sini. Kami juga sediakan guide-nya," tambah Iqbal.

Iqbal mengatakan, mustahil untuk membuat persis antara bangunan lama dengan yang baru. Yang bisa dilakukan hanyalah mendekati bangunan lama.

Upaya yang dilakukan adalah mengecat bagian luar bangunan seluruhnya dengan cat putih. Sebelumnya ada kombinasi cat hitam dan merah.

Kemudian untuk atap, Iqbal menjebol semua plafon yang menutupi bagian atas bangunan.

Sekarang ini, atap bangunan utama terlihat lebih tinggi dan menjulang karena tak ada yang menghalangi.

Yang terlihat adalah kayu jati berwarna cokelat sebagai penopang atap.

Udara di ruangan pun relatif lebih adem karena tingginya atap yang mencapai lebih dari empat meter.

Bagian lain yang diubah Iqbal adalah penggantian keramik. Keramik yang dulu berwarna terang, diganti dengan keramik berwarna cokelat bermotif.

Penggantian warna keramik itu membuat ruangan lebih teduh.

"Tapi kayu, pintu, dan kusen masih sesuai aslinya," kata Iqbal.

Iqbal juga mengubah pencahayaan di museum hidup dengan lampu berwarna putih, sehingga lebih terang.

Sebelumnya pencahayaan museum hidup diterangi oleh cahaya temaram. Terangnya cahaya putih disambut oleh teduhnya warna cokelat keramik sehingga tak menyilaukan pandangan.

Di museum ini, tampak pula foto almarhum Komjen M Jasin yang dikenal sebagai Bapak Brimob Polri.

Sejumlah medali dan penghargaan Jasin pun terpajang di dalam Mapolrestabes Surabaya ini.

Mengenai bangunan Belanda, Iqbal sangat identik dengan budaya dan arsitektur negara kincir angin itu.

Betapa tidak, Iqbal pernah mengenyam pendidikan selama satu tahun di sana.

"Saya tahu persis tidak ada bangunan bersejarah di Belanda itu warna merah, kuning, tidak ada," tambah dia.

Karenanya, alumnus Akpol 1991 ini mengubah semua warna agar identik dengan ciri khas Belanda.

Iqbal menuturkan, restorasi yang dilakukan sudah mendekati 65 persen. Yang kurang menurut Iqbal adalah sejumlah lemari dan sepeda motor zaman Belanda.

Dia pun menyebut, gedung Mapolrestabes Surabaya sudah ditetapkan sebagai cagar budaya pada tahun 2015 lalu.

Menurutnya, restorasi bangunan yang bergaya klasik dan seperti museum adalah upaya dirinya untuk mendekatkan diri ke masyarakat.

"Saya ingin kantor ini dimiliki masyarakat karena ini bagian mendekatkan diri kepada masyarakat. Bagaimana polisi menjadi bagian masyarakat," ujarnya.

Yang tak kalah menarik adalah ruangan penjara bawah tanah. Wilayah itu kata Iqbal sudah lama tidak disentuh. Pasalnya, ruangan tersebut sangat lembab dan sirkulasi udaranya sangat tipis.

"Makanya tidak digunakan tapi masih ada," jelas dia.

Meski gaya klasik memenuhi Mapolrestabes Surabaya, tapi sentuhan teknologi tetap dipertahankan.

Seperti di ruangan Iqbal. Di ruangan ini, terdapat sejumlah monitor yang memantau seluruh Kota Surabaya.

"Ini ada ribuan CCTV dan saya bisa lihat setiap daerah di Surabaya. Ini bekerja sama dengan Pemkot, Dishub dan Kominfo," tandas Iqbal. (Mg4/jpnn)


Redaktur & Reporter : Fathan Sinaga

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler