Hanya perlu dicatat, kata Nanang, program ini bisa sukses jika melibatkan putra daerah. Sebab, merekalah yang paling tahu kondisi daerah berikut permasalahannya. Semisal Kaltim, dia berpendapat Kementerian BUMN harus melibatkan para sarjana lokal seperti dari Universitas Mulawarman (Unmul), Samarinda.
"Mereka (lulusan pertanian Unmul) saya yakin mampu," kata Nanang, Minggu (12/2). Usulan perekrutan sarjana pertanian Unmul dalam program pencetakan sawah bernilai Rp 9 triliun tersebut, lanjutnya, telah disampaikan langsung pada Dahlan saat komisinya menggelar rapat dengan pendapat (RDP) dengan jajaran Kementerian BUMN, pada pertengahan pekan lalu.
"Pak Dahlan antusias dan berjanji untuk mempelajari usulan tersebut," kata Nanang. Dari sisi historis, pelibatan sarjana lokal bertujuan agar Kaltim tak menjadi contoh berikutnya kegagalan pemerintah mencetak sawah di Kalimantan. "Kita tak ingin kegagalan di Kalteng waktu Orde baru terulang di Kaltim, hanya gara-gara orang lokal tak dilibatkan," kata politikus PPP ini.
Terpisah, rektor Unmul Zamrudin membenarkan kegagalan proyek pencetakan sawah seluas sejuta hektare di Kalteng disebabkan alasan yang dikemukakan Nanang tersebut. "Waktu itu, seharusnya ada sinergi antara teknologi pertanian yang ada, dengan kondisi alam yang akan jadi proyek percontohan itu," kata Zamrudin.
Atas dasar inilah, untuk program terbaru ini, Unmul dilibatkan dalam melakukan studi kelayakan pencetakan sawah baru di Kabupaten Bulungan. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui teknologi apa yang paling sesuai diterapkan, termasuk juga menentukan bibit padi yang tepat. "Sebab tanah di Kaltim kadar asamnya sangat tinggi, jadi teknologi pertanian di Jawa tak mungkin bisa langsung diterapkan," jelas Zamrudin.
Investasi pencetakan sawah rencananya dilakukan tiga BUMN, yakni PT Pupuk Sriwijaya, PT Pertani, dan PT Sang Hyang Sri. Daerah di Kaltim yang akan dipilih adalah Kutai Barat, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Berau, dan Bulungan. Sistem pengairan yang diterapkan kemungkinan besar tadah hujan atau pasang surut. "Mahasiswa kita tiap praktikum menggunakan sistem itu jadi kemungkinan besar tak terlalu susah menerapkannya," tambah Zamrudin. (pra/far)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jembatan Baru Lebakngok Telan Rp 5 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi