Sejumlah kajian internasional menyimpulkan mayoritas wanita hamil mungkin belum mengetahui kalau Cytomegalovirus (CMV) saat ini menjadi pemicu terbesar kelainan non genetik pada bayi.Cytomegalovirus atau yang lebih dikenal dengan CMV adalah salah satu bentuk virus yang masih keluarga herpes (Herpesviridae family). Meski terkadang tidak menimbulkan gejala, dampak infeksi CMV bisa menyebabkan hilangnya pendengaran dan penglihatan serta cacat intelektual. Kurangnya pengetahuan seputar CMV telah membuat frustasi mereka yang bekerja di lapangan karena mencegah infeksi virus ini bisa semudah upaya mencuci tangan rutin. Kate Daly tidak menyadari anak laki-laki kembarnya mengidap cytomegalovirus sampai kedua bayinya dinyatakan tidak lulus tes kinerja indera pendengarannya ketika berusia 3 minggu. "Saya memang tahu anak saya tuli, tapi saya tidak tahu kalau mereka mengidap CMV dan itu artinya 40 persen mereka akan tuli total seperti itulah kondisi mereka sekarang,” tutur Daly. "CMV juga membuat anak laki-laki kembar Saya berpotensi menderita cerebal palsy, namun syukurnya mereka tidak,” "CMV juga membuat anak saya berpeluang menderita keterbelakangan intelektual dan pada saat ini mereka memang agar sedikit mengalami keterlambatan perkembangan jika dibandingkan anak-anak lainnya.” "Anak saya berusia 5 tahun tapi perkembangannya seperti anak berusia 2 tahun,” Menurut sebuah riset di Swiss, kebanyakan ibu-ibu hamil tidak pernah mengetahui soal bahaya CMV. Namun fitur yang dipublikasikan oleh Virology Reserarch Laboratory di UNSW mengatakan CMV saat ini telah menjadi penyebab utama kasus cacat non genetik pada anak yang baru dilahirkan. "Saat ini kasus infeksi CMV lebih umum terjadi ketimbang toksoplasma, Spina bifida dan juga Sindrom keracunan alcohol pada janin,” kata Daly.
Sekitar setengah dari penduduk Australia diperkirakan pernah terinfeksi CMV pada masa dewasa mereka dan lebih dari 3/4nya terinfeksi ketika berusia 40 tahun, Sekali seseorang terinfeksi maka selamanya CMV akan bersarang ditubuh mereka dan bertelur, biasanya tanpa diikuti tanda-tanda khusus kecuali ketahanan tubuh orang itu menurun. Brendan McMullan, Doktor penyakit menular di RS Anak Sydney mengatakan dampak CMV bagi wanita hamil sangat berebeda. "Banyak dari mereka tidak mengalami gejala apapun setelah terinfeksi, tapi jika mereka terinfeksi pertama kali ketika sedang hamil maka virus CMV berpindah dan ikut menginfeksi janin,” katanya. Sekitar 30 persen perempuan yang terinfeksi CMV akan menulaskan CMV pada bayi mereka dan satu dari 10 bayi yang terinfeksi akan memiliki masalah kesehatan yang berlangsung lama,” Dan masalah itu bisa berupa tuli, penglihatan yang buruk serta keterbelakangan mental. Professor Sharon Lewin, Direktur Institut Infeksi dan Imunitas Doherty di Universitas Melbourne menyarankan perempuan hamil secara rutin memeriksakan diri apakah terinfeksi CMV atau tidak. "Di Australia sekitar 6 bayi per 1000 kelahiran lahir dengan mengidap penyakit CMV dan dari mereka satu dari 2 diantaranya menderita disabilitas. Saat ini belum ada pengobatan untuk penyakit CMV pada saat kehamilan padahal menurutnya penyakit ini sangat mudah untuk dicegah. "CMV utamanya menular melalui cairan tubuh, yang bisa meliputi air ludah, air kencing dan tinja.” "Bagi perempuan hamil utamanya, dan khususnya lagi bagi mereka yang memiliki anak kecil penting bagi mereka untuk membiasakan diri nencuci tangan,” Daly mulai mendirikan Asosiasi CMV di Australia ketika dia menyadari sedikitnya dukungan bagi keluarga penderita CMV. "Saya merasa benar-benar sendirian, dan saya ketakutan, dan berharap ketika itu ada seseorang untuk berbagi, seseorang yang mengetahui dan paham apa yang dialami oleh penderita CMV."
BACA JUGA: Inilah 5 Tempat Petualangan Alam Pilihan Para Ilmuwan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengapa Resolusi Tahun Baru Sulit Dicapai