Fenomena langka dialami Cila Meylina, balita berusia 21 bulan asal Desa Bojong Cideres, Dawuan, Majalengka. Sejak berusia tiga bulan, putri semata wayang pasangan Rostika (20) dan Agus Setiawan (25) itu mengeluarkan air mata darah. Bahkan dalam sehari, darah yang dikeluarkan dari tubuhnya saat menangis mencapai satu liter.
Ono Cahyono, Majalengka
MENGUNJUNGI kediaman Cila di RT 05/04 Dusun 2, Desa Bojong Cideres, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka, tidak begitu sulit. Letaknya di sekitar kawasan terminal elf dan bus antar kota antar provinsi (AKAP) Cideres, Kadipaten. Di depan terminal, terlihat gapura selamat datang Desa Bojong Cideres. Dari terminal ke rumah Cila sekitar satu kilometer.
Balita yang lahir pada Selasa siang, 3 Mei 2011 silam itu, menjadi buah bibir masyarakat karena tubuhnya, khususnya air matanya yang mengeluarkan darah. Jika dilihat kasat mata, gerak-gerik Cila sama dengan balita lain pada umumnya. Perbedaan yang menonjol adalah air tangisan yang keluar dari matanya. Jika manusia normal menangis mengeluarkan air, tapi Cila justru menangis darah. Bukan hanya dari mata, darah juga mengalir dari lubang hidung, telinga, bahkan sesekali di beberapa pori-pori lengan serta kepalanya, saat yang bersangkutan menangis.
Sang ibu, Ika Rostika kepada Radar mengaku khawatir dengan kondisi anaknya. Menurutnya, kejadian itu sudah berlangsung sejak 17 bulan lalu, saat putrinya masih berusia tiga bulan. Keanehan semakin menjadi, sejak sekitar lima bulan terakhir.
“Awalnya mah paling darah keluar dari matanya saja. Namun lama-kelamaan setiap nangis, selain dari lubang hidung, darah juga keluar dari pori-pori tangan Cila. Kalau dibiarkan nangis terus-terusan, darah yang keluari lebih dari satu liter per harinya,” kata Ika.
Ika menjelaskan, secara umum kondisi Cila nampak tidak ada keanehan dengan anak seusianya. Namun demikian, sebagai seorang ibu, Ika mengaku khawatir setiap kali anaknya menangis, selalu mengeluarkan darah. “Makanya, apapun yang dia (Cila, red) mau, kalau bisa saya wujudkan, pasti dituruti. Karena kalau dia ngambek kemudian menangis, darah pasti akan banyak mengalir,” bebernya.
Keanehan lain yang menimpa putrinya, kalau makan nasi bisa menghabiskan tiga piring nasi penuh beserta lauknya. “Setelah nangis, ya seperti biasa lagi, main-main. Tapi, bagaimanapun juga saya merasa khawatir. Karena setiap hari nangis bisa sampai lima kali dan selalu mengeluarkan darah,” jelas dia.
Ika membeberkan, keanehan yang dialami anaknya sudah nampak sejak Cila masih dalam kandungan. Pasalnya, selama mengandung Cila, Ika mengaku seringkali merasa sakit akibat pergerakan janin yang dinilai tidak wajar.
“Kondisi kandungan kadang ke bagian belakang perut. Dan Cila lahir setelah berada di dalam kandungan selama 15 bulan,” jelasnya.
Karena kekhawatiran itulah, dia membawa anaknya ke rumah sakit di daerah Sumedang. “Terakhir, sekitar dua minggu lalu, Cila dibawa ke RSUD Cideres. Katanya harus dibawa ke poly mata, ke Bandung. Jangankan untuk berobat, untuk makan saja sulit. Suami saya juga hanya sebagai buruh kasar di pabrik genteng,” imbuhnya.
Karena benturan ekonomi itulah, Ika belum bisa membawa anaknya k eke Bandung, tapi hanya dirawat di rumah. Karena kondisi yang semakin parah, akhirnya dia membawa Cila ke RSUD Cideres.
Untuk penyembuhan penyakit anaknya, Ika sampai mendatangi paranormal. Menurut seorang paranormal, Cila harus dipertemukan dengan ayah kandungnya. Maklum, dia sudah ditinggal kabur oleh ayahnya sejak usia 8 bulan dalam kandungan. Ayahnya yang berasal dari Brebes, kini entah di mana. Sesuai arahan paranormal, bila sudah bertemu ayah kandungnya, penyakit Cila bisa sembuh. Jika cara itu tidak mempan dan Cila tak juga kunjung sembuh, Ika disarankan mendatangi makam Embah Jaya Raksa di Kecamatan Jatitujuh. Semua itu kini belum dipenuhinya.
Tokoh masyarakat setempat, Hj Efi Agustin, salah satu warga yang menaruh perhatian lebih terhadap keluarga korban mengaku, pernah memberikan pisang ke Cila. Namun, saat itu pisang yang diberikan kepada Cila habis sebanyak lima buah dalam sekali makan. Tidak hanya itu, Cila juga meminta seduhan kopi pahit. “Untuk yang lainnya, nampak seperti biasa. Hanya ya seperti itu, setiap kali nangis, akan mengeluarkan darah,” papar dia.
Ia menyatakan, dirinya bersama Ika sempat mengumpulkan darah yang keluar saat Cila menangis. Hasilnya, dari sejumlah bagian tubuh Cila tersebut, terkumpul dua gelas kecil darah dalam satu kali tangisannya.
“Kenapa saya sebut darah, karena memang tekstur dan baunya sama persis dengan darah, dan mengental. Kalau air kan lebih encer. Namun, aromanya tidak seperti darah pada umumnya,” tandasnya.
Cila pun pada saat itu kembali dirujuk ke RS Cideres, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka untuk kedua kalinya menjalani pemeriksaan ke dokter spesialis mata, Vivi Vinilarika. “Tapi kata dokternya gak apa-apa. Padahal buktinya keanehan itu jelas. Saya benar-benar bingung,” ungkapnya. (*)
Ono Cahyono, Majalengka
MENGUNJUNGI kediaman Cila di RT 05/04 Dusun 2, Desa Bojong Cideres, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka, tidak begitu sulit. Letaknya di sekitar kawasan terminal elf dan bus antar kota antar provinsi (AKAP) Cideres, Kadipaten. Di depan terminal, terlihat gapura selamat datang Desa Bojong Cideres. Dari terminal ke rumah Cila sekitar satu kilometer.
Balita yang lahir pada Selasa siang, 3 Mei 2011 silam itu, menjadi buah bibir masyarakat karena tubuhnya, khususnya air matanya yang mengeluarkan darah. Jika dilihat kasat mata, gerak-gerik Cila sama dengan balita lain pada umumnya. Perbedaan yang menonjol adalah air tangisan yang keluar dari matanya. Jika manusia normal menangis mengeluarkan air, tapi Cila justru menangis darah. Bukan hanya dari mata, darah juga mengalir dari lubang hidung, telinga, bahkan sesekali di beberapa pori-pori lengan serta kepalanya, saat yang bersangkutan menangis.
Sang ibu, Ika Rostika kepada Radar mengaku khawatir dengan kondisi anaknya. Menurutnya, kejadian itu sudah berlangsung sejak 17 bulan lalu, saat putrinya masih berusia tiga bulan. Keanehan semakin menjadi, sejak sekitar lima bulan terakhir.
“Awalnya mah paling darah keluar dari matanya saja. Namun lama-kelamaan setiap nangis, selain dari lubang hidung, darah juga keluar dari pori-pori tangan Cila. Kalau dibiarkan nangis terus-terusan, darah yang keluari lebih dari satu liter per harinya,” kata Ika.
Ika menjelaskan, secara umum kondisi Cila nampak tidak ada keanehan dengan anak seusianya. Namun demikian, sebagai seorang ibu, Ika mengaku khawatir setiap kali anaknya menangis, selalu mengeluarkan darah. “Makanya, apapun yang dia (Cila, red) mau, kalau bisa saya wujudkan, pasti dituruti. Karena kalau dia ngambek kemudian menangis, darah pasti akan banyak mengalir,” bebernya.
Keanehan lain yang menimpa putrinya, kalau makan nasi bisa menghabiskan tiga piring nasi penuh beserta lauknya. “Setelah nangis, ya seperti biasa lagi, main-main. Tapi, bagaimanapun juga saya merasa khawatir. Karena setiap hari nangis bisa sampai lima kali dan selalu mengeluarkan darah,” jelas dia.
Ika membeberkan, keanehan yang dialami anaknya sudah nampak sejak Cila masih dalam kandungan. Pasalnya, selama mengandung Cila, Ika mengaku seringkali merasa sakit akibat pergerakan janin yang dinilai tidak wajar.
“Kondisi kandungan kadang ke bagian belakang perut. Dan Cila lahir setelah berada di dalam kandungan selama 15 bulan,” jelasnya.
Karena kekhawatiran itulah, dia membawa anaknya ke rumah sakit di daerah Sumedang. “Terakhir, sekitar dua minggu lalu, Cila dibawa ke RSUD Cideres. Katanya harus dibawa ke poly mata, ke Bandung. Jangankan untuk berobat, untuk makan saja sulit. Suami saya juga hanya sebagai buruh kasar di pabrik genteng,” imbuhnya.
Karena benturan ekonomi itulah, Ika belum bisa membawa anaknya k eke Bandung, tapi hanya dirawat di rumah. Karena kondisi yang semakin parah, akhirnya dia membawa Cila ke RSUD Cideres.
Untuk penyembuhan penyakit anaknya, Ika sampai mendatangi paranormal. Menurut seorang paranormal, Cila harus dipertemukan dengan ayah kandungnya. Maklum, dia sudah ditinggal kabur oleh ayahnya sejak usia 8 bulan dalam kandungan. Ayahnya yang berasal dari Brebes, kini entah di mana. Sesuai arahan paranormal, bila sudah bertemu ayah kandungnya, penyakit Cila bisa sembuh. Jika cara itu tidak mempan dan Cila tak juga kunjung sembuh, Ika disarankan mendatangi makam Embah Jaya Raksa di Kecamatan Jatitujuh. Semua itu kini belum dipenuhinya.
Tokoh masyarakat setempat, Hj Efi Agustin, salah satu warga yang menaruh perhatian lebih terhadap keluarga korban mengaku, pernah memberikan pisang ke Cila. Namun, saat itu pisang yang diberikan kepada Cila habis sebanyak lima buah dalam sekali makan. Tidak hanya itu, Cila juga meminta seduhan kopi pahit. “Untuk yang lainnya, nampak seperti biasa. Hanya ya seperti itu, setiap kali nangis, akan mengeluarkan darah,” papar dia.
Ia menyatakan, dirinya bersama Ika sempat mengumpulkan darah yang keluar saat Cila menangis. Hasilnya, dari sejumlah bagian tubuh Cila tersebut, terkumpul dua gelas kecil darah dalam satu kali tangisannya.
“Kenapa saya sebut darah, karena memang tekstur dan baunya sama persis dengan darah, dan mengental. Kalau air kan lebih encer. Namun, aromanya tidak seperti darah pada umumnya,” tandasnya.
Cila pun pada saat itu kembali dirujuk ke RS Cideres, Kecamatan Dawuan, Kabupaten Majalengka untuk kedua kalinya menjalani pemeriksaan ke dokter spesialis mata, Vivi Vinilarika. “Tapi kata dokternya gak apa-apa. Padahal buktinya keanehan itu jelas. Saya benar-benar bingung,” ungkapnya. (*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tunjangan Tidak Ikut Naik, Staf Protes
Redaktur : Tim Redaksi