China Rayakan Reunifikasi Hong Kong, Taiwan Berduka untuk Matinya Kebebasan

Minggu, 03 Juli 2022 – 16:49 WIB
Presiden Tiongkok Xi Jinping. Foto: Reuters

jpnn.com, TAIPEI - Kebebasan di Hong Kong telah mati dan China gagal memenuhi janjinya untuk tidak melakukan perubahan selama 50 tahun, kata Pemimpin Taiwan Su Tseng-chang pada Jumat saat peringatan 25 tahun reunifikasi.

Presiden China Xi Jinping berada di Hong Kong untuk mengambil sumpah pemimpin barunya, mantan kepala keamanan John Lee, yang mendapat sanksi dari Amerika Serikat atas perannya dalam menerapkan undang-undang keamanan nasional di sana.

BACA JUGA: China Harus Dihentikan, Jangan Sampai Taiwan Bernasib seperti Ukraina

Kebanyakan orang di Taiwan yang diklaim China tidak menunjukkan minat untuk diperintah oleh Beijing, dan pemerintah Taiwan telah berulang kali menolak tawaran China mengenai "satu negara, dua sistem" untuk memerintah pulau itu, seperti halnya Hong Kong dan Makau.

Berbicara kepada wartawan di Taipei, Su mengatakan janji-janji bahwa kehidupan akan berjalan seperti biasa di Hong Kong setelah serah terima tidak ditepati.

BACA JUGA: Mengaku Sahabat, China Diam-Diam Curi Rahasia Rusia

"Waktunya baru 25 tahun, dan di masa lalu janji 50 tahun tidak ada perubahan. 'Tarian akan terus berlanjut dan kuda masih berlari' telah menghilang, dan bahkan kebebasan dan demokrasi telah lenyap," tambahnya, merujuk pada ungkapan Hong Kong tentang bagaimana hidup tidak akan berubah di bawah pemerintahan China.

"Kami juga tahu bahwa kami harus berpegang teguh pada kedaulatan, kebebasan, dan demokrasi Taiwan," tambah Su. "Apa yang disebut 'satu negara, dua sistem' China sama sekali tidak tahan uji."

BACA JUGA: Lawan Narasi Jebakan, China Klaim Negara Pengutang Bakal Cuan pada 2030

Protes anti pemerintah di Hong Kong, diikuti dengan tindakan keras dan penerapan undang-undang keamanan nasional yang keras telah dikutuk secara luas di Taiwan yang demokratis.

Beijing dan pemerintah Hong Kong mengatakan undang-undang itu diperlukan untuk memulihkan stabilitas kota.

Inggris mengembalikan Hong Kong ke pemerintahan China pada 1 Juli 1997, di bawah formula "satu negara, dua sistem" yang menjamin otonomi luas dan independensi peradilan yang tidak terlihat di China daratan.

Kritik terhadap pemerintah, termasuk negara-negara Barat, menuduh pihak berwenang menginjak-injak kebebasan itu, yang ditolak Beijing dan Hong Kong.

Beijing telah meningkatkan tekanan militer dan politiknya untuk membuat Taiwan menerima kedaulatan China.

Pemerintah Taiwan mengatakan hanya rakyat pulau itu yang dapat memutuskan masa depan mereka. (ant/dil/jpnn)


Redaktur & Reporter : M. Adil Syarif

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler