jpnn.com, BEIJING - Koordinator Fungsi Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing Irwansyah Mukhlis mengatakan Indonesia dapat mengambil kesempatan dari potensi yang ditawarkan Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan.
"Kami melihat sebagai kesempatan karena ada potensi dari 'free trade port' Hainan dan kita di ASEAN juga sudah punya skema 'ASEAN China Free Trade Area' juga jadi sebenarnya nyambung, jadi banyak yang bisa kita kerja samakan dan bisa tukar pengalaman termasuk juga untuk kebudayaan dan hubungan 'people to people'," kata Irwansyah Mukhlis kepada ANTARA di Beijing, China pada Minggu malam (27/8).
BACA JUGA: Kebencian Meningkat, Pemerintah China Berjanji Lindungi WN Jepang
Irwansyah mengatakan hal tersebut pada sela-sela acara "Grab A Bite of the Free Trade Port – Hainan dan ASEAN Culture and Food Exchange" yang menjadi ajang perkenalan produk ASEAN dan China.
Dalam acara tersebut disuguhkan berbagai makanan Hainan maupun dari negara-negara ASEAN termasuk sate ayam serta penampilan "Brokat Li" yaitu kain tradisional dari suku minoritas Li di Pulau Hainan.
BACA JUGA: Kebencian Terhadap Jepang Meningkat di Kalangan Warga China, Apa Pemicunya?
Dalam hubungan perdagangan, menurut Irwansyah, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar China dengan total volume perdagangan mencapai 975 miliar dolar AS pada 2022 atau meningkat 15 persen dari 2021.
Sementara pada Semester I 2023, total volume perdagangan antara ASEAN dan China mencapai 428,96 miliar dolar AS atau meningkat 5,4 persen (y-o-y).
BACA JUGA: Balas Aksi Sepihak China, Angkatan Laut 4 Negara Ini Gelar Latihan Bersama
"Potensi yang sangat besar, apalagi Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini karena lagi-lagi hubungan dagang dua negara besar sekali dan ditambah kedekatan geografis dengan Hainan justru membuat makin besar potensinya, jadi yang paling bisa dari sisi logistik untuk kerja sama," tambah Irwansyah.
Hainan terletak di wilayah paling selatan China. Provinsi beriklim tropis tersebut berbentuk pulau yang hanya seluas sekitar 33.210 kilometer persegi yang berbatasan dengan Vietnam.
"Kami melihat meski ada produk-produk Hainan yang sama dengan Indonesia atau negara ASEAN lainnya, tapi tidak menafikan potensi-potensi keunggulan lain dari masing-masing negara. Indonesia punya keunggulan sendiri begitu juga negara-negara anggota ASEAN lainnya di situ otomatis kita bisa masuk ke situ," ungkap Irwansyah.
Pada 2022, total perdagangan antara ASEAN dan Hainan adalah sekitar 5,88 miliar dolar AS. Sedangkan perdagangan global Hainan mencapai 30,01 miliar dolar AS pada 2022 atau 19,59 persen berasal dari antara ASEAN dan Hainan.
Sementara Indonesia merupakan mitra dagang terbesar Hainan dengan total perdagangan 1,58 miliar dolar AS dengan ekspor Indonesia ke Hainan sekitar 1,01 miliar dolar AS.
"Saya juga baru dengar Bali punya 'sister city' dengan Hainan, jadi itu sudah menunjukkan banyak yang bisa dikerjasamakan baik dari sisi ekonomi maupun 'people to people' dan kebudayaan," tambah Irwansyah.
Irwansyah mengungkapkan pelaksanaan kerja sama perdagangan secara konkrit termasuk melalui sinergi kerja sama antar pelabuhan perdagangan penting di kawasan.
"Saya berharap semakin banyak produk ASEAN khususnya produk Indonesia yang masuk ke Hainan dan sebaliknya," tambah Irwansyah.
China sedang membangun Pelabuhan Hainan yang direncanakan menjadi pelabuhan perdagangan bebas terbesar di dunia pada 2035 karena akan memiliki rezim "custom" sendiri pada 2025.
Melalui Hainan, turis dari China maupun negara lain dapat masuk ke Vietnam, Kamboja, Indonesia hingga Singapura dan berbelanja di toko "free-duty" maksimal hingga 100 ribu yuan (sekitar Rp 215 juta).
Sedangkan Sekretaris Jenderal the ASEAN-China Center (ACC) Shi Zhongjun dalam acara yang sama mengatakan Provinsi Hainan memiliki pemandangan yang indah dan sumber daya yang kaya.
"Ini adalah zona ekonomi khusus terbesar di Tiongkok, zona perdagangan bebas percontohan terbesar dan pulau pariwisata internasional paling terkenal. Pelabuhan Perdagangan Bebas Hainan dibangun lebih cepat, dengan fokus pada pariwisata, layanan modern, industri teknologi tinggi, dan pertanian tropis," kata Shi Zhongjun.
ACC, menurut Zhongjun, akan berkomitmen untuk menerapkan konsensus penting para pemimpin dan mendorong kerja sama praktis antara kedua belah pihak.
"Pada masa yang akan datang, ACC akan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan berbagai daerah dan terus memainkan peran penghubung untuk memperkuat pertukaran dan kerja sama dengan ASEAN, dan memberikan kontribusi baru terhadap pertumbuhan Kemitraan Strategis Komprehensif ASEAN-Tiongkok," tambah Zhongjun. (ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif