jpnn.com - AKTRIS kawakan Christine Hakim menyayangkan perkembangan industri film layar lebar Indonesia saat ini. Banyak film, menurut Christine diproduksi tanpa mengedepankan kualitas.
"Sayangnya, film di Indonesia itu terlalu banyak dialog. Cerita sudah oke, tapi tidak membuat cerita film itu sendiri," kata Christine saat ditemui JPNN.com di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (28/5) malam.
BACA JUGA: 3 Kata Fenny Rose Setelah Menang PGA 2015
Bintang film Daun Di Atas Bantal ini mengatakan tak semestinya para pembuat film selalu membuat menarik pembicaraan yang dilakukan oleh para aktor.
"Dari tahun 80an, saya sudah melihat film-film buatan Iran itu luar biasa dalam menampilkan cerita. Ada satu film contohnya yang saya nonton tahun 2000-an, saya lupa judulnya. Itu film, tanpa dialog banyak tapi sudah bercerita," kata dia.
BACA JUGA: Olga Menang, Mak Vera Menangis, Untung ada Billy...
"Ada scene dimana ada anak kecil tidak dijemput orang tua saat pulang sekolah. Setelah dia menunggu lama, dia melihat ada telepon umum di seberang jalan. Cerita itu ada, tanpa dialog. Akhirnya, ada seseorang memakai jubah, dia ingin menyeberang, anak kecil itu tanpa bicara langsung memakai orang berjubah itu untuk ikut menyeberang, menuju telepon umum untuk menghubungi keluarga," katanya.
Dari sosok anak kecil yang menggemaskan, ditambah ide cerita bahwa anak kecil itu punya akal agar bisa dijemput, Christine menunjukkan bahwa film seharusnya seperti itu.
BACA JUGA: Kim Young Kwang Bintangi D-Day
"Orang budek saja bisa langsung tahu kalau film itu ceritanya seperti apa. Kesan sedih dengan wajah anak kecil yang sudah punya pesan itu sudah bisa menjadi cerita. Jadi, tidak usah banyak dialog," ujarnya.
Selain soal cerita dalam sebuah film, ternyata jumlah bioskop dan jumlah produksi film di Indonesia sekarang turut diperhatikan oleh peraih penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik Festival Film Indonesia tahun 1977 (Sesuatu yang Indah), 1979 (Pengemis dan Tukang Becak), 1983 (Di Balik Kelambu), 1985 (Kerikil-Kerikil Tajam) dan 1988 (Tjoet Nja' Dien) ini.
"Bagaima maju, jumlah produksi film saja hanya sekitar 160 film per tahun. Sedangkan jumlah penduduknya sudah mau mencapai angka 300 juta. Ya kuranglah. Apalagi, jumalah bioskop sekarang hanya 800. Padahal, tahun 1987 jumlah bioskop di Indonesia ada empat ribu bioskop," kata artis berusia 58 yang suka memakai pakaian tradisional ini menjelaskan permasalahan film tanah air.
Bahkan, dia berani membandingkan produksi film Negeri Gingseng, Korea. Dia mengatakan bahwa jumlah film box office Korea bisa mengimbangi jumlah penduduk.
"Korea itu, bisa memproduksi film hingga sepuluh ribu per tahun dengan jumlah penduduk sekitar lima puluh juta," tandasnya. (mg3/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Horeee... Nine Muse Comeback Juni Nanti
Redaktur : Tim Redaksi