JAKARTA - Diam-diam, pergerakan para tokoh yang mengincar kursi Sumut 1 sudah gencar dilakukan. Lobi untuk mendapatkan perahu partai pengusung juga sudah intens digalang. Sumber JPNN menyebutkan, Chairuman Harahap termasuk salah satu kandidat yang mulai mendekati PDI Perjuangan.
Masih menurut sumber, langkah ini dilakukan Chairuman untuk mengantisipasi jika Partai Golkar ternyata lebih memilih Gus Irawan. Politisi senior PDIP, Yasonna H Laoly, tidak membantah kabar itu. Bahkan, menurutnya, bukan hanya Chairuman yang sudah bicara dengan PDIP. Mantan Pangkostrad Letjen TNI AY Nasution dan RE Nainggolan, kata Yasonna, juga sudah mendekati PDIP.
"Beberapa orang sudah menyampaikan, (mantan) Pangkostrad, Pak Chairuman. Tapi itu belum resmi, belum formal," ujar Yasonna kepada JPNN, kemarin.
Dia mengatakan, pembicaraan mereka disampaikan ke pengurus DPD PDIP Sumut, juga ke petinggi DPP PDIP. Hanya saja, politisi asal Nias itu tidak menyebutkan siapa nama petinggi PDIP yang ditemui AY Nasution dan Chairuman.
Bagaimana dengan RE Nainggolan? Yasonna menyebut, mantan Sekdaprov Sumut itu juga sudah bicara dengan PDIP. "RE Nainggolan, Chairuman, sudah bicara dengan Ketua DPD (PDIP Sumut)," terangnya.
Ditanya siapa yang paling berpeluang diusung banteng moncong putih? Yasonna mengatakan, semua masih punya peluang yang sama. Menurut anggota Komisi II DPR itu, merupakan hal yang biasa jika para kandidat kepala daerah mendekati partai. Yasonna juga menduga, baik RE Nainggolan, Chairuman, dan AY Nasution, juga mendekati partai-partai lain selain PDIP.
"Pastilah mereka mencari dukungan ke berbagai parpol. Karena saya dengar Gus Irawan dari Golkar. Tapi mungkin juga ke partai lain," ujar pria yang dikenal sebagai politisi pemikir di tubuh PDIP itu.
PDIP sendiri, lanjutnya, ada suara dari bawah agar mengusung kadernya sendiri untuk pilgub Sumut 2013 mendatang. Namun, kata Yasonna, kalau toh tidak ada kader PDIP yang memenuhi kualifikasi, maka bisa saja mengusung non kader. Terlebih, lanjutnya, PDIP tidak bisa sendirian mengusung calon, alias harus berkoalisi dengan partai lain.
Dengan alasan PDIP tak bisa sendirian mengusung calon, Yasonna berharap, kandidat cagub yang mendekati PDIP, sekalian saja menyodorkan nama yang akan menjadi pasangannya. "Dari sekarang setiap tokoh yang mau maju (dan mendekati PDIP, red), harus juga sebut siapa partnernya," kata Yasonna, yang selalu terlibat dalam pembahasan paket RUU politik di DPR.
Yasonna mengatakan, proses panjang pencalonan bisa saja berubah mendekati tenggat jam terakhir pendaftaran ke KPU Daerah. Begitu pun nanti calon yang akan diusung PDIP. Bisa saja, tiba-tiba muncul nama yang sebelumnya tidak diperhitungkan dalam bursa.
"Itu strategi, membaca siapa lawan dan siapa yang kiranya calon dari kita yang bisa mengalahkannya," ucap Yasonna. Dia memberi contoh sikap DPP PKS di pilgub DKI Jakarta, yang di jam-jam terakhir pendaftaran, tiba-tiba mengusung mantan Presiden PKS Hidayat Nur Wahid. Padahal, sebelumnya yang dielus-elus PKS adalah Triwisaksana.
"Hidayat Nur Wahid harus turun gunung karena dia yang dianggap populer di Jakarta," ujar Yasonna.
Terkait dengan langkah Chairuman yang mendekati PDIP itu, sebelumnya pengamat politik Umar Syadat Hasibuan kepada JPNN, Senin (19/3), tetap yakin Golkar tidak punya pilihan lain selain Gus Irawan. Doktor ilmu politik lulusan Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, meski dari internal Golkar ada nama Chairuman Harahap, namun peluang mantan Ketua Komisi II DPR itu tipis.
Golkar diyakini tidak mau mengusung Chairuman. "Chairuman itu menurut saya dianggap bermasalah oleh internal Golkar. Buktinya dia dicopot sebagai ketua Komisi II DPR, apa pun alasannya," ujar Umar, pria kelahiran Labuhan Batu itu.(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Maju di DKI, Harta Alex Hanya Rp 10,5 Miliar
Redaktur : Tim Redaksi